Senin, 15 Februari 2016

BUDIDAYA TERIPANG

BUDIDAYA TERIPANG LAUT

Teripang
Teripang adalah binatang laut berkulit duri (berbulu-bulu hitam) sebesar mentimun muda. Sebelum diperdagangkan komoditi yang sering juga disebut dengan sea cucumber (ketimun laut) dikeringkan terlebih dahulu. Hewan ini hidup sampai pada kedalaman lebih dari 30 meter. Di pasar lokal, harga teripang Rp 30.000 – Rp 150.000 per kg. Karena harganya yang amat menggiurkan itu, banyak pihak yang mencoba mencari teripang dimana pun berada. Perburuan teripang oleh nelayan Madura dan Bugis bahkan sampai kawasan terumbu Ashmore di perairan utara Australia.
Pra budidaya…
1. Pemilihan Lokasi Budidaya
Pemilihan lokasi merupakan langkah awal yang sangat menentukan keberhasilan budi daya. Selain itu, beberapa pertimbangan bioekologi, sosial ekonomi, dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku juga harus dipenuhi agar kemungkinan timbulnya beberapa hambatan/masalah di kemudian hari bisa diantisipasi sedini mungkin.
Pada umumnya budi daya teripang dilakukan di perairan pantai pada kawasan pasang surut. Ini disebabkan karena potensi lahan pantai masih cukup luas. Namun demikian, teripang mempunyai kemungkinan pula untuk dibudidayakan di kolam air laut (tambak) dengan syarat tertentu.
Secara umum, perairan pantai yang memiliki benih teripang alami cocok untuk tempat budi daya. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan suatu lokasi yang tidak memiliki benih alami juga cocok untuk tempat budi daya.
Jenis teripang yang sudah dan banyak dibudidayakan di negara kita ialah teripang putih (Holothuria scabra). Hal ini dikarenakan harga teripang ini mahal, pertumbuhannya cepat, lebih toleran terhadap perubahan lingkungan, dan dapat dibudidayakan dengan padat penebaran tinggi. Oleh karena itu, pertimbangan-pertimbangan dalam pemilihan lokasi ini diutamakan untuk jenis teripang putih walaupun tidak menutup kemungkinan untuk diterapkan pada jenis-jenis teripang lain. Hal ini mengingat setiap jenis teripang mempunyai sifat biologi spesifik yang berbeda, tetapi secara umum habitatnya relatif sama.
Pertimbangan dalam pemilihan lokasi tersebut adalah sebagai berikut :
a. Keterlindugan
Lokasi budi daya harus terlindung dari pengaruh ams, gelombang, maupun angin yang besar. Arus, gelombang, atau angin yang besar akan memsak sarana budi daya serta menyulitkan dalam pengelolaan budi daya. Lokasi yang terlindung dari pengaruh seperti ini biasa diketemukan di perairan teluk, laguna, atau perairan terbuka yang terlindung oleh gugusan pulau atau karang penghalang.
b. Kondisi dasar perairan
Dasar perairan hendaknya berpasir atau pasir berlumpur bercampur dengan pecahan-pecahan karang dan banyak terdapat tanaman air semacam rumpt laut (sea weed) dan alang-alang laut (sea gress)
c. Salinitas air laut
Dengan kemampuan yang terbatas dalam pengaturan osmotik, maka teripang tidak dapat bertahan hidup terhadap perubahan salinitas yang terjadi secara drastis. Salinitas optimum adalah 30-33 ppt.
d. Kedalaman air
Secara alami teripang hidup pada kedalaman perairan yang berbeda-beda menurut besarnya. Teripang muda tersebar didaerah pasang surut, setelah ukurannya bertambah besar maka berpindah ke dasar perairan yang lebih dalam. Lokasi yang cocok untuk budidaya teripang sebaiknya pada kisaran kedalaman air antara 0,5-1,5 m pada air surut terendah.
e. Ketersediaan benih
Lokasi pengembangan budidaya teripang sebaiknya tidak jauh dari tempat pengumpulan benih secara alamiah. Terdapat benih alamiah pada periaran tersebut adalah suatu indikator yang baik untuk lokasi budidaya teripang.
f. Kondisi Lingkungan
Kondisi perairan sebaiknya harus memenuhi standar kualitas air laut yang baik bagi kehidupan ( laju pertumbuhan dan sintasan). Teripang yang dibudidayakan, seperti : suhu air 20-250 C, pH air 6,5-8,5 , kadar oksigen terlarut 4-8 ppm, dan kecerahan 0,5-1,5 cm (cahaya matahari sampai kedasar), serta lokasi budidaya harus bebas dari pencemaran seperti limbah organik, logam berat, minyak dan bahan-bahan beracun lainnya.
g. Perairan Jernih.
Perairan harus jemih, bebas pencemaran dengan nilai kecerahan 50 – 150 cm yang diukur dengan piring seicchi.
h. Kemudahan
Lokasi budi daya harus mudah dijangkau. Selain itu, sarana produksi harus mudah diperoleh dan pemasaran harus dapat dilakukan dengan mudah di tempat itu. Pertimbangan lainnya, lokasi budi daya sebaiknya bukan merupakan. pusat kegiatan nelayan, bukan daerah penangkapan ikan, bukan wilayah pelayaran, dan bukan daerah pariwisata sehingga benturan kepentingan dapat dihindarkan.
2. Perizinan Budidaya
Perizian
Dalam mendirikan tempat budidaya tidak bisa sembarangan mendirikan. Perlu ada perizinan kepada pemerintah daerah setempat yaitu pemda Kepulauan Karimun Jawa untuk mendirikan tempat budidaya. Dasar hukum dalam pendirian lokasi budidaya adalah Keputusan Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial, Nomor 70/PS.5/KPTS/IX/2008 tanggal 26 September 2008 tentang penetapan kelompok usaha bersama di provionsi kabupaten/kota, kecamatan, kelurahan/desa penerima program pemberdayaan fakir miskin melalui mekanisme bantuan langsung pemberdayaan sosial (BLPS).
3. Pemilihan Benih
bibit
Setelah izin pendirian lokasi budidaya telah didapatkan oleh pemerintah daerah Kepulauan Karimun Jawa, maka langkah selanjutnya sebelum melakukan kegiatan budidaya adalah pemilihan benih unggul yang akan dijadikan induk dan akan dibesarkan. Adapun untuk memilih benih unggul teripang dapat dilihat dari berbagai aspek, antara lain :
a. Tubuh tidak cacat.
b. Ukuran besar dengan berat 400 gr dan panjang tubuh minimal 20 cm.
c. Berkulit tebal.
Umumnya berat tubuh teripang berpengaruh langsung atau berkolerasi terhadap berat gonad dan indeks kematangan gonad serta fekunditas. Pengangkutan induk dari tempat pengumpulan dapat dilakukan dengan wadah, seperti ember plastik yang berisi air laut atau langsung ditempatkan pada palka perahu. Untuk pengumpulan/pengankutan calon induk pada siang hari sebaliknya wadah penampungan atau palka ditutup teripang atau ilalang laut untuk menghindarkan calon induk dari sinar matahari secara langsung. Pengangkutan induk dari tempat pengumpulan dapat dilakukan dengan wadah, seperti ember plastik yang berisi air laut atau langsung ditempatkan pada palka perahu.
Budidaya Teripang
Metode yang digunakan untuk membudidayakan teripang (ketimun laut) yaitu dengan menggunakan metode penculture. Metode penculture adalah suatu usaha memelihara jenis hewan laut yang bersifat melata dengan cara memagari suatu areal perairan pantai seluas kemampuan atau seluas yang diinginkan sehingga seolah-olah terisolasi dari wilayah pantai lainnya.
Bahan yang digunakan ialah jaring (super-net) dengan mata jaring sebesar 0,5 – 1 inci atau dapat juga dengan bahan bambu (kisi-kisi). Dengan metode ini maka lokasi/areal yang dipagari tersebut akan terhindar dari hewan-hewan pemangsa (predator) dan sebaliknya hewan laut yang dipelihara tidak dapat keluar dari areal yang telah dipagari tersebut.
Pemasangan pagar untuk memelihara teripang, baik pagar bambu (kisi-kisi) ataupun jaring super net cukup setinggi 50 cm sampai 100 cm dari dasar perairan. Luas lokasi yang ideal penculture ini antara 500 – 1.000 m2.
a. Sumber benih teripang
Benih teripang dapat diperoleh dengan dua cara, yaitu :
* melakukan pemungutan dari alam dan
* dengan memelihara induk-induk teripang pada petak-petak di dalam area penculture.
Teripang yang dijadikan induk ialah yang sudah dewasa atau diperkirakan sudah dapat melakukan reproduksi dengan ukuran berkisar antara 20 – 25 cm. Sedangkan benih teripang alam yang baik untuk dibudidayakan dengan metoda penculture adalah yang memiliki berat antara 30 sampai 50 gram per ekor atau kira-kira memiliki panjang badan 5 cm sampai 7 cm. Pada ukuran tersebut benih teripang diperkirakan sudah lebih tahan melakukan adaptasi terhadap lingkungan yang baru.
b. Pengangkutan benih/induk
Di dalam hal budidaya teripang cara pengangkutan benih/ induk merupakan hal yang penting. Lebih-lebih apabila sumber benih/induk teripang yang akan dibudidayakan letaknya relatif jauh, sehingga diperlukan teknik yang baik didalam pengangkutan teripang tersebut agar tetap hidup sampai di lokasi budidaya. Metode pengangkutan teripang agar dapat memberikan tingkat kehidupan yang tinggi adalah sebagai berikut:
* Teripang dimasukan pada kantong plastik ukuran 2 liter dengan media air dan pasir. Sebelumnya kantong plastik digelembungkan untuk melihat kantong tersebut bocor atau tidak.
* Kepadatan untuk masing-masing jenis adalah : untuk teripang putih dan teripang grido dengan berat antara 100-200 g adalah 3 ekor untuk setiap kantong, sedangkan untuk teripang jenis olok-olok 4 ekor untuk setiap kantong plastik.
c. Makanan Teripang
Faktor makanan dalam pemeliharaan (budidaya teripang tidak menjadi masalah sebagaimana halnya hewan-hewan laut lainnya. Teripang dapat memperoleh makanannya dari alam, berupaplankton dan sisa-sisaendapan karang yang beracadi dasar laut. Namun demikian untuk lebih mempercepat pertumbuhan teripang dapat diberikan makanan tambahan berupa campuran dedak dan pupuk kandang (kotoran ayam).
Cara pemberian makanan tambahan tersebut adalah sebagai berikut :
* Dedak halus dan kotoran ayam dicampur rata
* Campuran dimasukkan kedalam kantong plastik
* Kemudian direndam deism air laut sampai campuran menjadi lengket, lalu dibentuk menjadi gumpalan.
* Gumpalan tersebut kemudian disebar merata kedalam kurungan.
Cara lain agar pupuk tidak hanyut dapat dilakukan sebagai berikut:
*
Pupuk dimasukkan ke dalam karung plastik dan ditenggelamkan ditempat pemeliharaan.
*
Setelah kira-kira 10 hari akan muncul micro organisms sebagai makanan teripang.
Pemberian makanan tambahan sebaiknya dilakukan pada sore hari.. Hal ini disesuaikan dengan sifat hidup atau kebiasaan hidup dari teripang. Pada waktu siang hari teripang tidak begitu aktif bila dibandingkan dengan pada malam hari, karena pada waktu siang hari ia akan membenamkan dirinya dibawah dasar pasir/karang pasir untuk beristirahat dan untuk menghindari/melindungi dirinya dari pemangsa/predator, sedangkan pada waktu malam hari ia akan lebih aktif mencari makanan, baik berupa plankton maupun sisa-sisa endapan karang yang berada didasar perairan tempat hidupnya.
d. Padat penebaran
Teripang dapat hidup bergerombol dilempat yang terbatas. Oleh karena itu dalam usaha budidayanya dapat diperlakukan dengan padat penebaran yang tinggi. Untuk ukuran benih teripang sebesar 20 – 30 gram per ekor, padat penebaran berkisar antara 15 – 20 ekor per meter persegi, sedangkan untuk benih teripang sebesar 40 – 50 gram per ekor, padat penebarannya berkisar antara 10 – 15 ekor per meter persegi.
Waktu yang tepat untuk memulai usaha budidaya teripang disuatu lokasi tertentu ialah 2-3 bulan setelah waktu pemijahan teripang di alam (apabila menggunakan benih dari alam). Benih alam yang berumur 2 sampai 3 bulan diperkirakan sudah mencapai berat 20 – 50 gram per ekor.
Pasca Budidaya
Teripang
Pemungutan hasil atau panen dapat dilakukan setelah teripang mencapai ukuran pasar (marketing size), yaitu berkisar antara 4-6 ekor/kg (berat basah). Untuk mendapatkan ukuran ini biasanya teripang dipelihara selama 6-7 bulan dengan sintasan yang dicapai kurang lebih 80% dari total penebaran awal. Panen dilakukan pada pagi hari sewaktu air sedang surut dan sebelum teripang membenamkan diri. Panen dapat dilakukan secara:
1. Panen selektif ialah dengan memilih teripang yang telah mencapai ukuran pasar degan berat rata-rata sekitar 200 g/ekor.
2. Panen total ialah dengan memungut semua teripang dari areal budidaya, kemudian diseleksi menurut ukuran.
Sebelum dipasarkan, teripang terlebih dahulu diproses agar diperoleh kualitas produk yang memenuhi standar pasar. Beberapa tahapan yang dilakukan dalam pengolhan teripang hingga siap untuk dipasarkan adalah sebagai berikut:
1. Teripang hasil panen dicuci terlebih dahulu dengan air bersih, kemudian direndam dengan air campuran daun pepaya selama kurang lebih 15 menit. Rendaman ini dimaksudkan untuk me;arutkan zat kapur pada bagian kulit luar teripang.
2. Teripang yang sudah di rendam dengan air campuran daun pepaya dibersihkan dengan cara mengelupas kulit bagian luarnya (zat kapur).
3. Selanjutnya teripang direbus sampai mendidih selama 1 jam, lalu didinginkan sambil ditiriskan airnya.
4. Setelah dingin, teripang dibelah pada bagian abdomennya untuk mengeluarkan isi perutnya. Pada saat pembedahan diusahakan agar tidak banyak melukai otot-oto bagian tubuh teripang.
5. Setelah isi perut dikeluarkan, maka teripang siap untuk dipanggang dengan cara pengasapan hingga kering.
6. Lama pengasapn berkisar antara 3-5 jam, setelah itu teripang diikat kembali agar bekas pembedahan pada bagian abdomen tertutup kembali.
7. Teripang yang sudah diikat siap untuk dipacking dan proses pengemasannya perlu diperhatikan beberapa hal seperti bahan pengukus harus bersih, kering dan tidak mudah sobek.

Sumber :   https://ibnufaizal.wordpress.com

BUDIDAYA LABI LABI





A. Pengenalan Jenis
Labi-labi atau bulus merupakan salah satu jenis  sumberdaya ikan golongan reptilia dan sebagai salah satu  sumber daya ikan yang dapat  dimanfaatkan sebagai sumber gizi dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan (Ditjenkan, 1995). Disisi lain manfaat labi-labi tidak sebatas kebutuhan pangan saja namun mempunyai nilai tambah sebagai bahan obat yang berkhasiat. Nilai tambah inilah yang menjadikan labi-labi sebagai komoditas perikanan yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi.
                Ciri khas yang dimiliki labi-labi sebagai salah satu bangsa kura-kura (Ordo Testudinata) adalah perisai punggungnya/batok tidak tertutup oleh zat tanduk, tetapi ditutupi oleh kulit yang tebal sehingga kura-kura ini dikelompokkan ke dalam Sub ordo Cryptodera famili Trionichydae atau dalam istilah Inggrisnya dinamakan Soft-Shelled Turtle yang berarti kura-kura bercangkang lunak.
                Akhir-akhir ini permintaan ekspor  semakin meningkat khususnya dari negara-negara Singapura, China, Hongkong, Taiwan dan Jepang. Hingga saat ini ekspor labi-labi dari Indonesia masih didominasi oleh hasil tangkapan dari alam. Hal ini terbukti dari banyaknya perusahaan pengekspor labi-labi hanya sebagai penampung hasil tangkapan dari alam saja. Mengingat lambatnya perkembangan populasinya di alam, maka kondisi yang demikian ini apabila tidak diimbangi dengan usaha pembudidayaan, maka dikhawatirkan dengan semakin tingginya tingkat eksplorasi terhadap labi-labi akan dapat menimbulkan penurunan populasi yang dapat mengancam kelestariannya.
                Di Indonesia telah ada usaha pembudidayaan labi-labi, namun jumlahnya masih terlalu sedikit. Maka dalam rangka menjaga kelestarian populasi labi-labi di alam sekaligus dalam upaya pengembangan usaha budidaya labi-labi  perlu melibatkan peran aktif masyarakat secara luas melalui pengembangan usaha budidaya labi-labi sehingga dapat lebih berkembang. Lebih lanjut diharapkan melalui usaha budidaya labi-labi ini , maka pendapatan masyarakat melalui sub sektor perikanan akan semakin meningkat dan devisa negara akan semakin bertambah.

Nama labi-labi (Trionyx sinensis) juga dikenal untuk spesies Trionyx cartilagineousdan spesies Trionyx lainnya. Labi-labi atau bulus dipelihara di dalam kolam. Awalnya, bulus termasuk hama, sama seperti belut. gabus, dan komoditi penting lainnya. Bulus memiliki nilai ekonomis tinggi. Hampir seluruh bagian tubuh labi-labi dapat dimanfaatkan, baik daging maupun cangkangnya. Selama ini pasokan labi-labi dipenuhi dari tangkapan alam karena hasil budi daya belum signifikan jumlahnya.




Bentuk tubuh bulus oval atau agak lonjong, dan pipih. Tubuhnya tanpa sisik dan berwarna abu-abu kehitaman. Kerapas dan plastron (bagian bawah tubuh yang tidak tertutup cangkang) terbungkus kulit yang liat.
Pastronnya berwarna putih pucat hingga kemerah-merahan. Kulit tertutup oleh perisai yang berasal dari lapisan epidermis berupa zat tanduk. Hidungnya memanjang membentuk tabung, seperti belalai. Labi-labi tidak bergigi, tetapi rahangnya sangat kuat dan tajam.




B. Kebiasaan Hidup di Alam



Labi-labi bernapas dengan paru-paru (pulmo), baik yang baru menetas maupun labi-labi dewasa.



1. Kebiasaan makan



Labi-labi memakan ikan dan udang kecil di alam. Di kolam, labi-labi bisa diberikan pakan berupa cincangan ikan atau isi perut ternak ruminansia.



2. Kebiasaan berkembang biak



Di alam, labi-labi umumnya berpijah antara Juli—Desember. Labi-labi berkembang biak dengan cara bertelur (ovivar). Setiap kali labi-labi bertelur mencapai 10-30 butir. Telur berwarna krem dengan diameter antara 2-3 cm. Telur-telur yang dikeluarkan ditimbun dalam tanah berpasir selama lebih kurang 45-50 hari pada suhu 25-30 derajat C.



C. Memilih Induk
Labi-labi yang hendak dipijahkan di kolam pemijahan harus memenuhi persyaratan khusus, di antaranya umur dan ukuran. Selain itu, perbandingan antara induk jantan dan betina harus tepat. Adapun ciri induk jantan dan betina yang baik sebagai berikut.




Ciri induk yang berkualitas
Betina 
- Umur sudah mencapai 2 tahun atau lebih.
- Ukuran tubuhnya lebih kecildibandingkan jantan.
- Ekor induk betina pendek dan tidak menonjol keluar dari cangkangnya.
- Bentuk cangkangnya lebih bulat dan lebih tebal. 
- jarak antar kedua kaki belakang lebih panjang, karena erat kaitannya dengan proses bertelur.
- Alat kelamin tumpul. 






jantan
- Umur sudah mencapai 2 tahun atau lebih.
- Ukuran tubuhnya lebih besar dibandingkan betina, kadang-kadang dua kali besarnya.
- Ekor induk jantan lebih panjang dan menonjol keluar dari cangkangnya.
- Bentuk cangkangnya lebih oval dan dan lebih tipis.
- jarak antar kedua kaki belakang lebih pendek.
- Alat kelamin lancip.





D. Pemijahan ahan di Kolam



Dalam pemijahan labi-labi di kolam perlu diperhatikan faktor-faktor penting lainnya, seperti konstruksi kolam, persiapan kolam, dan proses pemijahannya.



1. Konstruksi kolam
Kolam pemijahan labi-labi berbentuk persegi panjang. Luas kolam tergantung lahan yang tersedia, umumnya antara 200-300 m2 dengan ketinggian pematang 1,5-1,75 m. Dasar kolam sebaiknya dilapisi pasir, sedangkan dinding pematang diusahakan tembok.



Pada salah satu sisi kolam dibuatkan kandang peneluran seluas 2 M X 2 m x 1 m sebanyak 3 buah. Kandang ini dihubungkan dengan jembatan penghubung yang terbuat dari anyaman bambu atau papan. Tujuan pembuatan jembatan adalah untuk memudahkan induk labi-labi masuk ke dalamnya. Kandang peneluran sebaiknya dilengkapi peneduh untuk melindungi telur dari sengatan matahari langsung dan hujan. Dasar kandangnya dilengkapi dengan pasir halus setebal 20 cm agar induk mudah menyembunyikan telur-telurnya.



2. Persiapan kolam
Kolam pemijahan dikeringkan 3-5 hari. Kandang tempat pemijahan labi-labi diupayakan terkena sinar matahari langsung agar bibit penyakit mati. Selanjutnya, induk dimasukkan ke dalam kolam. Adapun perbandingan induk jantan dan betina yang dikawinkan 1: 4. Artinya, seekor pejantan labi-labi diharapkan bisa mengawini 4 ekor induk labi-labi betina.




3. Pemijahan



Pemijahan biasanya terjadi pada 7-12 hari setelah penebaran induk. Induk akan bertelur pada malam hari, antara pukul 20.00-02.00. Seekor induk betina biasanya akan menghasilkan 30-40 butir telur. Bentuk telur labi-labi seperti bola pingpong berwarna krem dan ukuran telur biasanya berdiameter antara. 1-3 cm.




Telur yang selesai dikeluarkan oleh induk harus segera dipindahkan ke dalam ruang inkubator atau ruang penetasan telur. Sementara telur yang di dalam timbunan pasir bisa dikeluarkan dengan menggunakan tangan atau alat bantu seperti sekop.




E. Penetasan Telur dan Perawatan Benih



Telur-telur disusun secara teratur di dalam kotak penetasan yang diisi pasir setebal 5 cm. Kotak tersebut berukuran 40 cm x 6o cm x 5 cm. Selain itu, disediakan juga baskom berisi air yang dipasang sejajar dengan permukaan lantai. Baskom ini akan dibutuhkan oleh tukik setelah keluar dari cangkang.



Selama proses penetasan, suhu ruangan diusahakan antara 29-33 derajat C dengan kelembapan 85-95%. Telur akan menetas setelah 40-45 hari pada suhu 30 derajat C. Namun, kadang-kadang telur akan menetas setelah 60 hari.
Setelah menetas, tukik langsung mencari air yang sudah disediakan di dalam baskom tersebut. Berat tukik yang menetas berkisar 7-9,3 g/ekor. Tukik yang baru menetas belum membutuhkan pakan dari luar karena menyerap sari makanan dari yolk sack yang dibawanya sejak lahir.



F. Pendederan



Setelah hari kelima, tukik ditangkap untuk dipindahkan ke kolam pendederan. Luas kolam pendederan biasanya sekitar l00-600 m2, tergantung lahan yang tersedia. Dasar kolam pendederan berpasir dengan ketinggian air berkisar 50-75 cm. Kolam yang airnya terlalu dalam, akan menyulitkan labi-labi untuk mengambil oksigen langsung dari udara.
Kepadatan kolam penebaran 45-50 ekor /m2• Lama pemeliharaan tukik di kolam tersebut selama 2 bulan. Selama pemeliharaan, tukik diberi pakan berupa cincangan daging ikan. Pakan yang diberikan sebanyak 5% dari berat labi-labi yang ditebarkan. Pakan tersebut ditempatkan di tepian kolam, pada batas permukaan air kolam. Pemberian pakan dilakukan pagi dan sore hari.




Labi-labi suka berjemur sehingga 1/3 bagian kolam diberi tanaman peneduh berupa eceng gondok. Selain itu, beberapa bagian kolam diberi tempat berjemur dari papan yang bisa mengapung.




G. Pembesaran



Luas kolam pembesaran bervariasi antara 100-600 m2. Kolam yang terlalu besar akan menyulitkan pengontrolan, sedangkan kolam yang
terlalu kecil kurang efektif karena jumlah labi-labi muda yang ditebarkan jumlahnya sedikit. Ketinggian air kolam pembesaran minimal 75 cm.



Tukik yang ditebarkan ke dalam kolam pembesaran berumur 2 bulan. ukurannya seragam. Penebaran dilakukan pada pagi atau sore hari agar tukik tidak stres. Kepadatan penebaran yaitu 8-10 ekor/m2.



Untuk mencapai ukuran 300-600 g/ekor, seekor tukik membutuhkan waktu 3-6 bulan. Panen biasanya dilakukan setelah dipelihara selama 6-7 bulan dengan berat 700-800 g/ekor. Untuk mencapai
ukuran dewasa, tukik membutuhkan waktu 2-3 tahun. Pembesaran lebih lanjut hanya dilakukan untuk menghasilkan induk labi-labi sebab ukuran konsumsi yang paling dikehendaki konsumen yaitu 700-800 g/ekor, kurang dari 1 kg.

Sumber :   

A. Maswardi, C. Harimurti Adi,  S. Hanif dan  A.J.  Pamungkas, 1996. Budidaya Labi-labi.     Balai Budidaya Air Tawar- Sukabumi.

A. Maswardi, H. Sutomo dan  A.J.  Pamungkas, 1996. Prospek Pembenihan Labi-labi        (Trionyx sp.). Balai Budidaya Air Tawar- Sukabumi.

Budidaya Rumput Laut

Tekhnik Budidaya Rumput Laut Gracilaria Di Tambak

Selain digunakan sebagai tempat untuk budidaya udang dan ikan bandeng, tambak juga digunakan sebagai lahan untuk melakukan budidaya rumput laut. Rumput laut yang dibudidayakan di tambak adalah dari jenis rumput laut Gracilaria. Rumput laut Gracilaria adalah merupakan bahan baku pembuat agar-agar atau biasa disebut sebagai agarophyte. Produk agar-agar sendiri  sudah sangat familier ditengah-tengah masyarakat Indonesia dan dijual dalam berbagai merk dagang. Dibeberapa daerah rumput laut ini disebut dengan nama yang berbeda, di Sulawesi disebut sebagai Sango-Sango, Rambu Kasang (Jawa Barat), Bulung Sangu (Bali).

Rumput laut Gracilaria cukup adaptis terhadap kadar garam yang terkandung didalam air tempat tumbuhnya, algae ini dapat tumbuh dengan baik pada kisaran salinitas 15 hingga 30 ppt, oleh karena itu rumput laut Gracilaria dapat tumbuh baik di tambak maupun di laut dengan tingkat kadar garam tersebut
Seperti tanaman darat, rumput laut Gracilaria juga memerlukan tempat yang kondusif untuk pertumbuhannya. Untuk memperoleh hasil yang maksimal ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat melakukan budidaya rumput laut Gracilaria, budidaya rumput laut dapat dilakukan secara monokultur maupun bersamaan dengan komoditas budidaya lainnya seperti bandeng misalnya. Berikut ini beberapa hal yang harus diperhatikan dalam budidaya rumput laut Gracilaria.
Tekhnik Budidaya Rumput Laut Gracilaria Di Tambak
Rumput laut Gracilaria basah yang dipanen dari tambak
1.    PEMILIHAN LOKASI BUDIDAYA
Pemilihan lokasi budaya sangat penting untuk dilakukan sebelu melakukan budidaya, hal ini akan sangat menentukan keberhasilan budidaya rumput laut Gracilaria. Ada dua hal pokok yang harus diperhatikan dalam pemilihan lokasi budidaya, pertama kondisi tambak secara alami dan kondisi tambak yang dapat disiasati secara tehnis.

a.    Kondisi Alami tambak
Masing-masing daerah mempunyai sifat dan kondisi lokasi yang berbeda dan merupakan keadaan yang memang telah ada pada tambak, inilah yang disebut sebagai kondisi alami tambak yaitu.
Tekhnik Budidaya Rumput Laut Gracilaria Di Tambak
Tambak tempat budidaya rumput laut Gracilaria
  • 1. Lokasi tambak, lokasi tempat budidaya pada umumnya  berjarak antara 300 hingga 1000 meter dari laut, hal ini sangat penting untuk diperhatikan karena sangat berpengaruh terhadap salinitas air tambak yang akan digunakan sebagai tempat budidaya.  Lokasi tambak yang terlalu dekat dengan laut akan menyebabkan salinitas air terlalu tinggi yang akan menyebabkan rumput laut tidak dapat tumbuh dengan baik begitu juga sebaliknya.  Pada jarak 300 hingga 1000 meter ini, tambak akan mengikuti pola pasang surut air laut sehingga pergantian air akan berlangsung dengan baik.
  • 2. Pilihlah lokasi dimana struktur tanah  tambak berupa tanah berpasir yang sedikit bercampur lumpur.   
  • 3.  Lakukan pengukuran tingkat kadar garam (salinitas), salinitas air laut syarat tumbuh rumput laut Gracilaria adalah antara 15-30ppt.
  • 4. Suhu air yang ideal bagi pertumbuhan Gracilaria adalah antara 20 hingga 28 derajat Celcius
  • 5.Tingkat keasaman (pH) adalah antara 6 hingga 9
  • 6.Dekat dengan sumber air tawar, hal ini diperlukan untuk mengurangi salinitas ketika kadar air tambak terlalu asin.
b. Kondisi tambak yang dapat disiasati
Maksudnya adalah bahwa kondisi dari suatu tambak dapat diperbaiki saat keadaan tambak kurang atau tidak sesuai dengan standar budidaya rumput laut, antara lain:
  • Pilihlah lokasi tambak yang dapat dengan mudah diatur sirkulasi airnya
  • Kedalaman air dapat disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi idealnya adalah tambak tersebut mempunyai kedalaman antara 0,5 hingga 1 meter
  • Tidak terkontaminasi oleh polusi berupa limbah industry atau polusi lainnya yang akan mengganggu pertumbuhan rumput laut
  • Kondisi air tidak terlalu keruh, sehingga sinar matahari dapat menembus kedalaman air yang akan akan digunakan untuk budidaya yang akan mempermudah bagi rumput laut untuk melakukan fotosintesis.
  • Kondisi tambak mudah dibuat saluran sirkulasi air baik keluar tabak maupun ke dalam.
  2.    PENANAMAN
Budidaya rumput laut Gracilaria lebih mudah dilakukan jika dibandingkan dengan rumput laut Eucheuma Cottonii, karena lokasi budidayanya berada di tambak sehingga tidak perlu diikat dan dan dapat dilakukan pemupukan jika kondisi rumput laut memperlihatkan tanda-tanda kurang subur. Kondisi air tambak yang tenang juga membuat rumput laut tidak hanyut oleh arus air. Adapun persiapan yang harus dilakukan adalah.
Persiapan Lahan budidaya dan penanaman

Langkah ini diperlukan untuk membuat kondisi tambak menjadi kondusif terhadap proses pertumbuhan rumput laut Gracilaria yang dibutuhkan. Kondisi tambak yang kurang standar akan mengganggu pertumbuhan rumput laut, hal-hal yang harus dilakukan untuk mempersiapkan lahan antara lain;
Tekhnik Budidaya Rumput Laut Gracilaria Di Tambak
Rumput laut Gracilaria yang tumbuh dengan baik akan memenuhi dasar tambak pada usia 6 Minggu
  1. Keluarkan seluruh air yang ada didalam tambak , setelah air habis taburkan pupuk kandang diatasnya kemudian dilakukan pembajakan atau dicangkul agar tanah dan dan pupuk dapat tercampur. Dapat juga dicampurkan TSP jika kondisi tanah terlalu keras. Ketebalan tanah pada dasar lahan budidaya idealnya berada pada ketebalan antara 10 hingga 15 CM. Setelah selesai dilakukan pembajakan, biarkan permukaan tambak terpapar sinar matahari hingga kering selama kurang lebih 3 hari.
  2. Semprotkan saponin untuk membunuh pathogen tambak dan hama lain yang  dapat mengganggu pertumbuhan rumput laut yang akan di tanam. Dosis penyemprotan Saponin adalah 40 hingga 50 KG per-hektar, setelaha dilakukan penyemprotan masukkan air kembali kedalam tambak hingga kedalaman 20 CM diamkan selama satu hari satu malam kemudian keringkan kembali.
  3. Setelah tambak mengering kembali bersihkan gulma, bangkai binatang dan sampah dari dalam kolam agar nantinya tidak mengganggu pertumbuhan rumput laut.
  4. Persiapkan bibit yang telah disediakan, tentang cara pemilihan bibit silahkan baca artikel dengan judul Cara Pembuatan Bibit Eucheuma Cottonii, dalam artikel tersebut secara spesifik membahas tentang cara pembuatan bibit Eucheuma Cottonii, namun pada prinsipnya dalam pengelolaan bibit Gracilaria tidak jauh berbeda dengan pengelolaan bibit E.Cottonii.
  5. Masukkan kembali air kedalam tambak  setinggi 10 CM dan lakukan penebaran bibit secara merata, jangan terlalu rapat juga jangan terlalu jarang. Penebaran bibit dilakukan sore hari untuk menghindari terjadinya stress pada rumput laut. 1 hektare tambak dibutuhkan bibit 1 ton, jika memperlihatkan pertumbuhan baik maka dapat dapat ditambah lagi 1 ton bibit.
  6. Setelah penebaran bibit selesai masukkan kembali air hingga ketinggian 50 CM dan usahakan salinitas air berada pada level 15 hingga 30 ppt.

3.    PEMELIHARAAN
Rumput laut Gracilaria lebih mudah dipelihara dibandingkan dengan rumput Eucheuma Cottonii, penyebabnya adalah lokasi budidaya rumput laut Gracilaria yang berada di tambak yang bisa dikatakan tanpa arus air, sehingga jika ada masalah kesuburan dapat dilakukan pemupukan. Pada rumput laut Eucheuma Cottonii kadang rumput laut yang ditanam patah karena terjangan ombak dan meyebabkannya jadi hanyut dan kerusakan pada tali bentangan. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemeliharaan ruput laut Gracilaria antara lain: 
  1. -Rumput laut menyerap makanan dari air tempat tumbuhnya, oleh karena itu ketersediaan unsur makanan didalam air sangat diperlukan untuk pertumbuhan rumput laut , untuk keperluan itu pergantian air di dalam tambak sangat penting dilakukan untuk memperbarui unsur hara tempat tumbuhnya rumput laut. Penggantian air harus dilaukan minimal 1 kali dalam 1 minggu, penggantian air dapat dilakukan dengan memanfaatkan pasang surut air laut.
  2. Pada masa awal pertumbuhan usahakan kedalaman air berada pada 40 hingga 50 CM, pertahankan kedalaman tersebut hingga tanaman mencapai umur tiga Minggu, selanjutnya pada minggu keempat hingga masa panen (Minggu ke-8) kedalam air di kondisikan pada kedalaman 60 hingga 70 CM.
  3. Amati tanaman pada minggu ke-dua, jika memperlihatkan tanda-tanda kurang subur lakukanlah pemupukan dengan pupuk yang mengandung unsur N seperti urea. Jika tanaman sudah berkembang lakukanlah pemecahan rumput laut yang telah tumbuh subur untuk kemudian disebarkan ke daerah yang masih jarang terdapat rumput laut.
  4. Bersihkan rumput laut dari lumpur, sampah dan tanaman lain yang tumbuh bersama rumput laut agar tidak menjadi competitor dalam penyerapan unsur  hara.
  5. Bersihkan tambak dari binatang-binatang yang dapat menjadi predator bagi rumput laut seperti keong, kerang, sumpil, ikan mujahir, berang-berang dan lain sebagainya.
  6. Hindarkan tambak dari suplay air tawar yang berlebihan yang dapat menurunkan salinitas air tambak yang dapat mengganggu pertumbuhan rumput laut.
Tekhnik Pemecahan Bibit
Pilihlah rumput laut yang mengalami pertumbuhan pesat kemudian pisahkan rumput laut tersebut menjadi 3 atau 4 bagian. Hasil pemecahan dapat  ditanam pada tambak baru atau dapat digunakan untuk menyulam bagian tambak yang masih kosong atau jarang. Pada 2 minggu berikutnya lakukan pemecahan lagi dan lakukan hal yang seperti 2 minggu sebelumnya. 
Tekhnik Budidaya Rumput Laut Gracilaria Di Tambak
Pecahkan rumput laut yang tumbuh subur dan kemudian sebarkan
Setelah pemecahan ke-2 jangan dilakukan pemecahan lagi agar usia tanam dapat seragam dan biarkan hingga 7 sampai 8 minggu hingga siap panen. Pada usia 7 hingga 8 Minggu apabila rumput laut tumbuh dengan baik dasar tabak sudah dipenuhi oleh rumput laut Gracilaria.


Sumber :   http://www.univer-science.com/2014/10/tekhnik-budidaya-rumput-laut-gracilaria.html