Jumat, 31 Agustus 2018

TANAMAN HERBAL UNTUK PENYAKIT IKAN


Seiring berkembangnya pertumbuhan penduduk indonesia mendorong kebutuhan akan ikan semakin meningkat dan menjadikan budidaya ikan menjadi suatu peluang usaha yang cukup menjanjikkan.

Banyak pembudidaya ikan pemula terpakasa harus gulung tikar karena berbagai kendala mulai dari pemodalan yang kurang, dan minimnya pengetahuan mengenai bagaimana cara membudidayakan ikan dengan baik.

Salah satu kendala yang dapat dikatakan "PASTI" dialami pembudiaya ikan ialah serangan hama dan penyakit.

Penyakit memang menjadi salah satu momok yang menakutkan bagi pembudidaya ikan, banyak pembudidaya pemula gagal dan bahkan menyerah menangani penyakit yang sering kali muncul bahkan silih berganti menyerang ikan. Lebih sialnya lagi penyakit ini menyerang ikan mulai dari fase telur, benih sampai indukan.

Tidak sedikit juga akibat dari serangan penyakit pembudidaya mengalami kerugian akibat dari kematian benih, penurunan produksi telur, dan penurunan kualitas ikan siap panen.

Mengedalikan berbagai penyakit pada ikan dan tanaman dengan menggunakan bahan-bahan nabati/alami tujuannya agar kedepan pertanian dan peternakan indonesia bisa terbebas dari bahan kimia demi mewujudkan kehidupan yang lebih sehat.

Berikut ini adalah daftar daun tanaman yang dapat gunakan untuk mencegah dan mengobati penyakit pada ikan....

 1. Daun Ketapang

  Daun ini memiliki senyawa kimia tanin yang bersifat astrigen. Dari beberapa pengalaman praktisi pembudiaya ikan daun ketapang ampuh mengobati ikan yang terkena serangan jamur, ikan yang lemas dan mengambang pada permukaan air.

Daun ketapang juga sangat baik diberikan pada ikan yang sehat guna menjaga kualitas air, selain itu daun ketapang juga sangat baik diberikan pada saat musim hujan karena pada saat inilah ikan rentan terkena serangan jamur.

Sebelum diaplikasikan kedalam kolam sebaiknya ambil daun yang sudah tua atau biasa daun yang berguguran. Kemudian dijemur sampai benar-benar kering, setelah itu dapat diaplikasikan kedalam kolam. . dapat memasukkan 5 lembar daun/1m3

2. Daun Johar
 







Ada yang sudah pernah mendengar daun johar? Memang daun ini belum terlalu populer di kalangan pembudiaya ikan, namun siapa sangka daun ini juga diyakini efektif mencegah dan mengobati penyakit pada ikan.


Beberapa pengalaman pembudidaya ikan mengatakan daun johar sangat baik diberikan pada ikan gurami yang terserang penyakit mata belo dan jamuran.

Pemberian daun ini sangat sederhana . boleh langsung memberikan pada kolam dengan dosis 10 helai daun/m3.

3. Daun Pepaya


Daun pepaya memiliki senyawa kimia alkaloid, flavonoid dan saponin yang terbukti ampuh meningkatkan daya tahan tubuh pada ikan, menjaga kualitas air terutama pada saat cuaca tidak stabil, dan getah daun pepaya diyakini dapat mengobati penyakit ikan yang disebabkan jamur dan bakteri.

Selain itu Pemberian daun pepaya secara teratur pada ikan dapat merangsang percepatan ikan betina matang gonad. Pada ikan herbivora seperti gurame dan nila daun pepaya berguna meningkatkan daya tahan tubuh ikan sehingga ikan lebih tahan terhadap serangan penyakit.

. boleh memberikan daun pepaya 2 lembar/m3 kolam dan dapat diberikan langsung.

4. Daun Babandotan
 



Babandotan merupakan tanaman liar bahkan dapat dikategorikan sebagai gulma pada tanaman, namun jangan anggap remeh dengan daun yang satu ini.

Daun babandotan memiliki senyawa kimia berupa polifenol, saponin, flavonoid dan minyak astiri yang berfungsi sebagai anti bakteri sekaligus membunuh bakteri pada ikan. Selain itu daun babandotan banyak digunakan untuk menjaga agar ikan tidak gampang stress terutama pada saat ikan mengalami perjalanan yang cukup jauh dan tempat tinggal yang baru.

. dapat memberikan daun babandotan dengan cara 200 gr daun babadotan diremas-remas dan dimasukkan kedalam jerigen pada saat pengiriman, begitu juga pada saat akan memasukan ikan kedalam kolam baru sebaiknya . memberikan daun babandotan terlebih dahulu pada kolam agar ikan tidak stress dan ikan lebih cepat menyesuaikan diri dengan kolam baru nya.

5. Daun Kamboja
 

Getah pada daun kamboja mengandung alkalaoid yang dapat mengobati ikan korengan akibat serangan jamur. Tidak hanya pada daun ternyata batang tanaman kamboja memiliki getah yang tidak kalah efektif menegndalikan penyakit jamur dan korengan pada ikan.

. dapat memberikan pada kolam ikan yang terserang jamur dengan dosis 1oo gr/m3 kolam ikan. Daun sebaiknya dicincang halus terlebih dahulu sebelum diberikan pada kolam.

6. Daun Kipahit
 



Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Balai Riset Budidaya Ikan Air Tawar Bogor menyimpulkan bahwa ekstrak daun kipahit dengan dosis 10.000 mg/l air dapat menghambat pertumbuhan bakteri Mycobacterium fortuitum dan dengan dosis yang sama dengan perendaman selama 3 jam dapat mengobati penyakit mycobacteriosis pada ikan lele.

7. Daun Mengkudu


Mengkudu merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat, tidak hanya pada manusia saja ternyata kandungan senyawa kimia pada tanaman mengkudu juga baik digunakan untuk mengobati berbagai penyakit pada ikan.

Salah satu penyakit yang dapat diobati ialah penyakit herpes pada ikan lele, penyakit ini tergolong penyakit yang sulit dikendalikan namun dengan pemberian mengkudu pada kolam lele secara teratur dapat mencegah penyakit ini berkembang pada kolam dan ikan.

Untuk menjaga kualitas kolam dan meningkatkan daya tahan tubuh serta menambah nafsu makan ikan . boleh menggunakan perasan daun atau buah mengkudu yang dapat diberikan langsung pada kolam maupun dicampurkan kedalam pakan.

Cara pengaplikasiannya ialah dengan blender 500 gr buah atau daun mengkudu lalu diberi 1/2 liter air. Air hasil blender tadi diberikan pada kolam ikan atau dicampurkan dengan 1 kg pakan.

7. Daun Bawang Putih
 



Satu lagi bumbu dapur yang memiliki manfaat yang sangat baik untuk mencegah dan mengobati penyakit pada ikan ialah daun bawang putih.

Daun bawang putih dapat mengobati penyakit jamur pada kulit dan meningkatkan kekebalan daya tahan tubuh pada ikan. Cara pengaplikasian . blender atau remas daun bawang putih sebanyak 100 mg dengan 1/2 l air dan dapat langsung diberikan pada kolam dengan ukuran 1/2 l/m3 kolam atau juga dapat dicampurkan kedalam 1kg pakan pelet.

Sedikit Catatan Kecil :


Untuk memperoleh hasil yang lebih memuaskan . boleh mengkombinasikan beberapa daun yang saya sebutkan diatas tadi. Tenang saja tidak ada efek samping pada ikan itulah salah satu kelebihan jikalau kita menggunakan bahan-bahan alami, sangat berbeda jika menggunakan obat-obatan kimia yang harus dengan teliti membaca aturan pakai, salah sedikit pemakaian ikan bisa mati.

Bahan-bahan yang saya sebutkan diatas dapat mencegah penyakit berkembang dan tumbuh pada kolam ikan melalui kandungan senyawa kimia yang dimiliki, sebaiknya . rutin memberikan bahan-bahan tersebut kedalam kolam dengan selang waktu 1 minggu rutin diberikan dan 1 minggu lagi disetop lalu dilanjut lagi 1 minggu diberikan dan 1 minggu lagi disetop, begitulah seterusnya.

Sumber :
www.jurnalasia.com

Minggu, 26 Agustus 2018

KONSERVASI : BAGAIMANA CARA PENANGKARAN PENYU ?



A.                                             Gambar terkait
Penangkaran penyu pada hakikatnya mempunyai  tujuan yang mulia yaitu sebagai pengembangbiakan jenis biota laut langka seperti penyu dan merupakan salah satu upaya untuk menyelamatkan  populasi  penyu  dari  ancaman   kepunahan,  terutama oleh  aktivitas  manusia, dengan meningkatkan peluang  hidup  penyu. Pada kenyataannya, kegiatan  penangkaran penyu sulit  diwujudkan, karena  untuk  menghasilkan   penyu  yang  dapat  dikomersilkan, yaitu  penyu keturunan  kedua  (F2) membutuhkan waktu  puluhan   tahun.  Untuk  menghasilkan   keturunan pertama saja  membutuhkan waktu  sekitar  30 tahun, apalagi  untuk  menghasilkan   keturunan kedua, belum besarnya biaya yang akan dikeluarkan sehingga  penangkaran penyu tersebut sulit terwujud dan tidak ekonomis.
Namun demikian, penangkaran penyu bukan tidak boleh dilakukan. Hanya saja, dalam pelaksanaannya tujuan penangkaran dimodifikasi untuk membantu dan mendukung upaya konservasi penyu, yaitu dengan meningkatkan peluang  hidup penyu sebelum  dilepas ke alam. Oleh karena itu, begitu  telur penyu  menetas, maka tukik harus langsung  ditebar  dan  dilepas  ke laut. Selain untuk kepentingan mendukung upaya konservasi penyu, kegiatan penangkaran penyu juga dapat diadakan untuk beberapa kepentingan khusus, seperti pendidikan,  penelitian  dan wisata, sehingga  sejumlah tukik hasil penetasan semi alami dapat  disisihkan untuk dibesarkan. Jumlah tukik yang dibesarkan tersebut hanya sebagian  kecil saja dan tergantung tujuan dan dukungan fasilitas penangkaran yang menjamin tukik tersebut dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal.
Secara teknis, kegiatan penangkaran meliputi kegiatan penetasan telur (pada habitat  semi alami atau inkubasi), pemeliharaan tukik, dan pelepasan tukik ke laut. Tahapan kegiatan teknis penangkaran penyu secara rinci meliputi: Pemindahan telur, Penetasan semi alami, Pemeliharaan tukik dan Pelepasan tukik.

a.        Pemindahan Telur
Relokasi  atau  pemindahan telur  dilakukan  dari  penetasan alami  ke  penetasan semi  alami. Pemindahan telur dilakukan setelah induk penyu kembali ke laut. Pemindahan telur penyu dari sarang alami ke sarang semi alami harus dilakukan dengan hati-hati karena sedikit kesalahan dalam prosedur akan menyebabkan gagalnya penetasan.
Cara-cara pemindahan telur penyu ke penetasan semi alami adalah sebagai berikut:
1)        Pembersihan  pantai/lokasi penetasan baru.
2)        Membran  atau  selaput  embrio  telur penyu  sangat  mudah  robek jika telur penyu  dirotasi atau mengalami  guncangan. Oleh karena itu sebelum  pemindahan telur penyu, pastikan bagian atas telur ditandai  kecuali pemindahan telur penyu tersebut dilakukan sebelum  2 jam setelah  induk penyu bertelur.
3)        Telur penyu  yang akan dipindah  dimasukkan  ke wadah  secara  hati-hati.  Pemindahan dengan ember lebih baik dibanding dengan karung/tas.
4)        Telur penyu tidak boleh dicuci dan harus ditempatkan atau ditanam  segera dengan kedalaman yang sama dengan kondisi sarang aslinya, biasanya sekitar 60-100 cm.
5)        Ukuran dan  bentuk  lubang  juga harus  dibuat  menyerupai  ukuran  dan  bentuk  sarang  aslinya. Ukuran diameter mulut sarang penyu biasanya sekitar 20 cm.
6)        Jarak penanaman sarang telur satu dengan lainnya sebaiknya diatur.
7)        Ketika ditanam, telur penyu ditutupi dengan pasir lembab.
8)        Peletakkan telur penyu ke sarang penetasan semi alami harus dilakukan dengan hati-hati, dengan posisi telur penyu, yaitu posisi bagian  atas dan bawah. Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi kegagalan penetasan.
                            
Gambar cara dan proses pemindahan telur penyu dari sarang alami ke sarang semi alami (buatan) menggunakan ember
 
b.        Penetasan Telur Penyu Semi Alami
Proses penetasan telur penyu secara semi alami dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1)   Telur penyu yang diambil dari sarang alami dipindahkan ke lokasi penetasan semi alami.
2)    Masukkan telur penyu  kedalam media penetasan, dimana  kapasitas media dalam menampung telur disesuaikan dengan besar kecilnya media.
3)   Lama penetasan telur penyu sampai telur penyu menetas menjadi tukik ± 45-60 hari.
4)    Lepaskan segera tukik yang baru menetas ke laut.
5)   Untuk kepentingan pendidikan, penelitian dan wisata, sisihkan sebagian tukik yang baru menetas ke dalam bak pemeliharaan untuk dibesarkan.
Lokasi penetasan telur penyu secara semi alami biasanya berada pada di atas daerah supratidal, yaitu daerah dimana sudah tidak ada pengaruh pasang  tertinggi. Pada lokasi tersebut, dapat  dibuat beberapa lubang-lubang telur penyu  buatan sebagai  tempat penetasan telur semi alami. Kawasan lubang-lubang telur  penyu  buatan tersebut dapat   diberi  pagar  pada  sekelilingnya,  baik  pagar permanen maupun semi  permanen, dan  dapat  juga  dikelilingi dengan pohon.  Gambaran  lokasi penetasan telur penyu secara alami dapat dilihat pada

  
Gambaran disain lokasi penetasan telur penyu secara semi alami

 Penyu secara semi alami dapat  juga dilakukan dalam  suatu  wadah.  Proses penetasan telur penyu secara semi alami dalam suatu wadah dapat dijelaskan sebagai berikut:
     1.   Siapkan kotak dari gabus berukuran besar
     2.    Masukkan 2 (dua) wadah kecil yang terbuat dari fiber glass atau plastik ke dalam kotak gabus tadi
    3.    Wadah fiber glass/plastik pertama  diisi telur penyu, lalu timbun dengan pasir. Bila tidak ada pasir dapat menggunakan kompos atau gambut. Kompos atau gambut baik digunakan karena memiliki kelembaban sedang
    4.   Wadah fiber glass/plastik kedua diisi dengan air.  Untuk menjaga  kestabilan  suhu air, masukkan heater yang dihubungkan dengan thermostat ke dalam wadah tersebut. Uap yang timbul di dalam kotak berfungsi untuk menjaga kelebaban
    5.  Wadah berisi telur penyu harus memiliki lubang pembuangan air. Telur penyu yang tergenang air akan mati karena udara tidak dapat diserap oleh telur penyu.

Hal yang  perlu  diperhatikan  bahwa  penetasan telur penyu  secara  semi alami dalam  suatu wadah  buatan juga  mempunyai  kelemahan,  yaitu apabila  dilakukan  secara  terus-menerus dapat menimbulkan ketidakseimbangan populasi di alam, karena perlakuan suhu dalam proses penetasan telur penyu  dalam wadah  buatan tersebut dapat  mempengaruhi jenis kelamin tukik. Sebutir telur yang menetas secara  alami semestinya  jantan,  akan tetapi  karena  perlakukan  suhu  dalam  proses penetasan telur penyu dalam wadah buatan justru menjadi betina dan sebaliknya. Gambar berikut ini menyajikan bahan dan media untuk proses penetasan telur penyu dalam wadah buatan.
 
Bahan dan Media Proses Penetasan Buatan

c.         Pembesaran Tukik
Pembesaran tukik dilakukan dengan sistem rearing di pantai, pembesaran tukik menjadi  penyu muda atau sampai dewasa, termasuk tukik yang cacat fisik sejak lahir. Lokasi pembesaran tukik harus berada  pada  daerah  supratidal  (di atas daerah  pasang  surut) untuk menghindari siklus gelombang laut pada bulan mati dan bulan purnama.
Langkah-langkah pembesaran tukik adalah sebagai berikut:
1)    Setelah telur penyu menetas, pindahkan tukik-tukik ke bak-bak pemeliharaan. Bak-bak pemeliharaan dapat  berbentuk lingkaran atau  empat  persegi  panjang  dengan bahan dapat  dari fiber atau keramik. Ketingian air dalam bak pemeliharaan dibuat  berkisar antara 5–10 cm, mengingat tukik yang baru menetas tidak mampu menyelam
Jumlah  dan  ukuran  bak pemeliharaan tukik disesuaikan  dengan luas lahan  yang  tersedia  dan estimasi jumlah tukik yang akan ditangkarkan.
2)      Suhu air yang cocok untuk tukik adalah sekitar 25 0C
3)     Selama pemeliharaan tukik diberi makan secara rutin dan jika ada yang sakit dipisahkan agar tidak menular kepada tukik yang lain. Pemberian pakan tukik dilakukan dalam wadah bak/ember dalam ukuran besar.
Langkah-langkah pemberian pakan adalah sebagai berikut :
a.   Setiap ember diisi sebanyak 25 ekor tukik.
b.  Jenis pakan  yang digunakan  adalah  ebi (udang  kering/geragu) dan  sekali-kali diberi pakan daging ikan rucah/cacah. Sesekali dapat diberikan sayuran seperti selada atau kol.
Umumnya tukik belum mau makan 2 3 hari setelah  penetasan.  Nafsu makan tukik sangat besar pada umur lebih dari 1 tahun, akan tetapi jangan terus diberi makan.
c.    Pakan diberikan 2 kali sehari sebanyak 10-20% dari berat tubuh tukik dengan cara menyebarkan ebi secara merata.
d.      Waktu pemberian pakan adalah pagi dan sore hari.

4)   Kondisi air dalam bak pemeliharaan harus diperhatikan, baik kuantitas maupun kualitasnya.
a.  Air dalam bak pemeliharaan dapat kotor akibat dari sisa-sisa makanan atau kotoran tukik. Air yang kotor dapat menimbulkan berbagai penyakit yang biasa menyerang bagian mata dan kulit tukik
b.  Lakukan pergantian air sebanyak  2 kali dalam  sehari sesudah  waktu makan. Air dalam  bak pemeliharaan  harus  selalu  mengalir  atau  gunakan  alat  penyaring  ke  dalam  pipa  air bak pemeliharaan.
c.  Standar kualitas air mengacu  pada Kepmen LH No. 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Kualitas
b.  Air untuk Biota laut.

5) Perawatan tukik
Tukik-tukik di dalam  bak  pemeliharaan seringkali saling  gigit  sehingga  terluka.  Pisahkan  dan pindahkan  segera  tukik yang terluka dari bak pemeliharaan, bersihkan  lukanya dengan larutan KMnO4 (kalium permanganat) di bak tersendiri.

 

Tata cara pemeliharan tukik dalam bak pemeliharaan
Keterangan:
•       Bak dibuat  berukuran  kecil, bahan  dari plastik karena  ringan  dan  mudah  dipindah-pindah. Apabila bak yang  dibuat berukuran besar, sebaiknya terbuat dari kayu yang dibungkus plastik untuk menghemat biaya
•       Buatkan over flow dalam bak untuk membuang minyak atau sampah-sampah berukuran kecil yang terapung di permukaan air yang keluar bersama air buangan
•       Pasang jaring pada pipa pembuangan agar tukik tidak masuk ke dalam pipa pembuangan

d.        Pelepasan Tukik
Pelepasan  yang  dimaksud  adalah  pelepasan tukik ke laut  hasil pemeliharaan yang  dilakukan dalam bak-bak penampungan. Tukik-tukik ini dapat berasal dari penetasan secara alami maupun hasil penetasan buatan.  Tujuan pelepasan adalah untuk memperbanyak populasi penyu di laut.
Pelepasan tukik dilakukan pada waktu malam hari sekitar jam 19.00-05.30 WIB. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar tukik tidak mudah dimangsa oleh predator.

 Sumber :
Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut, Direktorat Jenderal  Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Departemen Kelautan dan Perikanan RI. Pedoman Teknis Pengelolaan Konservasi Penyu. Jl. Medan Merdeka Timur No.16 Jakarta Pusat – Indonesia