Rabu, 22 November 2017

PEMBUATAN GARAM

PEMBUATAN GARAM





Di Indonesia garam diproduksi dengan cara menguapkan air laut pada sebidang tanah pantai dengan bantuan angin dan sinar matahari sebagai sumber energi penguapan. Produksi garam biasanya masih dilakukan secara tradisional oleh pembudidaya penghasil garam ditambak rakyat yang berada di beberapa daerah pantai  di Indonesia.
Dengan luas lahan garam 43.052,10 ha dan baru sekitar 25,702,06 ha  yang baru dimanfaatkan untuk memproduksi garam. adapun lahan garam tersebut tersebar di sembilan propinsi , yaitu Nanggroe Aceh Darusallam ( 304 ha, dimanfaatkan 277 ha ), Jawa Barat ( 4,278 ha dimanfaatkan 4,116 ha ), Jawa Tengah ( 7,249 ha, dimanfaatkan 6,187 ha ),Jawa Timur (  13.148 ha, dimanfaatkan 10.836 ha ),Bali ( 94,1 ha, dimanfaatkan 57,72 ha ), Nusa Tenggara Timur ( 11,260 ha, dimanfaatkan 263 ha ), Nusa Tenggara Barat ( 1.574 ha , dimanfaatkan 1.052 ha ), Sulawesi Selatan ( 1.462 ha , dimanfaatkan 1.260,23 ha ).( Data disperindag 2009 )
Dengan luasan lahan produksi  seperti tersebut diatas, produksi garam rakyat pada tahun 2009 mencapai 1.265.600 ton terdiri dari garam konsumsi 966.100 ton dan industri 299.500 ton sedangkan kebutuhan garam nasional mencapai 2.865.600 ton yang terdiri dari garam konsumsi 1.166.100 ton dan garam industri 1.699.500 ton , berdasarkan hal tersebut ternyata kebutuhan garam nasional  mengalami kekurangan sebesar 1.600.000 ton yang terdiri dari garam konsumsi 200.000 ton dan garam industri sebesar 1.400.000 ton, sehingga untuk mencukupi kebutuhan garam nasional , pemerintah membuka import garam dari China, india maupun Amerika,( disperindag 2009 )karena tingkat produksi garam rakyat hanya berkisar antara 60 – 80 ton perhektar per musim
MENINGKATAN PRODUKTIFITAS PEGARAMAN MELALUI INTENSIFIKASI LAHAN
Dalam rangka menjamin kebutuhan garam dalam negeri baik untuk kebutuhan konsumsi maupun  industri dibutuhakan pembukaan lahan penggaraman baru ( ekstensifikasi ) diatas lahan garam potensial di Indonesia timur , khususnya Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Tengah., karena disamping tersedianya lahan yang ada juga musim kemarau di wilayah tersebut mencapai kurang lebih sampai 8 ( delapan ) bulan.Tetapi hal ini memerlukan waktu yang panjang  dan modal yang besar juga harus ada investor yang mau bekerja sama. Mengingat hal tersebut yang perlu  dipertimbangkan adalah  tentang intensifikasi lahan agar dapat dilakukan disentra produksi garam yang saat ini sudah ada, terutama melalui kegiatan pembangunan dan penyempurnaan saluran primer serta skunder dan kristalisasi garam bertingkat untuk meningkatkan produksigaram rakyat dan sekaligus produktifitas lahan, karena masalah ini akan lebih penting dan sangat dirasakan manfaatnya bagi petambak garam rakyat, tinggal bagaimana pemerintah menjembatani terhadap pola intensifikasi lahan tersebut, mungkin melalui bantuan atauprogram pelatihanbagi petambak garam melalui  dinas – dinas terkait, sehingga petambak garam mau merobah tata letak lahan garamnya untuk peningkatan produksinya
MEROBAH LAHAN GARAM RAKYAT DARI TRADISIONAL MENJADI SEMI INTENSIF
a. Konstruksi lahan tradisional
Gambar Lahan Pola Tradisional
Dari gambar diatas adalah pola lahan tradisional, dimana perbandingan antara kolam penampung air muda ( buffer ) , kolam peminihan ( penguapan ) dan kolam penampung air tua ( bunker ) dengan meja kristalisasi hampir berbanding 65% : 35% dan hal inilah diantara penyebab hasil produksi garam rakyat tidak akan lebih dari 100 ton per hektar permusim , karena tata letak luasan lahan garam didapat secara turun temurun dan petani tambak garam tidak ada upaya sama sekali untuk meningkatkan hasil produksinya, karena keterbatasan informasi teknologi baru yang selama ini  mereka belum dapatkan.  Kalaupun petani akan mencoba menambah luasan meja Kristal hal ini akan menghadapi kendala didalam penyiapan air tua yang akan dilepas pada meja Kristal karena pada umumnya mereka tidak memiliki kolam penampung air tua
Beberapa hal yang menghambat produksi garam rakyat adalah :
1. Perbandingan atau rasio luasan antara kolam penampung ( reservoir ) , kolam penguapan dan kolam kritalisasi yang belum memadai. Yaitu berbanding kurang lebih 65 % luasan lahan digunakan untuk meja penampung air muda , meja peminihan  dan 35 % untuk meja Kristal . Karena pada umumnya  petani tambak garam rakyat diperolehnya lahan secara turun temurun sehingga tidak ada upaya sama sekali bagaimana supaya hasil produksi bisa meningkat 
2. Terlalu kecilnya luasan kolam kristalisasi. Dengan luasan lahan yang ada petani garam membagi untuk meja krital sangat tidak seimbang sehingga hasil yang didapatpun tidak akan ada perobahan peningkatan produksi yang nyata , hal ini disebabkan terlalu sedikitnya stok air tua yang akan dilepas kemeja Kristal.
3. Tidak adanya kolam bunker untuk air tua dikolam penguapan.Hampir disemua lahan tambak garam tradisional tidak tersedia kolam penampungan air tua ( bunker ) sebagai stok air tua, mereka hanya mengandalkan saluran kecil atau parit yang ada disekitar meja Kristal , dan hal ini sangat merugikan sekali terhadap peningkatan hasil produksi yang diharapkan
4. Dikembalikanya air buangan dari kolam kristalisasi kekolam sebelumnya.Selama proses produksi garam dimeja Kristal akan terjadi peningkatan kepekatan terhadap larutan air garam yang ada, karena petani garam merasakan terhadap perobahan hasil yang didapat atau petani sangat memperhatikan warna kecerahan larutan air garam yang ada dimeja Kristal yaitu kekuning – kuningan ( disebut biten ), sehingga untuk mengganti larutan air garam yang baru mereka membuang air biten ini ke parit penuaan air tua disekitar meja Kristal dengan harapan setelah air biten ini tercampur air tua yang ada diparit tersebut akan memepercepat proses penuan air tua, padahal hal ini sangat merugikan terhadap garam yang dihasilkan karena air biten ini justru akan menurunkan kualitas garam tersebut. 
5. Belum adanya budaya kontrol kualitas air yang baik.Didaerah sentra garam yang ada didaerah minapolitan belum didapat hasil produksi garam yang memenuhi standart garam industry maupun konsumsi, dikarenakan petani tambak garam belum memahami betul tentang kualitas air tua yang akan dilepas kemeja kristalisasi untuk mendapatkan garam yang berkualitas.
6. Belum adanya pemanfaatan sistim tata air yang baik.Air laut adalah sebagai bahan bakuutama d  alam produksi garam sehingga kualitasnya harus benar – benar diperhatikan , namun karena belum adanya tata saluran air yang baik maka petani garam yang memiliki lahan jauh dari laut sangat kesulitan dalam menyalurkan bahan baku tersebut sampai ke lahan.
7. Tanah sebagai faktor peralatan utama.Indonesia mempunyai panjang garis pantai sampai 95 000 kilo meter, namun dengan luasan garis pantai tersebut tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan untuk lahan garam, mengingat lahan garam yang baik adalah bertanah liat karena tekstur tanah tersebut mampu menahan air dari kebocoran , sedangkan tanah yang berpasir bersifat forus. Sehingga mengingat kondisi tersebut maka pada daerah – daerah tertentu saja yang bisa memproduksi garam.
8. Iklim sebagai sumber tenaga.Wilayah pantai utara jawa yang merupakan daerah sentra garam rakyat hanya  berkisar 4  sampai 5 bulan saja terjadi musim kemarau , padahal dimusim tersebut petani garam mampu memproduksi garam secara maksimal , sehingga petani garam hanya mampu memproduksi disaat kemarau saja . tetapi lain halnya didaerah Indonesia timur , musim kemarau hampir bisa sampai 8 bulan , sehingga untuk ekstensifikasi lahan Indonesi timur sangat lebih baik. 

b. Konstruksi lahan semi intensif
GAMBAR LAHAN POLA SEMI INTENSIF
Sangatlah nyata hasil produksi garam rakyat dari 60 – 80 ton per hektar per musim menjadi 150 ton per hekter per musim yaitu dengan merobah lahan garam dari pola tradisional menjadi pola semi intensif . karena dari pola semi intensif ini akan didapat beberapa keuntungan 
1. Luasan perbandingan lahan 35% untuk kolam buffer , meja peminihan dan bunker , dan 65% meja Kristal. Sehingga meja Kristal dapat di buat sampai 48 meja per hektarnya, sedangkan pada pola tradisional hanya 20 meja Kristal setiap hektarnya.
2. Adanya sistim ulir yang digunakan dari meja peminihan sampai ke kolam penampungan air tua ( bunker ) , karena pada sistim ulir ini akan mempercepat proses perolehan air tua.
3. Tersedianya bunker sebagai kolam penampungan air tua , sehingga petani garam tidak akan kesulitan ( kekurangan ) air tua yang akan dilepas kemeja Kristal 
4. Waktu proses persiapan produksi akan lebih cepat yakni hanya 15 hari , karena proses pembuatan air baku ( air tua ) menggunakan sistim ulir. Sedangkan pada pola tradisional untuk persiapan proses produksi mencapai 40 hari.

Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seiring dengan bertambahnya penduduk dan pesatnya perkembangan industri terhadap kebutuhan garam, hal ini ada beberapa  permasalahan pokok yang perlu diselesaikan secara bersama oleh instansi yang terkait dengan produksi garam nasional, adapun permasalahan tersebut diantaranya adalah tentang teknologi dan teknis produksi.
Bila ditinjau dari masalah teknologi
Petani garam dalam proses pembuatan garam  menggunakan cara yang sangat sederhana yaitu menguapkan air laut didalam petak pegaraman dengan tenaga sinar matahari tanpa sentuhan teknologi apapun, sehingga walaupun bahan baku melimpah namun salinitas dan polutan yang terlarut sangat beragam, disamping itu areal pegaraman terpencar-pencar dan kepemilikan lahan oleh rakyat sempit, adapun hal – hal yang lain adalah sebagai berikut :
a. Areal sarana
Luas areal pada pegaraman rakyat yang dimiliki secara perorangan sangat kecil yaitu berkisar antara 0,5 sampai dengan 5 hektar per unit dengan penataan petak peminihan dengan petak kristalisasi yang tidak memenuhi persyaratan dimana petak peminihan lebih sangat luas dibandingkan dengan petak kristalisasi
b. Proses
Secara umum dalam proses produksi garam rakyat adalah total kristalisasi , dimana air tua yang berada dimeja peminihahan bila dianggap mencukupi kepekatanya langsung dialirkan kemeja – meja kristalisasi, tanpa pengontrolan kepekatan larutan air garam yang memenuhi syarat. Selain hal tersebut juga didalam pemadatan atau pengolahan meja kristalisasi  kurang bagus atau kurang padat sehingga pada saat pemanenan kemungkinan permukaan meja tanahnya akan ikut terbawa sehingga warna kristal garam akan menjadi keruh atau coklat.
c. Produktifitas :
Produktifitas rata – rata petani garam berkisar 60 ton sampai 80 ton  per hektar permusim dikarenakan petakan – petakan proses produksi garam masih belum tertata secara benar atau  tetap sama secara turun temurun tanpa sentuhan teknologi apapun
d. Mutu garam
Garam yang dihasilkan dalam  bentuk kristal yang kecil dan rapuh hal ini dikarenakan pada proses pelepasan air tua yang belum saatnya serta waktu pemanenan yang terlalu pendek yakni berkisar 3 s.d 5 hari
Masalah Teknologi Produksi
a. Teknis Produksi
Peralatan dan cara produksi masih sederhana, saluran air bahan baku tidak tertata sehingga pasokan air sebagai bahan baku tidak kontinyu, Kemampuan petani garam didalam mengolah lahan garam untuk peningkatan produksi  terpusat di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan, sedangkan SDM di Indonesia Timur kualitasnya masih harus ditingkatkan.
b. Iklim
Musim kemarau di pulau jawa relative pendek yaitu berkisar 4 s.d. 5 bulan pertahun dengan kelembaban yang tinggi, sehingga produktivitas garam pertahun rendah, sedangkan untuk Indonesia timur musim kemarau hingga 7 s.d. 8 bulan
c. Produktivitas Lahan
Produktivitas lahan garam rakyat rata – rata masih rendah yaitu sekitar 60 s.d 80 ton/ha/musim
d. Kualitas Produk
Kualitas produk tidak seragam dengan kandungan zat pencemar yang tinggi. Sehingga untuk peningkatan kualitas atau pemurnian kristal garam melalui pencucian menyebabkan naiknya biaya, oleh Karena itu garam rakyat cenderung dijual dengan kualitas seadanya. Sebagai perbandingan garam konsumsi produksi PT. Garam mengandung NaCl 95 % – 97 %, sedangkan garam rakyat mengandung NaCl lebih kecil dari 95%.
e. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana garam rakyat belum tertata dan kurang memadai. Tata letak pegaraman rakyat umumnya tidak teratur dan terpencar-pencar, sarana jalan yang menghubungkan petak/lahan dengan jalan raya sebagai sarana transportasi hampir dikatakan tidak ada atau tidak memadai. Hal ini menyebabkan biaya angkut ke tepi jalan raya (transportasi ke atas truk pengangkut) menjadi tinggi sehingga pendapatan pembudidaya garam pada umumnya menjadi lebih kecil karena dipotong biaya transport yang cukup besar.
Berdasarkan masalah yang ada saat ini maka untuk meningkatkan produksi dan kualitas garam rakyat perlu ada sentuhan teknologi bagi pembudidaya garam rakyat. Adapun untuk peningkatan produksi perlu penataan lahan yang ada yaitu merobah lahan dari tradisional menjadi semi intensif , karena pada lahan tradisional umumnya terdiri dari : kolam penampung air muda, kolam peminihan, meja kristalisasi sedangkan kolam penampung air tua hanya ada disekitar meja kristalisasi yang berbentu parit. Pada lahan semi intensif terdiri dari kolam penampung air muda, kolam peminihan, kolam ulir , kolam penampung air tua dan meja kristalisasi. Dari perbedaan tersebut pada lahan semi intensif akan cepat didapat air tua yaitu dengan penambahan kolam ulir, dan untuk meningkatkan produksi garam diperluasnya meja kristalisasi hal ini tidak perlu dikawatirkan kekurangan air tua karena stok air tua sudah tersedia di kolam penampung air tua.
Sedangkan untuk meningkatkan mutu garam rakyat yang perlu dilaksanakan oleh pembudidaya garam adalah pengontrolan air tua yang akan dilepas kemeja kristalisasi dimana air tua yang akan dilepas harus mempunyai kepekatan 25° Be agar didapat kristal garam yang baik yaitu kristal garam tersebut tidak mudah rapuh dengan waktu pemanenan minimal 10 hari.
Selain hal tersebut yang perlu mendapat perhatian adalah kondisi meja kristalisasi, karena pada umumnya pembudidaya garam rakyat selama musim kemarau ingin memanen garamnya secara terus menerus, tidak lagi memperhatikan kondisi lapisaan atas meja kristalisasi, padahal dengan pemanenan yang terus menerus menyebabkan tanah lapisan atas meja kristalisasi akan rusak, sehingga akan didapat kristal garam yang warnanya keruh atau kecoklatan.  Untuk mencegah hal tersebut maka pada pembudidaya garam rakyat dalam proses pembuatan garamnya disarankan dengan TEKNOLOGI GEO MEMBRANE 
Lahan Garam dengan Teknologi Geo Membrane
Berdasarkan dari masalah teknologi dan produksi terhadap garam rakyat maka saat ini Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan ( BPPP ) Tegal dalam upaya meningkatkan hasil produksi dan kualitas garam rakyat maka dalam pob. la pelatihan yang diterapkan pada pembudidaya garam rakyat mengembangkan metode teknologi geo membrane dimana dalam metode tersebut akan didapat garam yang berkualitas sesuai standart SNI dan produksi garam yang dihasilkan akan mengalami peningkatan
Tahapan teknologi geo membrane
1. Lahan yang mau digunakan harus di rubah tata letaknya yaitu dari lahan tradisional menjadi semi intensif perubahan tata letak ini dimaksudkan untuk meningkatkan hasil produksi, dimana pada lahan semi intensif terdiri dari beberapa petakan 
a. Kolam penampung air muda 
b. 2 buah kolam peminihan 
c. Kolam ulir
d. Kolam penampung air tua
e. Meja kristalisasi
Dari perubahan lahan tersebut akan dapat meningkatan produksi yang sangat nyata yaitu mencapai 40% hingga 60% hal ini disebabkan dari perbandingan luas lahan dimana 35 % luas lahan digunakan untuk kolam penampung air tua, kolam peminihan, kolam ulir dan kolam penampung air tua, sedangkan 65 % digunakan untuk meja kristal, selain produksi meningkat keuntungan yang lain dari sistim semi intensif ini adalah masa produksi yang lebih cepat dimana dalam waktu 14 hari akan cepat didapat air tua sedangkan pada lahan tradisional untuk mendapatkan air tua sampai 30 hari.
b. Melapisi meja kristalisasi dengan terpal plastik 
Untuk meningkatkan mutu garam rakyat yang saat ini menjadi tuntutan pasar maka petani garam harus mau menambah sarana yang ada. Karena saat ini produksi garam rakyat dinilai kurang memenuhi syarat SNI, yakni nilai NaCl yang rendah, warna buram kecoklatan dan rapuh. Oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan yang ada maka saat ini dikembangkan teknologi geo membrane. Didalam teknologi geo membrane seluruh meja kristalisasi dilapisi terpal plastik hal ini untuk menjamin terhadap kebersihan produksi garam.
Dengan teknologi geo membrane pembudidaya garam rakyat selama musim garam dapat memanen garamnya secara terus menerus, tidak perlu khawatir lagi terhadap kwalitas garam yang dihasilkan karena kristal – kristal garam tersebut tidak bersentuhan dengan tanah, sehingga akan didapat kristal garam yang putih, bersih dan berbobot. Selain pada meja kristalisasi yang dilapisi dengan terpal plastik juga pada saluran pemasukan air tua dari kolam penampung air tua ke meja kristalisasi perlu dilapisi terpal plastik, hal ini dimaksudkan untuk mencegah lumpur tanah yang ada pada saluran pemasukan jangan sampai terbawa masuk ke meja kristalisasi, pada saat  membagi masuknya air tua ke meja –meja kristalisasi.
c. Terpal Plastik yang di gunakan.
 Terpal plastik yang digunakan untuk geo membrane bisa menggunakan  nomor A 12 atau plastik HDPE dengan ketebalan 500 mikron, karena plastic ini mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, dimana dalam penggunaanya mampu bertahan sampai empat musim garam dengan perawatan yang baik. Di dalam perawatan plastic ini, apabila tidak musim garam harus di lepas dari meja kristalisasi kemudian dicuci dan digulung kembali terus disimpan dalam bak air, jangan disimpan pada tempat yang kering, karena kemungkinan akan dirusak oleh tikus.
d. Cara Pemasangan geo membrane
  • Ukur luasan plastik geo membrane yang akan di gunakan 
  • Buat galengan pada meja kristalisasi sesuai dengan luasan plastik geo membrane
  • Guluk atau padatkan meja kristalisasi agar permukaan meja kristalisasi rata.
  • Bentangkan plastik geo membran pada meja kristalisasi hingga menutupi seluruh permukaan galengan.
  • Kuatkan pada tepi plastik geo membrane dengan cara memberi pasak kayu pada bagian tepi plastik geo membrane.

SUMBER :
  1. Buku Panduan Pembuatan Garam Bermutu 2002. Badan Riset Kelautan dan Perikanan.Pusat Riset Wilayah Laut dan  Sumberdaya  Nonhayati. Proyek Riset Kelautan dan Perikanan .
  2. Pemberdayaan Garam Rakyat.2003. Direktorat Jendral Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Pemasaran Departemen Kelautan dan Perikanan
  3. Buku Panduan Diklat Teknis Pemberdayaan Garam Rakyat 2010. Balai Diklat Perikanan Tegal.
  4. http://www.bppp-tegal.com

SEKILAS TENTANG ARTEMIA

SEKILAS TENTANG ARTEMIA




 Artemia merupakan salah satu makanan hidup yang sampai saat ini paling banyak digunakan dalam usaha budidaya udang, khususnya dalam pengelolaan pembenihan.

Sebagai makanan hidup, Artemia tidak hanya dapat digunakan dalambentuk nauplius, tetapi juga dalam bentuk dewasanya. Bahkan jika dibandingkandengan naupliusnya, nilai nutrisi Artemia dewasa mempunyai keunggulan, yakni kandungan proteinnya meningkat dari rata-rata 57 % pada nauplius menjadi 70 %pada Artemia dewasa yang telah dikeringkan.

Selain itu kualitas protein Artemia dewasa juga meningkat, karena lebih kaya akan asam-asam amino essensial. Demikian pula jika dibandingkan dengan makanan udang lainnya, keunggulan Artemia dewasa tidak hanya pada nilai nutrisinya, tetapi juga karena mempunyaikerangka luar (eksoskeleton) yang sanga tipis, sehingga dapat dicerna seluruhnya oleh hewan pemangsa.

Melihat keunggulan nutrisi Artemia dewasa dibandingkan dengan naupliusnya dan juga jenis makanan lainnya, maka Artemia dewasa merupakan makanan udang yang sangat baikjika digunakan sebagai makanan hidupmaupun sumber protein utama makanan buatan.

Untuk itulah kultur massal Artemia memegang peranan sangat penting dan dapat dijadikan usaha industri tersendiri dalam kaitannya dengan suplai makanan hidup maupun bahan dasar utama makanan buatan. Untuk dapat diperoleh biomassa Artemia dalam jumlah cukup banyak, harus dilakukan kultur terlebih dahulu.

Produksi biomassa Artemia dapat dilakukan secara ekstensif pada tambak bersalinitas cukup tinggi yang sekaligus memproduksi Cyst(kista) dan dapat dilakukan secara terkendali pada bak-bak dalam kultur massal ini.(Ir. Sri Umiyati Sumeru )Pernah ditemukan kista tertua oleh suatu prusahaan pemboran yang bekerja disekitar Danau "Salt Great". Kista tersebut diduga berusia sekitar lebih dari 10.000 tahun ( berdasarkan metode carbon dating ). Setelah diuji, ternyata kista-kista tersebut masih bisa menetas walaupun usianya 10.000 tahun .

Beberapa sifat artemia yang menunjang antara lain :

(a) Mudah dalam penanganan, karena tahan dalam bentuk kista untuk waktu yang lama
(b) Mudah berada ptasi dalam kisaran salinitas lingkungan yang lebar.
(c) Makan dengan cara menyaring, sehingga memper mudah dalam penyedian pakannya.
(d) Dapat tumbuh dengan baik pada tingkat padat penebaran tinggi. .
(e) Mempunyai nilai nutrisi tinggi, yaitu kandungan protein 40 – 60%.
(f)
Sekarang banyak pembudidaya ikan dan udang memakai pakan alami Artaemia dalam pemberian pakan. Artemia sangat mudah untuk ditetaskan menjadi larva sampai dewasa, tapi harga artemia sangat mahal bagi pembudidaya ikan maupun udang. Biasanya artemia diberikan pada ikan pada saat ikan berumur 12-30 hari. Menurut INVE Aquaculture Belgia Artemia mengandung 56% protein yang biasanya pada udang diberikan pada PL5 dan PL25.





Gambar  Artemi salina


Artemia atau “brine shrimp” merupakan salah satu jenis pakan alami yang sangat diperlukan dalam kegiatan pembenihan udang dan ikan. Beberapa sifat artemia yang menunjang antara lain :

(a) Mudah dalam penanganan, karena tahan dalam
bentuk kista untuk waktu yang lama.
(b) Mudah berada ptasi dalam kisaran salinitas
lingkungan yang lebar.
(c) Makan dengan cara menyaring, sehingga memper
mudah dalam penyedian pakannya
(d) Dapat tumbuh dengan baik pada tingkat padat
penebaran tinggi .
(e) Mempunyai nilai nutrisi tinggi, yaitu kandungan
protein 40 – 60%Klasifikasi dari Artemia:

Kingdom : Animalia.
Phylum : Arthropoda
Subphylum : Crustacea
Class : Branchiopoda
Order : Anostraca
Family : Artemiidae
Grochowski, 1895
Genus : Artemia
Leach, 1819




Bagian-bagian dari dari tubuh Artemia yaitu bawah ini:




bagian-bagian tubuh Artemia


Proses reproduksi dari Artemia

Siklus hidup Artemia bisa dimulai dari saat menetasnya kista atau telur. Setelah 15-20 jam pada suhu 25 derajat celcius kista akan menetas menjadi embrio. Dalam waktu beberapa jam embrio ini masih akan tetap menempel pada kulit kista. Pada fase ini embrio akan tetap menyelesaikan perkembanganya kemudian berubah menjadi naupli yang akan bisa berenang bebas. Pada awalnya naupli aka berwarna orange kecoklatan akibat masih mengandung kuning telur. Artemia yang baru menetas tidak akan makan, karena mulut dan anusnya belum terbentuk dengan sempurna. Setelah 12 jam mereka akan ganti kulit dan memasuki tahap larva kedua. Dalam fase ini mereka akan mulai makan, dengan pakan berupa mikro alga, bakteri, dan detritus organic lainya. Pada dasarnya mereka tidak akan peduli (tidak memilih) jenis pakan yang dikonsumsinya selama bahan tersebut tersedia dalam air dengan ukuran yang sesuai. Naupli akan berganti kulit sebanyak 15 kali sebelum menjadi dewasa dalam kurun waktu. 8 hari. Artemia dewasa rata-rata berukuran sekitar 8 cm, meskipun demikian pada kondisi yang tepat mereka dapat mencapai ukuran sampai dengan 20 mm. pada kondisi demikian biomasnya akan mencapai 500 kali dibandingkan biomas pada fase naupli.



Siklus hidup Artemia

Dalam tingkat salinitas rendah dan pakan yang optimal, betina Artemia bisa menghasilkan naupli sebanyak 75 ekor perhari. Selama masa hidupnya (sekitar 50 hari) mereka bisa memproduksi naupli rata-rata sebanyak 10-11 kali. Dalam kondisi super ideal, Artemia dewasa bisa hidup selama 3 bulan dan memproduksi naupli atau kista sebanyak 300 ekor(butir) per 4 hari. Kista akan terbentuk apabila lingkungnya berubah menjadi sangat salin dan bahan pakan sangat kurang dengan fluktuasi oksigen sangat tinggi antara siang dan malam. Artemia dewasa toleran terhadap selang -18 derajat hingga 40 derajat.. sedangkan temperature optimal untuk penetasan kista dan pertumbuhan adalah 25-30oC. Meskipun demikian hal ini akan ditentukan oleh strain masing-masing. Artemia menghendaki kadar salinitas antara 30-35 ppt, dan mereka dapat hidup dalam air tawar selama 5 jam sebelum akhirnya mati. Variable lain yang penting adalah pH, cahaya, dan oksigen. pH dengan selang 8-9 merupakan selang yang paling baik, sedangkan pH di bawah 5 atau lebih tinggi dari 10 dapat membunuh Artemia. Cahaya minimal diperlukan dalam proses penetasan dan akan sangat menguntungkan bagi perumbuhan mereka. Lampu standar grow-lite sudah cukup untuk keperluan hidup Artemia. Kadar oksigen harus dijaga dengan baik untuk pertumbuhan artemia. Artemia dengan supply oksigen yang baik, Artemia akan berwarna kuning atau merah jambu. Warna ini bisa berubah menjadi kehijauan apabila mereka banyak mengkonsumsi mikro algae.pada kondisi yang ideal seperti ini, Artemia akan tumbuh dah beranak-pinak dengan cepat. Sehingga supply Artemia untuk ikan yang kita pelihara bisa terus berlanjut secara kontinyu. Apabila kadar oksigen dalam air rendah dan air banyak mengandung bahan organic, atau apabila salinitas meningkat, artemia akan memakan bacteria, detritus, dan sel-sel kamir (yeast). Pada kondisi demikian mereka akan berwarna merah atau orange. Apabila keadaan ini terus berlanjut mereka akan mulai memproduksi kista.

BUDIDAYA ARTEMIA

Desain dan konstruksi Tambak

Petakan tambak untuk budidaya artemia umumnya terdiri atas 4 fungsi, yaitu petakan reservoir, evaporasi, distribusi dan petakan budidaya. Selain itu ada pula petak kultur plankton sebagai pelengkap. Petakan reservoir ada dua, petakan reservoir 1 sedalam 60 – 100 cm untuk menampung air laut dengan salinitas 30 – 35 permil, sedangkan petakan reservoir 2 sebagai penampung air bersalinitas tinggi (80 – 120 permil) dari petak evaporasi untuk kemudian dialirkan kedalam petakan distribusi. Petakan evaporasi dibuat dangkal (kedalaman 5 – 7 cm) dengan dasar petakan rata, padat dan miring kesalah satu sisi. Hal ini untuk mempermudah proses evaporasi dan mempercepat aliran air. Dalam petakan ini diharapkan salinitas meningkat sampai dengan 120 permil atau lebih. Petakan distribusi berupa kanal keliling, berfungsi untuk memasok air bersalinitas tinggi (>120 permil) kedalam petakan budidaya. Petakan distribusi dibuat dangkal ( ±5 cm ) untuk memungkinkan salinitas air semakin tinggi. Petakan budidaya merupakan petakanpetakan seluas masing-masing 1.000 – 1.500 M2
dengan kedalaman sekitar 60 cm, dan dilengkapi dengan caren keliling sebagai tempat belindung artemia dalam keadaan ektrim. Pada petakan budidaya inilah kegiatan produksi kista artemia dilakukan dengan memanfaatkan sifat reproduksi ovivar.

Pengelolaan Budidaya

Persiapan tambak dilakukan dengan maksud menghindari adanya kebocoran pematang dan untuk penyediaan pakan alami (fitoplankton).
Kegiatan persiapan tambak terdiri atas :
1. Pengeringan dasar dan pemadatan pematang
2. Pengapuran 300 – 500 kg/Ha
3. Pemupukan dasar dengan pupuk organik 1.000 kg/ha, TSP 150 kg/ha, dan urea 300 kg/ha
4. Pengisian air salinitas tinggi hingga kedalaman mencapai 40 -50 cm.
5. Pemberantasan hama dengan saponin 10-20 ppm.
Penetasan Nauplii artemia yang ditebarkan berasal dari kista yang telah diteteskan dengan cara dekapsulasi. Untuk penebaran sebaiknya digunakan nauplii instar I, karena instar yang lebih tinggi lebih peka terhadap perubahan salinitas Umumnya penebaran dilakukan sore hari dengan kepadatan 200 nauplii/liter dilakukan sore hari dengan kepadatan 200 nauplii/liter.

Prosedur Pemeliharaan

Untuk mendapatkan biomassa Artemia, nauplius Artemia dikultur dalam beberapa hari. Lama pemeliharaan tergantung pada ukuran Artemia yang dikehendaki. Jika Artemia digunakan sebagai makanan juvenil udang, maka lama pemeliharaan sekitar 7 hari, sedangkan jika digunakan sebagai makanan udang dewasa maupun untuk diproses sebagai bahan baku makanan buatan, maka lama pemeliharaan sekurang-kurangnya 15 hari.
Prosedur produksi Naupli Artemia inkubasi cyst dalam air laut
 Cyst Artemia dilarutkan dalam air laut dan diaerasiØ
 Suhu air untuk penetasan 30 C, pH : 8-9, DO dalam kondisi, kepadatan cystØ < 10 g/L
 Pemanenan awal : qualitas terbaik, kandungan kalori tertinggi, ukuran nauplii sesuaiØ
 Setelah moulting kedua (24 jam setelah menetas) : 
 nilai kalori Artemia berkurang hingga 27 %Ø
 Pemanenan dengan net ukuran 150 µm, dicuci untuk meghilangkan bahan organik terlarut dan bakteriØ
 Desinfektan : 100 ppm Iodin selama 10 menit.Ø
Biomassa Artemia dapat langsung diberikan kepada udang yang disesuaikan dengan ukurannya atau disimpan dalam bentuk segar (dalam freezer) maupun dikeringkan untuk dibuat tepung Artemia.

Pemeliharaan

Pemberian makan Artemia adalah dengan menyaring (Filter feeder), maka diperlukan makanan dengan ukuran partikel khusus, yaitu lebih kecil dari 60 mikron. Makanan yang diberikan dapat berupa makanan buatan maupun makanan hidup atau plankton. Makanan buatan yang memberikan hasil cukup baik dan mudah didapat adalah dedak halus. Cara pemberiannya harus disaring terlebih dahulu dengan saringan 60 mikron. Sedangkan plankton yang dapat digunakan sebagai makanan. Selain itu pakan buatan lain yang dapat diberikan selama masa pemeliharaan adalah campuran bungkil kelapa dan tepung ikan dengan perbandingan 1:1 dalam dosis 10 gr/ton/hari.
Artemia adalah jenis plankton yang juga digunakan sebagai makanan larva udang, seperti Tetraselmis sp, Chaetoceros sp, Skeletonema sp. Oleh karena itu kultur Artemia dengan plankton sebagai makanan alami lebih mudah dilakukan dalam suatu unit usaha pembenihan udang.

Pemungutan Hasil

Pemanenan kista diharapkan mulai berlangsung pada akhir minggu ketiga setelah penebaran. Kista yang telah dilepaskan dan mengumpul di tepi petakan, dipanen dengan menggunakan seser dari bahan nilon berukuran mata 150 mikron. Pemanenan dapat dilakukan setiap hari, kista hasil pemanenan tersebut direndam dalam air bersalinitas tinggi selama beberapa jam, kemudian dibersihkan untuk tujuan
pengeringan.

Penanganan Pasca Panen

Penanganan pasca panen terdiri atas pencucian, penyimpanan pengepakan dan pengangkutan. Untuk pencucian dan pembersihan dari kotoran, kista artemia dilewatkan tiga seri saringan bermata 700; 350 dan 100 mikron. Saringan 700 mikron ditujukan untuk memisahkan kotoran berukuran besar, sedangkan saringan 350 mikron untuk kotoran yang lebih kecil. Pencucian tersebut dapat dilakukan di lapangan sehingga kotoran yang berukuran lebih dari 350 mikron dan kurang dari 100 mikron dapat terbuang. Pencucian kemudian dilanjutkan dengan merendam kista artemia dalam larutan garam jenuh untuk membersihkan dari kotoran yang masih tinggal. Kotoran yang tertinggal (biasanya lumpur) akan tenggelam, sementara kista artemia mengapung dalam larutan larutan garam, sehinggga mudah memisahkannya. Kista artemia kemudian disimpan dengan cara merendamnya dalam larutan garam jenuh yang bersih (salinitas 150 permil). dan disimpan dalam wadah tertutup. Pada tahap ini, kista artemia akan terdehidrasi, yaitu mengganti sisa air dengan air garam. Setelah 24 jam, air garam diganti dan kista dapat disimpan selama sebulan. Disarankan, air garam diganti setelah dua minggu, dan kista diaduk beberapa kali selama penyimpanan. Untuk tujuan yang tidak terlalu jauh , artemia dapat didistribusikan secara basah dalam larutan garam jenuh seperti ini. Pengepakan dapat dilakukan secara sederhana menggunakan kantong plastic kapasitas 1 kg. Setelah kista dimasukkan kedalam kantong, udara dalam kantong dikeluarkan dengan cara meremasnya keluar, kemudian kantong diikat erat dengan karet. Kantong plastik dirangkap dengan cara yang sama.


Sumber :
-  Anonymous,2008a. http://sn2000.taxonomy.nl/Taxonomicon/TaxonTree.aspx?id=33062.
-  Anonymous, 2008b. http//www.google.com./ O-Fish: Artemia salina.com/.
-  Dirjen,Perikanan, 2003. http// www.goggle.com/ Budidaya Artemia Di Tambak Garam.
-  Sumeru, Sri Umiyati, Ir. 2008. http// www.gooogle.com./ Produksi Biomassa Artemia.

Selasa, 21 November 2017

BUDIDAYA LELE BIOFLOC ( S.O.P)

BUDIDAYA LELE BIOFLOC
(Standart Operational Procedure)


  




MANAJEMEN AIR



1.         PERSIAPAN MEDIA

a. Desinfektan (suci hama) Kolam
·        Disinfeksi dg menggunakan chlorine (kaporit)
Kolam diisi penuh, larutkan chlorine 30 ppm diamkan selama 3 hari agar efek chlorine bisa teroksidasi, untuk mempercepat oksidasi gunakan aerasi yang kuat atau bila kolam full terkena sinar matahari dalam waktu 3 hari efek chlorine akan hilang
·        Tujuan disinfektan adalah mensterilkan organisme di kolam terutama bakteri pathogen dan parasit yang mengganggu pertumbuhan ikan.
b.   Ketinggian air minimal 80-100 cm
·                    Rentang perubahan suhu rendah, sehingga suhu relatif stabil
·                    Toleransi tingkat kejenuhan media tinggi (air tidak mudah jenuh oleh sampah organik)
·                    Ruang yang lebih luas memungkinkan ikan bergerak lebih bebas
c. Penggaraman dengan garam krosok
-       Menstabilkan komposisi kimia air/reaksi kimia air sudah selesai
-       Penggaraman 3 kg/m³ (maksimal 5 promill), untuk menghambat pertumbuhan parasit dan bakteri pathogen
-       Stabilisasi kimia air dan pH air
-       Mineral yang terkandung di garam sangat berguna untuk pertumbuhan bakteri
-       Mineral garam juga sangat berguna untuk mengikat ion nitrit
Pemberian molase
·        Pemberian molase di awal sebanyak 50-100ml/m3 di awal bertujuan:
·        Menghambat pertumbuhan plankton (Blue Green Algae) sehingga tidak mendominasi media (menghindari air hijau)
·        Pemberian molase diawal juga bertujuan menaikkan kompisisi C:N ratio menjadi tinggi sehingga memungkinkan untuk bakteri heterotroof untuk segera mendominasi media.

Catatan kasus kematian benih pada awal tebar:
penyebab bisa macam2. misal, beberapa hari setelah tebar kena hujan, planktonnya goncang, amonia naik juga biosa menyebabkan kematian spt itu. serangan parasit protozoa (trichodina, ichthyopthirius, dll), cacing (dactilogyrus, gyrodactilus ) juga bisa menyebabkan kematian spt itu, yg biasanya semakin ganas saat cuaca dingin. dan kemungkinan masih banyak lagi. Serbetul. biasanya, saat cuaca dingin atau hbs hujan dimana plankton mati (amonia tinggi) nafsu makan ikan turun dan ikan menjadi lemah. saat inilah trichodina menyerang. ikan menggantung selanjutnya banyak makmum yang mengikuti.




2.         APLIKASI PROBIOTIK

a.   Probiotik
Beberapa bakteri dalam bentuk konsorsium diberikan dengan maksud koloni bakteri yang akan tumbuh di kolam kita yang mengatur, sesuai dengan fungsi yang kita harapkan.
b.   Bakteri yang diaplikasikan :
-      Bacilus substilis
-      Bacilus polymixa
-      Bacilus megaterium
-      Bacilus plantarum
-      Bacilus thermopillic
c. Air dikondisikan 5-7 hari
Populasi bakteri pendukung (dekomposer)  mendominasi media

d.   Intensitas dan dosis aplikasi probiotik
-      Persiapan media 5 cc/m³
-      Pada saat tebar benih 2 cc/m³
-      Selanjutnya pada hari ke-7, 14, 19, 24, 28, 32, 36, 40, 43, 46, 49, 52, 54, 56, 58, 60 masing-masing 2 cc/m³
e. Fermentasi pakan dengan probiotik 2 cc/ kg pakan, selama 2-3 hari, ditutup untuk menghindari kontaminator
Fermentasi pakan dilakukan dengan cara:
Mencampur 1 kg pakan dengan 300ml air yang dicampur probiotik 2 cc, diaduk-aduk kemudian diperam selama 2hari maksimal 7 hari.
Tujuan fermentasi pakan:
·       Memotong rantai peptide protein dari rantai panjang protein
·       Bakteri akan memanfaatkan protein, sehingga bakteri akan berkembang di pakan (substrat)
·       Pemanfaatan serat oleh bakteri selulolitik dan diubah menjadi protein

3.         KONTROL KUALITAS AIR

a.   Dominasi plankton dan zooplankton
-      Warna    : hijau muda cerahhijau tua pekat
-      Bau        : tidak berbau – bau lumut

Pada saat dominasi plankton ada kondisi dimana pada saat siang oksigen terlarut di air sangat tinggi (DO) yang dihasilkan oleh fotosintesis dari fitoplankton, akan tetapi pada saat malam plankton akan menggunakan oksigen sehingga DO turun, bahkan DO dikolom terbawah air mendekati Nol
Kondisi perbedaan DO yang ekstrim akan membuat ikan bekerja keras untuk aklimatisasi dan menguras banyak energi ikan, sehingga pakan yang dimakan ikan tidak sepenuhnya untuk pertumbuhan, sehingga pertumbuhan lambat
Pada masa dominasi ini banyak tedapat algae yang termasuk plankton (phytoplankton = plankton yang bersifat tumbuhan dan bisa berfotosintesis). kalo plankton yang bersifat hewan = zooplankton, plankton yang hidup dari sampah (bhn organik disebut saproplankton (termasuk bakteri dan jamur). plankton sendiri didefinisikan sebagai jasad renik yg hidup melayang-layang dalam air, bergerak sedikit/tidak bergerak dan selalu mengikuti arus.
Pada fase ini kita perlu berhati-hati terhadap Blue Green Algae (BGA), yang muncul dan dominan karena lingkungan mendukungnya. Dalam hal ini jenis fitoplankton lain tidak tumbuh. Misalnya N/P ratio rendah (miskin mineral), BGA tetap tumbuh krn bisa mengikat N dr udara. Sinar matahari cukup. Jadi utk menekan perkembangan BGA (selain ganti air) adalah menambah N (pupuk ZA jangan urea), aplikasi probiotik dan kurangi sinar yg masuk ke kolam dengan menutup sebagian atau seluruh atas kolam
Cirinya, air akan berwarna hijau gelap/tua, kadang permukaan berlendir, bisa mempengaruhi nafsu makan (nafsu makan turun) dan muncul kotoran putih yang mengambang di permukaan (untuk lele ukuran pendederan - besar). karena terjadi infeksi pada pencernaan (hemocytic enteristik)
Bila terjadi overbloom (terlalu pekat) bisa digunakan bhn kimia perusi (copper sulfat) 0,1 - 0,5 g/m3. atau bahan yg mengandung bhn aktif copper sulfat, adapun dosis mengikuti petunjuk obat tsb.
untuk kolam tanah, bisa menggunakan liat yg diencerkan hingga cair kemudian ditebar secara merata dipermukaan kolam. air spt warna sungai banjir. dgn demikian, BGA akan terikat oleh liat dan mengendap, disamping itu, permukaan yg keruh akan mengurangi/menghalangi sinar matahari shg perkembangan BGA bisa dihambat.
plankton tersebut memang bisa tumbuh di perairan sekritis apapun dan semiskin apapun. sifatnya kosmopolitan.. mudah hidup dimana-mana dlm kondisi apapun. plankton lain nggak bisa hidup plankton ini mudah beradaptasi dimana saja. Sungguh tanda kebesaran ILLAHI. asal ada sedikit P, dia bisa hidup krn bisa ambil N dr udara.

b.   Dominasi bakteri pengurai
-      Warna    : coklat tehcoklat mudacoklat pekat
-      Bau        : tidak berbau – bau asam amino
Pada masa ini bakteri sudah mendominasi media, pada saat ini komposisi C:N ratio diharapkan berada di atas 15, sehingga bakteri mampu memanfaatkan ammonia.

c. Dominasi bakteri photosintetic
-      Warna      : coklat keruhmerah muda cerah
-      Bau          : asam amino atau bau asam (kecut) 
Pada masa dominasi bakteri fotosintetik, air cenderung berwarna merah-ungu, pada masa ini bakteri PSB tidak banyak mengkonsumsi oksigen (microaerofil) sehingga penambahan unsure carbon bisa dikurangi
Rumus kimia dominasi bakteri fotosintetik
6 CO2 + 12 H2S -- C6H12O6 + 6 H2O + 12 S + energi (kalor)
Jadi bakteri fotosintetik dapat menetralkan racun karena bisa menggunakan Amonia (NH3, NH4+), menghilangkan H2S yang ada dalam air.
Makanya air yang warnanya merah ungu – merah coklat ikan cenderung sehat
jenis plankton ini, bisa menyerap amonia dan H2S,  masalah utama dalam akuakultur yang sering menimbulkan kematian. maka bila warna air ini sudah terbentuk tinggal menjaga kestabilannya, Inilah yang disebut bakteri fotosintetik (PSB) yaitu jenis bakteri yang bisa berfotosintesis tetapi tidak menghasilkan oksigen.
Perhatian :
Hati-hati pada saat pergantian warna air/pergantian dominasi, pada masa ini porsi makan dikurangi 30-50 % dari porsi biasanya, untuk mengurangi tumpukan limbah organic.
Disamping dibaca dari perubahan warna dan kekeruhan, kualitas air dibaca dari perilaku ikan:
Media baik : ikan aktif bergerak, cenderung dibawah, nafsu makan tinggi
Media jelek: ikan lamban, nafsu makan turun, ikan cenderung menggantung di permukaan

Bila media sudah tidak nyaman, segera lakukan pergantian air maksimal 30%, atau dengan penambahan dekomposer

4.         INDIKATOR KUALITAS AIR

a.   Air Sehat
-       Warna cerah, tidak terlalu pekat, tidak berminyak
-       Perilaku ikan : aktif bergerak, nafsu makan tinggi, pada saat siang hari ikan berada didasar kolam
-       Air tidak berbau bau asam amino
-         Air tidak sehat - Warna kusam, pekat, permukaan berminyak
-       Akibat dominasi Blue Green Algae
-       Perilaku ikan : gerakan lamban, menggantung dipermukaan atau pinggir kolam, nafsu makan kurang
-       Bau menyengat → amoniak atau anyir

b.   Pergantian air
-       Situasional, selama ikan merasa nyaman sehat air tidak perlu diganti
-       Pergantian air Maks 30%, untuk menghindari goncangan media yang dapat menyebabkan ikan stress dan mengalami penyusutan berat badan
-       Air yang diganti lapisan paling bawah, kualitas air bawah rendah dengan kandungan amonia dan nitrit tinggi
-       Pergantian dengan cara sirkulasi, untuk menghindari perubahan yang ekstreem dan membuat ikan stress


MANAJEMEN BENIH

 
-        Benih dari induk yang unggul ( bersertifikat pemerintah/swasta )
-        Benih sehat, gerak aktif dan lincah
-        Ukuran sama/seragam
-        Dari satu induk yang sama (kecepatan tumbuh sama)
-        Warna seragam
perbedaan warna benih menunjukkan tingkat kesehatan benih yg beragam atau dengan kata lain benih sudah terinfeksi sehingga mempengaruhi lender dan pigmen sebagai system immune.


-         Organ lengkap
Kumis yang tidak lengkap/rontok menandakan ikan pernah terserang penyakit, termasuk sirip yang tidak utuh lagi bentuknya. Patil yang tidak lengkap menunjukkan kualitas induk masih sangat dekat kekerabatannya (inbreed) sehingga dapat dipastikan akan diikuti kelainan organ atau daya tahan ikan.

-        Bentuk proporsional
-          Benih dari pembenih/ hatchery yang terpercaya

MANAJEMEN PAKAN


1.   Pakan berkualitas kualitas (referensi dari pembudidaya yang sudah mencoba) dan ketersediaan di wilayah sekitar (efisiensi biaya transportasi), pemilihan produk didasarkan pada bukti
2.  Ukuran pakan disesuaikan dengan bukaan mulut ikan, dengan tujuan pertumbuhan ikan rata (racak)
3. Feeding program (program pakan)




Dari pakan yang dimakan ikan, dihasilkan C organik, N organik, P organik yang dikeluarkan oleh ikan lewat insang (ekskresi) dan sebagian dibuang dalam bentuk feaces (kotoran). Limbah organik ini yang bereaksi membentuk amonia, nitrit dan zat lain yang meracuni ikan dan merusak komposisi media dan berpotensi besar merangsang pertumbuhan bakteri pathogen (penyakit)

-         Porsi makan daya tumbuh optimum perhari (ADG = Average Daily Growth)

Tabel ini hanya salah salah satu parameter,  porsi makan sangat dipengaruhi oleh :
·        Kondisi alam sekitar
·        Intensitas cahaya matahari yang masuk ke kolam
·        Suhu media (air)
·        Komposisi kimia dan biologi air
·        Jenis benih
·        Teknologi budidaya yang digunakan


-         Porsi makan 80% dari daya kenyang, disediakan ruang dilambung untuk produksi enzym-enzym pencernaan. Diharapkan efisiensi pakan 100% terserap sempurna
-         ikan lele memiliki kodrat mulutnya lebar selebar badan / kepalanya. filosofinya ikan ini rakus makan. ikan akan makan sampai lambungnya penuh. nah bayangkan kalo lambung sudah penuh kemudian pakan mengembang.. apa jadinya?
-         perut/pencernaan akan membengkak, mungkin juga luka. selanjutnya bakteri dalam pencernaan menyerang. biasanya penyakit perut bengkak/kembung karena infeksi bakteri Edwardsiella sp. bakteri ini susah diberantas tuntas karena membentuk cysta
-         efek lain kalau kekenyangan ikan akan terdiam, hati-hati bila terjadi sesuatu yg mengejutkan ikan akan muntah, efeknya air akan rusak dan ikan akan keracunan
-         efek yang lain lagi kalau ikan diam menggantung parasit akan mudah menyerang (hati-hati bila timbul bintik putih, atau bintik merah) maka akan terjadi kematian yang lumayan banyak. cegahlah selagi bisa dgn menerapkan pemberian pakan yg secukupnya saja (80% dari kekenyangan ikan). disamping efisien pakan juga hemat
-         Frekuensi pakan sesuai dengan metabolisme ikan 2 x sehari, metabolisme ikan berkisar 8 jam, bila waktu pemberian pakan 7 pagi dan 5 sore. Maka ada rentang waktu 2 jam untuk istirahat organ-organ pencernaan, dengan tujuan organ pencernaan tetap sehat, ikan pun sehat.
-         Pakan difermentasi menggunakan probiotik EBS Pro untuk menghasilkan enzim :  protease, amilase, lipase dan cellulose. Sistem ini meringankan kerja dari organ pencernaan 30%, dan membantu pemotongan rantai panjang pada protein dan lemak.
-         Rutinitas sesuai jam biologis/ naluri (tepat waktu), pemberian pakan yang berubah-ubah jelas mengganggu/merusak jam biologis makan ikan
-         Teknik pergantian pakan, pergantian pakan sangat berpengaruh pada tingkat keseragaman ukuran ikan. Pada saat pergantian pakan sebaiknya di mix/campur dengan ukuran pakan pengganti.
-         Program puasa 1 x makan setiap minggu, bertujuan untuk memberikan kesempatan pada organ pencernaan untuk istirahat. Teknik ini terbukti efektif dan tidak menganggu daya tumbuh ikan
-         Pengurangan porsi makan hingga 30%, bila sudah terbentuk substrat/ polymer/ biofloc yang terjadi bila porsi pakan mencapai 500 kg/ hari/ hektar

-         Target pakan untuk menghindari over size, Setiap siklus target pakan dihitung/disesuaikan dengan jumlah benih yang ditebar dan teknik budidaya yang diterapkan

4.    Pemberian pakan merata dipermukaan
Penebaran pakan merata dipermukaan, untuk pemerataan pertumbuhan, sebab pada benih kecil yang baru ditebar daya jelajah ikan belum luas sehingga ,asing-masing ikan diharapkan mendapatkan porsi makan yang sama



MANAJEMEN SAMPAH ORGANIK


Pemberian kapur. 
Kapur dapat meningkatkan pH, alkalinitas, mengikat CO2 dan menekan munculnya H2S. Disamping itu juga dapat mempercepat penguraian bahan organik oleh mikroba (probiotik). dosis bervariasi 100 - 200 gr/m3. maksimal 500 gr/m3 bila sangat diperlukan.

1.  Hindarkan penumpukan sampah organik (sirkulasi, shypon), Bila endapan sudah terlalu banyak, sebaiknya endapan dibuang untuk menghindari resiko terbentuknya racun yang langsung meracuni ikan ataupu yang merusak media

2.  Keseimbangan sampah organik (C : N Ratio), C:N ratio dihitung dari jumlah pakan yang masuk dan asumsi FCR yang diperoleh, C:N ratio yang seimbang ada di kisaran 15-20

3.  Penambahan bahan penyeimbang
-         Probiotik
-         Tetes/ Gula/ Terigu
-          
4.  Pengadukan bahan organik untuk menghasilkan substrat

          -    Pengadukan dalam teknologi biofloc berfungsi :
- Mengaduk bhn organik agar tdk mengendap, jadi teraduk dan dirombak oleh baklteri sehingga lebih aman/baik bagi lingkungan
- Tentu kecepatan pengadukan ada pengaruhnya. Terlalu kencang juga berpengaruh pada ikan, terlalu lemah akan terjadi pengendapan di daerah arus lemah. Jadi kalo semburan pompa terlalu kuat, hrs dibuatkan cabang-cabang shg lbh rata.
sementara penambahan karbon ke dalam air cukup dari tetes atau tepung terigu/kanji saja. Yang fungsinya adalah :
- Merangsang perkembangan bakteri pembentuk floc dalam air.
-Mengurangi kandungan ammonia dan didaur ulang menjadi protein dlm sel mikroba


5.  Pembuangan endapan didasar kolam untuk menghindari amoniak dan nitrat, H2S dan CO2

  

MANAJEMAN BUDIDAYA


1. Rotasi Panen
a.   Pengelolaan mudah, panen terjadwal dan kontinuitas produksi terjaga
b.  Penghematan cash how, dengan sistim rotasi cashflow bisa dihemat sampai dengan 35% sedangkan profit margin/keuntungan masih tetap
c.   Rutinitas panen dan tebar benih, membantu kontinuitas supply konsumsi dan ketersediaan benih
d.  Hindari panen raya ( harga stabil ), waktu tebar yang bersamaan memungkinkan terjadinya panen raya yang menyebabkan harga jatuh
e.   Rotasi panen kawasan, waktu panen dalam satu kawasan hendaknya tidak seragam, diperlukan komunikasi dengan sesama pembudidaya

2. Target Panen Ideal
-   Waktu            : sesuai rencana dan sistem rotasi
-   Ukuran           : sesuai dengan ukuran pasar ( size, volume )

3. Pengelolahan Panen
-   Waktu panen   : pagi/ sore ( hindarkan suhu eksteem )
-   Penanganan cepat dan tepat ( grading akurat )

RECORDING
( P e n c a t a t a n )


1.  Kontrol harian/ siklus,
sangat berguna untuk bahan evaluasi siklus budidaya selanjutnya dan untuk perbandingan dengan sistem yang berbeda, kontrol harian ini membutuhkan checklist yang harus diisi oleh pembudidaya atau oleh operator
2.  Fluktuasi pasar,
untuk mengetahui fluktuasi harga dan trend permintaan pasar untuk menghindari harga jatuh akibat over suply produksi
3.  Fluktuasi kendala/ penyakit ,
berguna untuk antisipasi terhadap ancaman penyakit yang berbeda pada setiap musim  ( pancaroba, hujan, kemarau )
4.  Keuangan dan harga panen,
sebagai evaluasi kelayakan bisnis, untuk mempertimbangkan perluasan usaha dan permodalan


BIOSECURITY


1.  Kawasan kolam steril, aman dari gangguan manusia (anak-anak) dan predator (hewan pemangsa)

2.  Aman dari gangguan suara, fisik dan cahaya, temperatur, gangguan ini sangat berpengaruh langsung terhadap menurunnya sistim kekebalan tubuh ikan sehingga ikan dalam waktu yang singkat mudah stress dan terserang penyakit

3.  Peralatan digunakan hanya untuk perkolam

4.  untuk menghindari penyebaran penyakit. Untuk menghindari penyebaran dan penularan penyakit

Catatan:
Beberapa jenis bakteri (misal: Edwardsiela sp.) dalam bentuk spora bisa bertahan selama 6 bulan dalam kondisi kering, beberapa jenis lagi (flagelata) bahkan bisa bertahan sampai lebih dari 1 tahun dalam bentuk cysta. Jadi menjadi sangat penting proses disinfektan kolam dan peralatan un tuk menghindari penularan dan berkembangbya penyakit


Sumber :

Modul Bioflok  TEAM BIOFLOC 165  Research and Development