Sabtu, 10 Februari 2018

PEMBENIHAN IKAN PATIN



                                       
 Ikan Patin adalah sekelompok ikan berkumis atau Siluriformes yang termasuk dalam genus Pangasius dan famili Pangasiidae. Nama “Patin” juga diberikan pada salah satu anggotanya yaitu P. nasutus. Kelompok hewan ini memiliki banyak nilai ekonomi, seperti patin dan patin siam (P. hypophthalmus synonim. P. sutchi, atau beberapa menyebutnya jambal siam). Beberapa anggotanya hidup di Sungai Mekong dan diketahui memiliki ukuran sangat besar hingga mencapai panjang dua meter lebih.
Ikan patin banyak digemari masyarakat karena rasanya yang lezat dan dapat diolah menjadi berbagai olahan makanan seperti gulai, pindang, digoreng atau olahan yang lainnya. Kini banyak orang yang berusaha membudidayakan ikan patin ini.
Ikan patin merupakan  jenis ikan air tawar yang dapat dikomsumsi oleh manusia.Produknya termasuk unggulan sehingga banyak Pembudidaya yang mencoba usaha budaya ikan patin ini,Tekstur daging ikan patin ini memiliki banyak lemak dan agak basah namun tidak memiliki banyak duri.Harga ikan patin dipasaran cenderung stabil sehingga usaha budaya ikan patin ini cukup menjajikan dan berpotensi menghasilkan pendapatan besar.

Secara umum budidaya ikan patin terdiri dari dua kegiatan yakni pembenihan dan pembesaran. Kegiatan pembenihan ikan patin masih tergolong sesuatu yang jarang  diketahui sebab selama ini masyarakat lebih memilih mengambil benih ikan patin di Balai-balai penangkaran, sehingga usaha dibidang pembenihan ini sangan potensial dibandingkan di bidang pembesaran, apalagi proses yang dibutuhkan untuk panen sangatlah singkat dibandingkan pembesarannya, dan proses pembenihan ikan patin ini meliputi beberapa proses yaitu:

1.Memilih indukan yang siap di pijah
2.Menyiapkan hormon atau kelenjar hipofisa
3.Induce breeding atau proses kawin suntik
4.Striping atau kegiatan pengurutan
5.Proses penetasan larva
6.Proses pemeliharaan larva dan pendederan
7.Proses pemanenan dan pengangkutan

Proses Pembenihan Pada Budidaya Ikan Patin
Kegiatan pembenihan ikan patin upaya untuk menghasilkan benih pada ukuran tertentu sehingga yang dihasilkan adalah benih yang diproduksi setelah masa pendederan.

1.     Pemilihan indukan
Untuk memilih indukan yang sudah matang gonad atau siap kawin dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu secara visual dan dengan alat bantu.
Cara Visual
Indukan ditangkap kemudian perhatikan besar kecilnya perut. Selain itu juga dapat dengan melihat warna kulit yang ada pada sekitar genital, jika warnanya kemerahan berarti telur telah matang. Atau juga dengan meraba perut, jika lembek berarti telur telah matang gonad.
Cara Alat Bantu
Alat bantu yang dapat digunakan untuk melihat apakah ikan patin telah matang gonad dapat dilakukan dengan menggunakan selang kanulasi atau kateter, cawan kaca bening, larutan transparan kertas milimeter dan lain sebagainya. Caranya:
Ikan ditangkap kemudian masukkan selang kanulasi ke saluran telur dengan perlahan dan hati-hati agar tidak menyentuh telur. Kemudian sedot untuk mendapatkan sampel telur, lalu ukur diameter telur dengan menggunakan mikroskop atau bisa juga dengan kertas milimeter, apabila telur berukuran sekitar 0,9 mm berarti telah matang gonad.
Selain cara itu, dapat juga dengan cara meletakkan telur dalam cawan kaca bening lalu diberi larutan trasparan, kemudian cawan diletakkan diatas lampu pijar atau senter dan amati posisi inti telur jika letaknya mendekati atau sudah berada di dinding telur erarti sudah matang gonad.
Untuk indukan jantan yang siap kawin dapat dilihat dengan cara mengurut bagian perutnya ke arah anus, jika keluar cairan putih berarti ikan jantan tersebut siap kawin.
Adapun kriteria indukan Patin yang siap dipijahkan adalah:
·      Berumur tiga tahun
·      Ukuran antara 1,5-2 kilogram
·      Perut membesar ke arah anus
·      Perut terasa empuk dan halus saat diraba
·      Kloaka membengkak  dan berwarna merah tua Kulit pada bagian perut lembek dan tipis
·      Ketika kloaka ditekan maka akan keluar beberapa butir telur dengan bentuk bundar yang besarnya seragam sedangkan pada induk jantan akan mengeluarkan cairan sperma berwarna putih.

2.   Menyiapkan hormon hipofisa dengan menggunakan ikan donor.
 Induk dengan berat 1 kg memerlukan hipofisa dari 3 kg sampai 4 kg ikan donor. Atau bisa juga dengan menggunakan ovaprim sesuai dengan dosis pada label.

3.    Penyuntikan indukan dengan hormon ovaprim/hipofisa,
adapaun tahapannya:
·      Induk-induk yang terpilih diberok (dipuasakan) dalam hapa atau bak penampungan selama satu hari.
·      Seleksi induk siap pijah melalui pengecekan kualitas telur dengan melihat apakah sudah benar-benar matang dan seragam.
·      Penyuntikan hormon dilakukan 2 kali, yang pertama sebanyak 1/3 bagian, dan yang kedua sebanyak 2/3 bagian dengan selang waktu penyuntikan 8 jam (waktu ovulasi 6 jam sampai 8 jam).

4.   Striping atau pengurutan
Merupakan proses mengeluarkan telur ikan patin dari indukannya dengan cara mengurut perut indukan ke arah lubang saluran telur hingga perut mengempis dan telur keluar semua. Kemudian campurkan sperma yang telah diambil dengan cara membedah induk jantan dan mengambil gonadnya. Campurkan telur dan sperma dengan ditambah larutan garam fisiologis (NaCl) dan diaduk dengan menggunakan bulu ayam.

5.   Penetasan telur
Hal yang mesti dilakukan adalah mempersiapkan medianya dengan kualitas air yang memiliki suhu 27 – 30oC, pH 6,5 - 7,5, DO > 5mg/l, dan ketinggian air 25 – 30cm. Padat tebar telur antara 6 – 10 butir/cm dan diinkubasi selama 25 - 30 jam.

6.   Pemeliharaan larva dan pendederan
Setelah 4 – 6 jam setelah menetas segera larva dipindahkan ke media pemeliharaan larva dengan kualitas air suhu 28 -30oC, pH 6,5 - 7,5, DO > 5mg/l, dan ketinggian air 30 – 50cm. Larva ditebar dengan kepadatan 15 ekor/l, dan diberi pakan berupa artemia dan cacing sutra. Kemudian untuk pendederan benih ditebar dikolam terpal dengan ketinggian 80 – 90cm dengan padat tebar 20 ekor/m2.

7.     Hama dan Penyakit
Hama
Serangan hama biasanya tidak separah serangan penyakit, hanya biasanya berukuran lebih besar daripada ikan dan bersifat pemangsa.
Penyakit
Secara umum penyakit yang menyerang ikan patin digolongkan ke dalam dua golongan yaitu penyakit yang timbul akibat adanya gangguan factor bukan patogen, penyakit ini tidak menular. Yang kedua yaitu penyakit yang timbul karena organisme patogen.
a. Penyakit non infeksi
Contoh penyakit non infeksi yaitu keracunan dan penyakit kekurangan gizi. Beberapa factor yang menyebabkan keracunan yaitu pemberian pakan yang kurang baik kualitasnya atu pencemaran air media akibat tumpukan bahan organic.
b. Penyakit Infeksi
NO
JENIS PENYAKIT
GEJALA
1.
Parasit
(Bintik Putih/White Spot)
o    Ikan berkumpul di tempat yang gelap
o    Menggosok-gosokan tubuhnya
2.
Bakteri
(Aeromonas sp)
o    Menyerang bagian punggung, perut dan pangkal ekor yang disertai dengan pendarahan
3.
Jamur
(Saproglegnia )
o    Luka di bagian tubuh, tutup insang, punggung, dan sirip yang ditumbuhi benang halus seperti kapas berwarna putih

Penanggulangan Penyakit
NO
JENIS PENYAKIT
PENGOBATAN
BAHAN KIMIA
BAHAN ALAMI
1.
Parasit
(Bintik Putih/White Spot)
Formalin 20 ppm
Malachite green 4 gr/lt selama 24 jam
Sambiloto yaitu dengan cara mengambil ekstraknya dan dilarutkan ke dalam air
2.
Bakteri
(Aeromonas sp)
PK 10-20 ppm selama 30-60 menit
Memakai kunyit  dengan cara diparut. Kunyit ini berfungsi untuk mengobati borok atau luka dan mempercepat pengeringan
3.
Jamur
(Saproglegnia )
Malachite green 2-3 gr/m3air selama 30 menit pengobatan diulang selama 3 hari berturut-turut
Memakai rimpang lengkuas yang diparut dan diambil ekstraknya


8.     Pengemasan Benih Dalam Budidaya Ikan Patin
Pengemasan benih ikan patin harus dapat menjamin keselamatan benih selama pengangkutan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengemasan benih ikan patin yaitu:
·         Sediakan kantong plastik sesuai kebutuhan. Setiap kantong dibuat rangkap untuk menghindari kebocoran
·         Benih ikan telah di puasakan selama 18 jam, supaya menghindari kematian dari amoniak yang ditimbulkan oleh kotoran ikan
·         Satu persatu kantong diisi dengan oksigen murni (perbandingan air dan oksigen=1:2) Setelah itu diikat dengan karet gelang
·         Kantong-kantong  yang berisi benih dimasukkan kedalam kardus/styrofoam, untuk menghindari benturan yang mengakibatkan kebocoran
·         Lama pengangkutan benih ikan patin dapat diangkut selama  10 jam dengan tingkat kelangsungan hidup mencapai 98,67%


Referensi:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar