Berkembangnya
pangsa pasar kepiting bakau (Scylla serrata) baik di dalam maupun di luar
negeri adalah suatu tantangan untuk meningkatkan produksi secara
berkesinambungan. Dengan mengandalkan produksi semata dari alam/tangkapan jelas
sepenuhnya dapat diharapkan kesinambungan produksinya. Untuk itu perlu adanya usaha
budidaya bagi jenis crustacea yang mempunyai nilai ekonomis tinggi.
Usaha
budidaya kepiting bakau harus didukung oleh tersedianya lahan yang bebas
polusi, benih dan kemampuan pengelolaan secara teknis maupun manajemen. Lahan
pemeliharaan dapat menggunakan tambak tradisional sebagaimana dipakai untuk
memelihara udang atau bandeng.
Jenis Kepiting Bakau
Jenis kepiting bakau yang mempunyai nilai ekonomis tinggi antara lain :
Jenis Kepiting Bakau
Jenis kepiting bakau yang mempunyai nilai ekonomis tinggi antara lain :
Scylla
serrata, jenis ini mempunyai ciri warna keabu-abuan sampai warna hijau kemerah-merahan.
Scylla
oceanica, berwarna kehijauandan terdapat garis berwarna coklat pada hampir
seluruh bagian tubuhnya kecuali bagian perut.
Scylla
transquebarica, berwarna kehijauan sampai kehitaman dengan sedikit garis
berwarna coklat pada kaki renangnya.
Dari ketiga
jenis kepiting tersebut diatas, Scylla serrata pada umur yang sama
umumnya berukuran lebih kecil dibandingkan kedua jenis lainnya. Tetapi dari
segi harga dan minta pembeli, jenis pertama tadi lebih unggul.
Tingkah Laku dan Kebiasaan Kepiting Bakau
Secara umum tingkah laku dan kebiasaan kepiting bakau yang dapat diamati adalah sbb:
Tingkah Laku dan Kebiasaan Kepiting Bakau
Secara umum tingkah laku dan kebiasaan kepiting bakau yang dapat diamati adalah sbb:
Suka
berendam dalam lumpur dan membuat lubang pada dinding atau pematang tambak
pemeliharaan. Dengan mengetahui kebiasaan ini, maka kita dapat merencanakan
atau mendesain tempat pemeliharaan sedemikian rupa agar kemungkinan lolosnya
kepiting yang dipelihara sekecil mungkin.
Kanibalisme
dan saling menyerang, sifat inilah yang paling menyolok pada kepiting sehingga
dapat merugikan usaha penanganan hidup dan budidayanya. Karena sifatnya yang
saling menyerang ini akan menyebabkan kelulusan hidup rendah dan menurunkan
produktivitas tambak. Sifat kanibalisme ini yang paling dominan ada pada
kepiting jantan, oleh karena itu budidaya monosex pada produksi kepiting akan
memberikan kelangsungan hidup lebih baik.
Molting atau
ganti kulit. Sebagaimana hewan jenis crustacea, maka kepiting juga mempunyai
sifat seperti crustacea yang lain, yaitu molting atau ganti kulit. Setiap
terjadi ganti kulit, kepiting akan mengalami pertumbuhan besar karapas maupun
beratnya. Umumnya pergantian kulit akan terjadi sekitar 18 kali mulai dari
stadia instar sampai dewasa. Selama proses ganti kulit, kepiting memerlukan
energi dan gerakan yang cukup kuat, maka bagi kepiting dewasa yang mengalami
pergantian kulit perlu tempat yang cukup luas.
Pertumbuhan
kepiting akan terlihat lebih pesat pada saat masih muda, hal ini berkaitan
dengan frekuensi pergantian kulit pada saat stadia awal tersebut. Periode dan
tipe frekuensi ganti kulit penting artinya dalam melakukan pola usaha budidaya
yang terkait dengan desain dan konstruksi wadah, tipe budidaya dan
pengelolaanya.
Kepekaan
terhadap Polutan
Kualitas air sangat berpengaruh terhadap ketahanan hidup kepiting. Penurunan mutu air dapat terjadi karena kelebihan sisa pakan yang membusuk. Bila kondisi kepiting lemah, misalnya tidak cepat memberikan reaksi bila dipegang atau perutnya kosong bila dibelah, kemungkinan ini akibat dari menurunnya mutuair. Untuk menghindari akibat yang lebih buruk lagi, selekasnya pindahkan kepiting ke tempat pemeliharaan lain yang kondisi airnya masih segar.
Kualitas air sangat berpengaruh terhadap ketahanan hidup kepiting. Penurunan mutu air dapat terjadi karena kelebihan sisa pakan yang membusuk. Bila kondisi kepiting lemah, misalnya tidak cepat memberikan reaksi bila dipegang atau perutnya kosong bila dibelah, kemungkinan ini akibat dari menurunnya mutuair. Untuk menghindari akibat yang lebih buruk lagi, selekasnya pindahkan kepiting ke tempat pemeliharaan lain yang kondisi airnya masih segar.
Lokasi
Budidaya
Tambak pemeliharaan kepiting diusahakan mempunyai kedalaman 0,8-1,0 meter dengan salinitas air antara 15-30 ppt.Tanah tambak berlumpur dengan tekstur tanah liat berpasir (sandy clay) atau lempung berliat (silty loam) dan perbedaan pasang surut antara 1,5-2 meter. Disamping syarat seperti tersebut diatas, pada prinsipnya tambak pemeliharaan bandeng maupun udang tradisional dapat digunakan sebagai tempat pemeliharaan kepiting.
Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi pemeliharaan kepiting, antara lain :
Tambak pemeliharaan kepiting diusahakan mempunyai kedalaman 0,8-1,0 meter dengan salinitas air antara 15-30 ppt.Tanah tambak berlumpur dengan tekstur tanah liat berpasir (sandy clay) atau lempung berliat (silty loam) dan perbedaan pasang surut antara 1,5-2 meter. Disamping syarat seperti tersebut diatas, pada prinsipnya tambak pemeliharaan bandeng maupun udang tradisional dapat digunakan sebagai tempat pemeliharaan kepiting.
Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi pemeliharaan kepiting, antara lain :
Air yang
digunakan bebas dari pencemaran dan jumlahnya cukup.
Tersedia
pakan yang cukup dan terjamin kontinyuitasnya.
Terdapat
sarana dan prasaranaproduksi dan pemasarannya.
Tenaga yang
terampil dan menguasai teknis budidaya kepiting.
Disain dan
Konstruksi Tambak
Apabila perlakuan terhadap kepiting selama masa pemeliharaan kurang baik, seperti : mutu air kurang diperhatikan, makanan tidak mencukupi maka pada saat kepiting tersebut mencapai kondisi biologis matang telur akan berusaha meloloskan diri, dengan jalan memanjat dinding/pagar atau dengan cara membuat lubang pada pematang. Untuk menghindari hal tersebut, maka konstruksi pematang dan pintu air perlu diperhatikan secermat mungkin. Pada pematang dapat dipasang pagar kere bambu atau dari waring, hal ini akan mnegurangi kemungkinan lolosnya kepiting.
Pemasangan pagar kere bambu atau waring pematang yang kokoh (lebar 2-4 meter) dilakukan diatas pematang bagian pinggir dengan ketinggian sekitar 60 cm. Pada tambak yang pematangnya tidak kokoh, pemasangan pagar dilakukan pada kaki dasar pematang dengan tinggi minimal 1 meter.
Penebaran
Pada lokasi penghasil kepiting tangkapan dari alam, pada musim benih unyuk budiadaya tradisional petani hanya mengandalkan benih kepiting benih kepiting yang masuk secara alami pada saat pasang surut air. Setelah beberapa bulan mulai dilakukan panen selektif dengan memungut kepiting yang berukuran siap jual. Dapat juga kepiting yang sudah mencapai ukuran tersebut dilepas kembali ke dalam petak pembesaran untuk memperoleh ukuran atau kegemukan yang lebih besar.
Pada budidaya polikultur dengan ikan bandeng, ukuran benih kepiting dengan berat 20-50 gram dapat ditebar dengan kepadatan 1000-2000 ekor/Ha, dan ikan bandeng gelondongan yang berukuran berat 2-5 gram ditebar dengan kepadatan 2000-3000 ekor/Ha. Pada budidaya sistem monokultur benih kepiting dengan ukuran seperti tersebut diatas ditebar dengan kepadatan 5000-15000 ekor/Ha.
Budidaya Kepiting Bertelur
Apabila perlakuan terhadap kepiting selama masa pemeliharaan kurang baik, seperti : mutu air kurang diperhatikan, makanan tidak mencukupi maka pada saat kepiting tersebut mencapai kondisi biologis matang telur akan berusaha meloloskan diri, dengan jalan memanjat dinding/pagar atau dengan cara membuat lubang pada pematang. Untuk menghindari hal tersebut, maka konstruksi pematang dan pintu air perlu diperhatikan secermat mungkin. Pada pematang dapat dipasang pagar kere bambu atau dari waring, hal ini akan mnegurangi kemungkinan lolosnya kepiting.
Pemasangan pagar kere bambu atau waring pematang yang kokoh (lebar 2-4 meter) dilakukan diatas pematang bagian pinggir dengan ketinggian sekitar 60 cm. Pada tambak yang pematangnya tidak kokoh, pemasangan pagar dilakukan pada kaki dasar pematang dengan tinggi minimal 1 meter.
Penebaran
Pada lokasi penghasil kepiting tangkapan dari alam, pada musim benih unyuk budiadaya tradisional petani hanya mengandalkan benih kepiting benih kepiting yang masuk secara alami pada saat pasang surut air. Setelah beberapa bulan mulai dilakukan panen selektif dengan memungut kepiting yang berukuran siap jual. Dapat juga kepiting yang sudah mencapai ukuran tersebut dilepas kembali ke dalam petak pembesaran untuk memperoleh ukuran atau kegemukan yang lebih besar.
Pada budidaya polikultur dengan ikan bandeng, ukuran benih kepiting dengan berat 20-50 gram dapat ditebar dengan kepadatan 1000-2000 ekor/Ha, dan ikan bandeng gelondongan yang berukuran berat 2-5 gram ditebar dengan kepadatan 2000-3000 ekor/Ha. Pada budidaya sistem monokultur benih kepiting dengan ukuran seperti tersebut diatas ditebar dengan kepadatan 5000-15000 ekor/Ha.
Budidaya Kepiting Bertelur
Kepiting yang baru saja dipanen dari tambak, dapat dibudidaya lebih lanjut
untuk meningkatkan mutu kepiting betina tidak bertelur atau bertelur belum
penuh menjadi bertelur penuh dengan cara budidaya yang lebih intensif. Dengan
kondisi betelur maka akan menaikkan nilai tambahnya. Karena harga kepiting
betina bertelur dapat mencapai 2-3 kali harga kepiting tidak bertelur, sehingga
hal ini akan sangat membantu menaikkan pendapatan petani nelayan.
Metode yang digunakan untuk tujuan produksi kepiting bertelur ada dua macam, yakni : dengan sistim kurungan dan sistim karamba apung.
1. Sistim Kurungan
Kurungan dapat dibuat dari bahan bambu yang dibuat menjadi rangkaian. Lebat bilah bambu 1-2 cm dengan panjang 1,7 meter. Bilah-bilah bambu dirangkai secara teratur sehingga membentuk kere atau semacam pagar. Kere ini kemudian dipasang pada saluran tambak memanjang pada pinggirannya, bila dipasang dalam tambak, agar ditempatkan pada bagian yang relatif lebih dalam dan mendapat penggantian air yang cukup.
Kere atau pagar bambu ditancapkan sedalam 30 cm dengan bagian bawah dibuat lebih rapat bertujuan agar kepiting tidak lolos. Untuk penempatan kurungan pada saluran tambak ukurannya disesuaikan dengan lebar saluran tersebut dan agar tidak mengganggu kelancaran aliran saluran tambak tersebut. Untuk skala yang lebih besar dapat menggunakan petakan tambak dengan luasan antara 0,25-0,50 hektar dengan pagar keliling dari kere bambu ataupun dari waring. pagar bambu ditancapkan sedalam kurang lebih 30 cm dan diusahakan bagian yang halus menghadap ke dalam dengan maksud agar kepiting tidak dapat memanjat karena bagian ini licin.
2. Karamba Apung
Selain menggunakan kurungan, untuk budidaya kepiting bertelur dapat juga menggunakan karamba apung. Karamba apung dibuat dari rangkaian bilah bambu seperti pada pembuatan kere, kemudian kere yang sudah dirangkai menjadi kotak, yang ukurannya disesuaikan dengan lokasi dimana karamba apung akan ditempatkan. Selanjutnya pada sisi-sisi panjang yang berlawanan dipasang pelampung yang terbuat dari potongan bambu yang masih utuh atau dari bahan lainnya. Penempatan karamba apung ini pada tempat bergantian airnya terjadi secara cukup/baik, seperti pada saluran, tepi sungai dan tempat lainnya yang memenuhi persyaratan seperti tersebut diatas. Pada usaha budidaya dengan karamba apung ini kepadatan dapat mencapai 20 ekor/m2, dengan kepadatan tersebut akan meningkatkan kelulusan hidup kepiting yang dipelihara. Ukuran siap panen kepiting bertelur sekitar 200 gr/ekor.
Proses produksi kepiting bertelur paling lama berlangsung sekitar 5-14 hari atau tergantung ukuran awal penebaran. Singkatnya masa pemeliharaan ini juga dimungkinkan karena kepiting betina yang ditebar dengan berat sekitar 150 gram biasanya sudah mengandung telur.
Usaha Penggemukan
Usaha budidaya selain dijadikan kepiting bertelur adalah usaha penggemukan. proses usaha penggemukan sama dengan budidaya produksi kepiting bertelur. Caranya dapat dengan menggunakan kurungan bambu atau karamba bambu apung. Perbedaan yang jelas terletak pada kepiting yang dipelihara. Kepiting yang dipelihara pada usaha penggemukan ini adalah kepiting berukuran ekspor dari jenis kelamin jantan maupun betina yang masih keropos. Jangka waktu penggemukan sekitar 5-10 hari, kepiting sudah akan menjadi gemuk dan berisi bila pemeliharaannya secara baik. Apabila dilanjutkan pemeliharaannya bagi yang berjenis kelaminbetina, bahkan akan menjadi kepiting bertelur. Untuk menghindari mortalitas akibat perkelahian antara jantan dan betina, sebaiknya pemelihraan dilakukan secara monosex.
Pakan
Berbagai jenis pakan seperti : ikan rucah, usus ayam, kulit sapi, kulit kambing, bekicot, keong sawah, dll. dari jenis pakan tersebut, ikan rucah segar lebih baik ditinjau dari fisik maupun kimiawi dan peluang untuk segera dimakan lebih cepat karena begitu ditebar tidak akan segera dimakan oleh kepiting.
Pemberian pakan pada usaha pembesaran hanya bersifat suplemen dengan dosis sekitar 5%. Lain halnya pada usaha kepiting bertelur dan penggemukan, pemberian pakan harus lebih diperhatikan dengan dosis antara 5-15% dari erat kepiting yang dipelihara.
Kemauan makan kepiting muda biasanya lebih besar, karena pada periode ini dibutuhkan sejumlah makanan yang cukup banyak untuk pertumbuhan dan proses ganti kulit. Kemauan makan akan berkurang pada saat kepiting sedang bertelur, dan puncaknya setelah telur keluar sepertinya kepiting berpuasa.
Pasca Panen Kepiting Bakau
Salah satu hal yang menguntungkan dalam penanganan kepiting setelah dipanen adalah kemampuannya bertahan hidup cukup lama pada kondisi tanpa air. Namun demikian, penanganan yang kurang baik tetap saja akan menurunkan kondisi kesehatannya dan dapat menyebabkan kematian.
Apabila kepiting setelah dipanen langsung dimasukkan kedalam keranjang dengan mengikat capit, kaki jalan dan kaki renangnya yang merupakan alat gerak yang cukup kuat, maka kepiting tersebut akan saling capit satu dengan yang lainnya.
Kondisi demikian akan menimbulkan kerusakan secara fisik pada tubuh kepiting dan mempengaruhi kondisi fisiologis yang akhirnya dapat mengakibatkan kematian. Untuk mengatasi keadaan tersebut kepiting yang baru ditangkap harus segera diikat sebelum dimasukkan ke dalam keranjang.
Cara pengikatan kepiting yang baru ditangkap dapat dilakukan seperti dibawah ini :
Metode yang digunakan untuk tujuan produksi kepiting bertelur ada dua macam, yakni : dengan sistim kurungan dan sistim karamba apung.
1. Sistim Kurungan
Kurungan dapat dibuat dari bahan bambu yang dibuat menjadi rangkaian. Lebat bilah bambu 1-2 cm dengan panjang 1,7 meter. Bilah-bilah bambu dirangkai secara teratur sehingga membentuk kere atau semacam pagar. Kere ini kemudian dipasang pada saluran tambak memanjang pada pinggirannya, bila dipasang dalam tambak, agar ditempatkan pada bagian yang relatif lebih dalam dan mendapat penggantian air yang cukup.
Kere atau pagar bambu ditancapkan sedalam 30 cm dengan bagian bawah dibuat lebih rapat bertujuan agar kepiting tidak lolos. Untuk penempatan kurungan pada saluran tambak ukurannya disesuaikan dengan lebar saluran tersebut dan agar tidak mengganggu kelancaran aliran saluran tambak tersebut. Untuk skala yang lebih besar dapat menggunakan petakan tambak dengan luasan antara 0,25-0,50 hektar dengan pagar keliling dari kere bambu ataupun dari waring. pagar bambu ditancapkan sedalam kurang lebih 30 cm dan diusahakan bagian yang halus menghadap ke dalam dengan maksud agar kepiting tidak dapat memanjat karena bagian ini licin.
2. Karamba Apung
Selain menggunakan kurungan, untuk budidaya kepiting bertelur dapat juga menggunakan karamba apung. Karamba apung dibuat dari rangkaian bilah bambu seperti pada pembuatan kere, kemudian kere yang sudah dirangkai menjadi kotak, yang ukurannya disesuaikan dengan lokasi dimana karamba apung akan ditempatkan. Selanjutnya pada sisi-sisi panjang yang berlawanan dipasang pelampung yang terbuat dari potongan bambu yang masih utuh atau dari bahan lainnya. Penempatan karamba apung ini pada tempat bergantian airnya terjadi secara cukup/baik, seperti pada saluran, tepi sungai dan tempat lainnya yang memenuhi persyaratan seperti tersebut diatas. Pada usaha budidaya dengan karamba apung ini kepadatan dapat mencapai 20 ekor/m2, dengan kepadatan tersebut akan meningkatkan kelulusan hidup kepiting yang dipelihara. Ukuran siap panen kepiting bertelur sekitar 200 gr/ekor.
Proses produksi kepiting bertelur paling lama berlangsung sekitar 5-14 hari atau tergantung ukuran awal penebaran. Singkatnya masa pemeliharaan ini juga dimungkinkan karena kepiting betina yang ditebar dengan berat sekitar 150 gram biasanya sudah mengandung telur.
Usaha Penggemukan
Usaha budidaya selain dijadikan kepiting bertelur adalah usaha penggemukan. proses usaha penggemukan sama dengan budidaya produksi kepiting bertelur. Caranya dapat dengan menggunakan kurungan bambu atau karamba bambu apung. Perbedaan yang jelas terletak pada kepiting yang dipelihara. Kepiting yang dipelihara pada usaha penggemukan ini adalah kepiting berukuran ekspor dari jenis kelamin jantan maupun betina yang masih keropos. Jangka waktu penggemukan sekitar 5-10 hari, kepiting sudah akan menjadi gemuk dan berisi bila pemeliharaannya secara baik. Apabila dilanjutkan pemeliharaannya bagi yang berjenis kelaminbetina, bahkan akan menjadi kepiting bertelur. Untuk menghindari mortalitas akibat perkelahian antara jantan dan betina, sebaiknya pemelihraan dilakukan secara monosex.
Pakan
Berbagai jenis pakan seperti : ikan rucah, usus ayam, kulit sapi, kulit kambing, bekicot, keong sawah, dll. dari jenis pakan tersebut, ikan rucah segar lebih baik ditinjau dari fisik maupun kimiawi dan peluang untuk segera dimakan lebih cepat karena begitu ditebar tidak akan segera dimakan oleh kepiting.
Pemberian pakan pada usaha pembesaran hanya bersifat suplemen dengan dosis sekitar 5%. Lain halnya pada usaha kepiting bertelur dan penggemukan, pemberian pakan harus lebih diperhatikan dengan dosis antara 5-15% dari erat kepiting yang dipelihara.
Kemauan makan kepiting muda biasanya lebih besar, karena pada periode ini dibutuhkan sejumlah makanan yang cukup banyak untuk pertumbuhan dan proses ganti kulit. Kemauan makan akan berkurang pada saat kepiting sedang bertelur, dan puncaknya setelah telur keluar sepertinya kepiting berpuasa.
Pasca Panen Kepiting Bakau
Salah satu hal yang menguntungkan dalam penanganan kepiting setelah dipanen adalah kemampuannya bertahan hidup cukup lama pada kondisi tanpa air. Namun demikian, penanganan yang kurang baik tetap saja akan menurunkan kondisi kesehatannya dan dapat menyebabkan kematian.
Apabila kepiting setelah dipanen langsung dimasukkan kedalam keranjang dengan mengikat capit, kaki jalan dan kaki renangnya yang merupakan alat gerak yang cukup kuat, maka kepiting tersebut akan saling capit satu dengan yang lainnya.
Kondisi demikian akan menimbulkan kerusakan secara fisik pada tubuh kepiting dan mempengaruhi kondisi fisiologis yang akhirnya dapat mengakibatkan kematian. Untuk mengatasi keadaan tersebut kepiting yang baru ditangkap harus segera diikat sebelum dimasukkan ke dalam keranjang.
Cara pengikatan kepiting yang baru ditangkap dapat dilakukan seperti dibawah ini :
Pengikatan
kedua capit dan seluruh kaki-kakinya
Pengikatan
capitnya saja dengan satu tali
Pengikatan
masing-masing capit dengan tali terpisah
tali
pengikat dapat menggunakan tali rafia atau jenis tali lainnya yang cukup kuat.
Setelah kepiting diikat, baik pengikatan capitnya saja maupun pengikatan
seluruh kaki-kakinya akan mempermudah penanganan dan pengangkutannya
Penanganan kepiting yang telah disusun dalam keranjang yang perlu mendapat perhatian ialah tetap menjaga suhu dan kelembaban. Usahakan suhu tidak lebih tinggi dari 26°C dan kelembaban yang baik adalah 95%. Cara yang dapat dilakukan untuk menjaga suhu dan kelembaban ideal bagi kelangsungan hidup kepiting selama dalam pengangkutan ialah : elupkan kepiting ke dalam air payau (salinitas 15-25‰) selama kurang lebih 5 menit sambil digoyang-goyangkan agar kotoran terlepas. Setalah kepiting disusun kembali di dalam wadah. tutuplah wadah dengan karung goni basah.
Penanganan kepiting yang telah disusun dalam keranjang yang perlu mendapat perhatian ialah tetap menjaga suhu dan kelembaban. Usahakan suhu tidak lebih tinggi dari 26°C dan kelembaban yang baik adalah 95%. Cara yang dapat dilakukan untuk menjaga suhu dan kelembaban ideal bagi kelangsungan hidup kepiting selama dalam pengangkutan ialah : elupkan kepiting ke dalam air payau (salinitas 15-25‰) selama kurang lebih 5 menit sambil digoyang-goyangkan agar kotoran terlepas. Setalah kepiting disusun kembali di dalam wadah. tutuplah wadah dengan karung goni basah.
Sumber :
http://usahakita888.blogspot.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar