Pakan alternatif untuk budidaya ikan lele merupakan pakan alami yang biasa dimakan oleh ikan lele sesuai dengan habitat aslinya. Salah satu pakan alami yang bernilai protein tinggi dan mudah untuk dibudidayakan adalah cacing tanah (Lumbricus sp.). Cacing tanah termasuk hewan tingkat rendah karena tidak mempunyai tulang belakang (invertebrata). Cacing tanah termasuk kelas Oligochaeta. Famili terpenting dari kelas ini Megascilicidae dan Lumbricidae Cacing tanah bukanlah hewan yang asing bagi masyarakat kita, terutama bagi masyarakat pedesaan. Namun hewan ini mempunyai potensi yang sangat menakjubkan bagi kehidupan dan kesejahteraan manusia.
Jenis yang paling banyak
dikembangkan oleh manusia berasal dari famili Lumbricidae dengan genus
Lumbricus. Jenis cacing tanah ini menyukai bahan organik yang
berasal dari pupuk kandang dan sisa-sisa tumbuhan. Cacing tanah jenis Lumbricus
mempunyai bentuk tubuh pipih. Jumlah segmen yang dimiliki sekitar 90-195 dan
klitelum yang terletak pada segmen 27-32. Biasanya jenis ini kalah bersaing
dengan jenis yang lain sehingga tubuhnya lebih kecil. Tetapi bila diternakkan
besar tubuhnya bisa menyamai atau melebihi jenis lain. Cacing jenis Lumbricus
Rubellus memiliki keunggulan lebih dibanding jenis yang lainnya, karena produktivitasnya tinggi (penambahan berat badan, produksi
telur/anakan dan produksi bekas cacing “kascing”) serta tidak banyak bergerak.
Persyaratan
Lokasi
1. Tanah sebagai media hidup cacing harus
mengandung bahan organik dalam jumlah yang besar
2. Bahan-bahan organik tanah dapat berasal
dari serasah (daun yang gugur), kotoran ternak atau tanaman dan hewan yang
mati. Cacing tanah menyukai bahan-bahan yang mudah membusuk karena lebih mudah
dicerna oleh tubuhnya.
3. Untuk pertumbuhan yang baik, cacing tanah
memerlukan tanah yang sedikit asam sampai netral atau ph sekitar 6-7,2. Dengan
kondisi ini, bakteri dalam tubuh cacing tanah dapat bekerja optimal untuk
mengadakan pembusukan atau fermentasi.
4. Kelembaban yang optimal untuk pertumbuhan
dan perkembangbiakan cacing tanah adalah antara 15-30 %.
5. Suhu yang diperlukan untuk pertumbuhan cacing tanah dan penetasan
kokon adalah sekitar 15–25 derajat C atau suam-suam kuku. Suhu yang lebih
tinggi dari 25 derajat C masih baik asal ada naungan yang cukup dan kelembaban
optimal.
6. Lokasi pemeliharaan cacing tanah diusahakan agar mudah penanganan
dan pengawasannya serta tidak terkena sinar matahari secara langsung, misalnya
di bawah pohon rindang, di tepi rumah atau di ruangan khusus (permanen) yang
atapnya terbuat dari bahan-bahan yang tidak meneruskan sinar dan tidak
menyimpan panas.
Pedoman Teknis Budidaya Cacing Tanah
1.
Penyiapan Sarana dan Peralatan
Pembuatan kandang sebaiknya menggunakan bahan-bahan yang murah dan mudah didapat seperti bambu, rumbia, papan bekas, ijuk dan genteng tanah liat. Salah satu contoh kandang permanen untuk peternakan skala besar adalah yang berukuran 1,5 x 18 m dengan tinggi 0,45 m. Didalamnya dibuat rak-rak bertingkat sebagai tempat wadah-wadah pemeliharaan. Bangunan kandang dapat pula tanpa dinding (bangunan terbuka). Model-model sistem budidaya, antara lain rak berbaki, kotak bertumpuk, pancing bertingkat atau pancing berjajar.
Pembuatan kandang sebaiknya menggunakan bahan-bahan yang murah dan mudah didapat seperti bambu, rumbia, papan bekas, ijuk dan genteng tanah liat. Salah satu contoh kandang permanen untuk peternakan skala besar adalah yang berukuran 1,5 x 18 m dengan tinggi 0,45 m. Didalamnya dibuat rak-rak bertingkat sebagai tempat wadah-wadah pemeliharaan. Bangunan kandang dapat pula tanpa dinding (bangunan terbuka). Model-model sistem budidaya, antara lain rak berbaki, kotak bertumpuk, pancing bertingkat atau pancing berjajar.
2.
Pemilihan
Bibit calon indukan
Sebaiknya dalam beternak cacing tanah secara komersial digunakan bibit
yang sudah ada karena diperlukan dalam jumlah yang besar. Namun bila akan
dimulai dari skala kecil dapat pula dipakai bibit cacing tanah dari alam, yaitu
dari tumpukan sampah yang membusuk atau dari tempat pembuangan kotoran hewan.
3. Pemeliharaan bibit calon indukan
pemeliharaan cacing
tanah sebanyak-banyaknya sesuai tempat yang digunakan. Cacing tanah dapat
dipilih yang muda atau dewasa. Jika sarang berukuran tinggi sekitar 0,3 m,
panjang 2,5 m dan lebar kurang lebih 1 m, dapat ditampung sekitar 10.000 ekor
cacing tanah dewasa.
4. Sistem Pemuliabiakan
Apabila
media pemeliharaan telah siap
dan bibit cacing tanah sudah ada, maka penanaman dapat segera dilaksanakan
dalam wadah pemeliharaan. Bibit cacing tanah yang ada tidaklah sekaligus
dimasukan ke dalam media, tetapi harus dicoba sedikit demi sedikit. Beberapa
bibit cacing tanah diletakan di atas media, kemudian diamati apakah bibit
cacing itu masuk ke dalam media atau tidak.
Jika terlihat masuk, baru bibit cacing yang lain dimasukkan. Setiap 3 jam
sekali diamati, mungkin ada yang berkeliaran di atas media atau ada yang
meninggalkan media (wadah). Apabila dalam waktu 12 jam tidak ada yang
meninggalkan wadah berarti cacing tanah itu betah dan media sudah cocok.
Sebaliknya bila media tidak cocok, cacing akan berkeliaran di permukaan media.
Untuk mengatasinya, media harus segera diganti dengan yang baru. Perbaikan
dapat dilakukan dengan cara disiram dengan air, kemudian diperas hingga air
perasannya terlihat berwarna bening (tidak berwarna hitam atau cokelat
Reproduksi
Cacing tanah termasuk hewan hermaprodit, yaitu memiliki alat kelamin jantan
dan betina dalam satu tubuh. Namun demikian, untuk pembuahan, tidak dapat
dilakukannya sendiri. Dari perkawinan sepasang cacing tanah, masing-masing akan
dihasilkan satu kokon yang berisi telur-telur. Kokon berbentuk lonjong dan
berukuran sekitar 1/3 besar kepala korek api. Kokon ini diletakkan di tempat
yang lembab. Dalam waktu 14-21 hari kokon akan menetas. Setiap kokon akan
menghasilkan 2-20 ekor, rata-rata 4 ekor. Diperkirakan 100 ekor cacing dapat
menghasilkan 100.000 cacing dalam waktu 1 tahun. Cacing tanah mulai dewasa
setelah berumur 2-3 bulan yang ditandai dengan adanya gelang (klitelum) pada tubuh
bagian depan. Selama 7-10 hari setelah perkawinan cacing dewasa akan
dihasilkan 1 kokon.
Pemberian Pakan
Cacing tanah diberi pakan sekali dalam sehari semalam sebanyak berat cacing
tanah yang ditanam. Apabila yang ditanam 1 Kg, maka pakan yang harus diberikan
juga harus 1 Kg. Secara umum pakan cacing tanah adalah berupa semua kotoran
hewan, kecuali kotoran yang hanya dipakai sebagai media. Hal yang perlu
diperhatikan dalam pemberian pakan pada cacing tanah, antara lain
· pakan yang diberikan harus dijadikan bubuk
atau bubur dengan cara diblender
· bubur pakan ditaburkan rata di atas media,
tetapi tidak menutupi seluruh permukaan media, sekitar 2-3 dari peti wadah
tidak ditaburi pakan.
· pakan ditutup dengan plastik, karung ,
atau bahan lain yang tidak tembus cahaya.
· pemberian pakan berikutnya, apabila masih
tersisa pakan terdahulu, harus diaduk dan jumlah pakan yang diberikan
dikurangi.
· bubur pakan yang akan diberikan pada
cacing tanah mempunyai perbandingan air 1:1.
Panen
Dalam beternak cacing tanah ada dua hasil terpenting (utama) yang
dapat diharapkan, yaitu biomas (cacing tanah itu sendiri) dan kascing (bekas
cacing). Panen cacing dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya
adalah dengan mengunakan alat penerangan seperti lampu petromaks, lampu neon atau
bohlam. Cacing tanah sangat sensitif terhadap cahaya sehingga mereka akan
berkumpul di bagian atas media. Kemudian kita tinggal memisahkan cacing tanah
itu dengan medianya.
Sumber :
BALAI PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN,
DAN
KEHUTANAN
KECAMATAN PURBOLINGGO LAMTIM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar