Sabtu, 03 Juni 2017

Budidaya Ikan dan Sayuran Dengan Sistem Akuaponik 


Hidroponik dan akuaponik merupakan suatu sistem yang banyak digunakan masyarakat terutama di perkotaan untuk bercocok tanam. Hal tersebut terjadi karena kedua sistem ini tidak membutuhkan lahan yang luas untuk memulainya.
Namun begitu tentunya ada perbedaan antara hidroponik dan akuaponik, terutama dalam segi hasil. Bila pada hidroponik yang bisa dipanen hanya sayuran, sementara untuk akuaponik bisa didapat hasil pertanian berupa sayur dan hasil perikanan.
Hal tersebut terjadi karena akuaponik merupakan sistem pertanian berkelanjutan yang mengombinasikan akuakultur dan hidroponik dalam lingkungan yang bersifat simbiotik (saling menguntungkan). Dalam akuakultur yang normal, ekskresi dari hewan yang dipelihara akan terakumulasi di air dan meningkatkan toksisitas air jika tidak dibuang. Dalam akuaponik, ekskresi hewan diberikan kepada tanaman agar dipecah menjadi nitrat dan nitrit melalui proses alami, dan dimanfaatkan oleh tanaman sebagai nutrisi. Air kemudian bersirkulasi kembali ke sistem akuakultur.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan sistem akuaponik ada beberapa keuntungan yang dapat diambil seperti mendapatkan dua komoditas usaha tani yaitu sayuran dan ikan dalam satu areal wilayah. Sayuran yang dihasilkan lebih sehat karena nutrisi tanaman didapat dari bahan organik sisa pakan dan feses ikan dan ikan bisa dibudidayakan dengan sistem padat tebar jika diterapkan sistem resirkulasi pada air. Lahan untuk sistem akuaponik, petani tidak membutuhkan biaya perawatan yang besar seperti biaya pakan dan lain sebagainya.

Sistem Akuaponik Hasilkan Sayur dan Ikan Kualitas Bagus

Berbagai jenis sayuran bisa diaplikasikan pada akuaponik di antaranya kangkung, selada , sawi, caisim, bayam, seledri, cabai, tomat, timun sedangkan untuk jenis ikan yang bisa diaplikasikan pada sistem ini juga beragam mulai dari ikan mas, mujair, lele, patin hingga ikan gurame.
Karena merupakan hasil kombinasi antara akuakultur dan hidroponik maka untuk lama pemanenan dan hasil yang didapat tidak jauh berbeda. Untuk kualitas sayuran yang dibudidayakan dengan sistem akuaponik menghasilkan sayuran yang lebih tahan lama jika sudah dipanen, rasa sayuran lebih segar, dan tidak keras saat dimasak. Hal ini didukung karena sayuran mendapatkan nutrisi dari bahan organik fesek ikan.
Budidaya Ikan dan Sayuran Dengan Sistem Akuaponik
Sedangkan untuk kualitas ikan secara umum sama dengan konvensional namun untuk teknik budidaya bisa diterapkan sistem padat tebar sehingga akan menghasilkan ikan yang lebih banyak dibandingkan model konvensional. Ikan mas yang dipelihara sekitar 10-50 g per ekor dengan padat tebar yang digunakan berkisar 20 ekor per m2. Ikan nila yang dipelihara sekitar 10 g per ekor, padat tebar yang digunakan berkisar 100-150 ekor per m2. Ikan gurame dengan berat 200-250 g per ekor, padat tebar 10 ekor/m2. Ikan lele dengan ukuran awal yang dipelihara 100-125 g per ekor dengan padat tebar untuk pemeliharaan ikan lele 100-150 ekor/m2. Dan ikan patin dengan ukuran yang dipelihara 10-15 g per ekor kepadatan tebar 15 ekor/m2. Untuk waktu pemanenan, tidak jauh berbeda pada pertanian konvensional yaitu berkisar 1 bulan untuk sayuran dan sekitar 4-5 bulan untuk ikan.

Persiapan

Dalam mengaplikasikan sistem akuaponik dalam skala kecil ukuran panjang 1.2 meter x lebar 1.2 meter x tinggi 2 meter dengan modal minimal yang dibutuhkan sekitar Rp 2 juta. Dari modal tersebut sudah mendapatkan berbagai peralatan dari pipa hingga pompa air.
Setelah peralatan disiapkan langkah berikutnya ialah membuat kolam atau bak pemeliharaan. Agar lebih hemat biaya bisa menggunakan terpal sebagai tempat budidaya pemeliharaan kolam. Karena terpal lebih tahan lama, mudah dibuat dan murah, dalam membuat kolam ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti sumber air yang bersih, bebas racun dan sumber penyakit, kualitas dan kuantitas air, serta keamanan tempat.
Sedangkan untuk media tanam dan bibit ada beberapa media yang bisa digunakan seperti pasir kasar, ijuk, arang kayu, arang sekam, ijuk, pecahan batu bata, kerikil, batu apung, dan batu zeolit.
Tanaman harus disemai dan dipelihara terlebih dalam media berupa tray persemaian atau polybag hingga mencapai ukuran yang ideal untuk dipindahkan di media filter. Untuk melakukan persemaian yang bisa dilakukan adalah persemaian yaitu campuran pasir dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1. Buat lubang tanam sedalam 1 cm dengan masing-masing lubang diisi 3-5 biji tergantung jenis biji yang ditanam. Setelah biji ditanam ditutup pasir tipis di atasnya. Persemaian tanaman membutuhkan waktu sekitar 1-2 minggu tergantung jenis tanaman.
Benih yang siap ditanam yaitu mencapai ketinggian 10 cm. benih tanaman beserta akarnya sebaiknya dipindahkan pada sore hari karena pada waktu tersebut kondisi tanaman sedang dalam kondisi baik. Jarak tanam tergantung dari jenis tanamannya, untuk tanaman kangkung, pakchoi dan selada jarak tanam yang dianjurkan 10 cm sedangkan untuk tanaman tomat, cabai dan terung sayur hendaknya jarak tanamannya berkisar 40 cm.
Pemeliharaan
Beberapa hal penting yang mempengaruhi keberhasilan pemeliharaan ikan pada sistem akuaponik adalah pemberian pakan, pengontrolan kualitas air serta monitoring hama dan penyakit ikan. Pemberian pakan hendaklah disesuaikan dengan manajemen pemberian pakan yang benar, seperti misalnya ikan lele, pemberian pakan dengan acuan 5-10% berat biomassa per hari dengan frekuensi pemberian sebanyak 4-5 kali sehari.
Selain pemberian pakan, dalam sistem akuaponik ini harus dilakukan kontrol kualitas dan kuantitas air. Hendaknya air perlu dibersihkan secara berkala setiap 2 minggu sekali. Sedangkan untuk pemeliharaan tanaman, yang dilakukan hanya pengontrolan hama dan penyakit dengan menggunakan perlakukan EM-4 tambak yang bisa didapat di toko pertanian untuk menjaga kestabilan air. Lakukan berbagai pemeliharaan tersebut, hingga sayur dan ikan siap panen.
Sumber : http://ideusahabisnis.com/budidaya-ikan-dan-sayuran-dengan-sistem-akuaponik-ala-yusuf-randi-sp-mp-pemilik-randi-farm/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar