Meski
tampilannya tak menarik, bahkan sementara orang jijik melihatnya, belut
merupakan makanan unggulan yang kaya berbagai zat gizi. Salah satu
keunggulannya, kaya hormon kalsitonin, yang berfungsi untuk memelihara kekuatan
tulang.
Licin bagaikan belut merupakan
pepatah lama yang ditujukan kepada orang yang sangat licik, tetapi selalu
terbebas dari segala tuntutan. Ungkapan itu merupakan sebuah pengakuan bahwa
belut itu sangat licin dan sulit ditangkap. Belut (Monopterus albus) merupakan
ikan darat dari keluarga Synbranchidae dan tergolong ordo Synbranchiodae, yaitu
ikan yang tidak mempunyai sirip atau anggota lain untuk bergerak.
Belut mempunyai
ciri-ciri badan bulat panjang seperti ular tetapi tidak bersisik, dan kulitnya
licin mengeluarkan lendir. Matanya kecil hampir tertutup oleh kulit. Giginya
juga kecil runcing berbentuk kerucut dan bibir berupa lipatan kulit yang lebar
di sekeliling mulutnya. Belut mempunyai sirip punggung, sirip dubur, dan sirip
ekor yang sangat kecil, sehingga hampir tidak terlihat oleh mata.
Jenis ikan darat ini
merupakan komoditas perikanan darat yang bergerak dengan jalan
melenggak-lenggokkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan. Habitatnya di tempat
berlumpur, genangan air tawar, atau aliran air yang kurang deras.
Bentuknya yang seperti
ular membuat sebagian orang enggan untuk melihatnya. Padahal, dagingnya sangat
lezat dan dapat diolah menjadi berbagai makanan yang bergizi tinggi. Selain
itu, belut juga memiliki berbagai khasiat untuk kesehatan.
Jenis Belut
Di Indonesia terdapat
tiga jenis ikan belut, yaitu belut sawah (Monopterus albus Zuieuw), belut rawa
(Synbranchus bengalensis Mc. Clell), dan belut bermata sangat kecil (Macrotema
caligans Cant). Belut sawah merupakan jenis yang paling dikenal di Indonesia, sedangkan
belut rawa jumlahnya terbatas sehingga kurang begitu dikenal.
Ikan belut sawah
mempunyai bentuk tubuh panjang dan bulat seperti ular, tetapi tidak bersisik
dan matanya kecil. Panjang seekor belut berkisar antara 10 cm hingga 3 m,
dengan berat yang sangat bervariasi, dari ratusan gram hingga ada yang mencapai
65 kg.
Penangkapan belut sama
seperti cara menangkap ikan lainnya, yaitu dengan peralatan antara lain
bubu/posong, jaring/jala bermata lembut, serta pancing atau kail. Cara lainnya
adalah dengan mengeringkan air kolam, sehingga belut mudah diambil.
Distribusi geografis
belut cukup luas mencakup Asia Tenggara, Cina, dan Indonesia (Pulau Jawa,
Madura, Bali, dan Sumatera). Di Indonesia, selain untuk pemenuhan pasar lokal,
belut juga merupakan salah satu komoditas ekspor. Untuk memenuhi permintaan
pasar yang terus meningkat jumlahnya, saat ini budi daya belut sudah mulai
banyak dilakukan oleh petani.
Sumber Energi dan
Protein
Dilihat dari komposisi
gizinya, belut mempunyai nilai energi yang cukup tinggi, yaitu 303 kkal per 100
gram daging. Nilai energi belut jauh lebih tinggi dibandingkan telur (162
kkal/100 g tanpa kulit) dan daging sapi (207 kkal per 100 g). Hal itulah
yang menyebabkan belut sangat baik untuk digunakan sebagai sumber energi.
Nilai protein pada
belut (18,4 g/100 g daging) setara dengan protein daging sapi (18,8 g/100g),
tetapi lebih tinggi dari protein telur (12,8 g/100 g). Seperti jenis ikan
lainnya, nilai cerna protein pada belut juga sangat tinggi, sehingga sangat
cocok untuk sumber protein bagi semua kelompok usia, dari bayi hingga usia
lanjut.
Protein belut juga
kaya akan beberapa asam amino yang memiliki kualitas cukup baik, yaitu leusin,
lisin, asam aspartat, dan asam glutamat. Leusin dan isoleusin merupakan asam
amino esensial yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan anak-anak dan menjaga
kesetimbangan nitrogen pada orang dewasa.
Leusin juga berguna
untuk perombakan dan pembentukan protein otot. Asam glutamat sangat diperlukan
untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan asam aspartat untuk membantu
kerja neurotransmitter.
Tingginya kadar asam
glutamat pada belut menjadikan belut berasa enak dan gurih. Dalam proses
pemasakannya tidak perlu ditambah penyedap rasa berupa monosodium glutamat
(MSG).
Kandungan arginin (asam
amino nonesensial) pada belut dapat memengaruhi produksi hormon pertumbuhan
manusia yang populer dengan sebutan human growth hormone (HGH). HGH ini yang
akan membantu meningkatkan kesehatan otot dan mengurangi penumpukan lemak di
tubuh. Hasil uji laboratorium juga menunjukkan bahwa arginin berfungsi
menghambat pertumbuhan sel-sel kanker payudara.
Kaya Mineral dan
Vitamin
Belut kaya akan zat
besi (20 mg/100 g), jauh lebih tinggi dibandingkan zat besi pada telur dan
daging (2,8 mg/100g). Konsumsi 125 gram belut setiap hari telah memenuhi
kebutuhan tubuh akan zat besi, yaitu 25 mg per hari. Zat besi sangat diperlukan
tubuh untuk mencegah anemia gizi, yang ditandai oleh tubuh yang mudah lemah,
letih, dan lesu.
Zat besi berguna untuk
membentuk hemoglobin darah yang berfungsi membawa oksigen ke seluruh jaringan
tubuh. Oksigen tersebut selanjutnya berfungsi untuk mengoksidasi karbohidrat,
lemak, dan protein menjadi energi untuk aktivitas tubuh. Itulah yang menyebabkan
gejala utama kekurangan zat besi adalah lemah, letih, dan tidak bertenaga. Zat
besi juga berguna untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh, sehingga tidak
mudah terserang berbagai penyakit infeksi.
Belut juga kaya akan
fosfor. Nilainya dua kali lipat fosfor pada telur. Tanpa kehadiran fosfor,
kalsium tidak dapat membentuk massa tulang. Karena itu, konsumsi fosfor harus
berimbang dengan kalsium, agar tulang menjadi kokoh dan kuat, sehingga terbebas
dari osteoporosis. Di dalam tubuh, fosfor yang berbentuk kristal kalsium fosfat
umumnya (sekitar 80 persen) berada dalam tulang dan gigi.
Fungsi utama fosfor
adalah sebagai pemberi energi dan kekuatan pada metabolisme lemak dan
karbohidrat, sebagai penunjang kesehatan gigi dan gusi, untuk sintesis DNA
serta penyerapan dan pemakaian kalsium. Kebutuhan fosfor bagi ibu hamil tentu
lebih banyak dibandingkan saat-saat tidak mengandung, terutama untuk
pembentukan tulang janinnya.
Jika asupan fosfor
kurang, janin akan mengambilnya dari sang ibu. Ini salah satu penyebab penyakit
tulang keropos pada ibu. Kebutuhan fosfor akan terpenuhi apabila konsumsi
protein juga diperhatikan.
Kandungan vitamin A
yang mencapai 1.600 SI per 100 g membuat belut sangat baik untuk digunakan
sebagai pemelihara sel epitel. Selain itu, vitamin A juga sangat diperlukan
tubuh untuk pertumbuhan, penglihatan, dan proses reproduksi.
Belut juga kaya akan
vitamin B. Vitamin B umumnya berperan sebagai kofaktor dari suatu enzim,
sehingga enzim dapat berfungsi normal dalam proses metabolisme tubuh. Vitamin B
juga sangat penting bagi otak untuk berfungsi normal, membantu membentuk
protein, hormon, dan sel darah merah.
Waspada, Lemaknya
Cukup Tinggi
Meskipun mempunyai
nilai gizi yang tinggi, kandungan lemak pada belut cukup tinggi, yaitu mencapai
27 g per 100 g. Lebih tinggi dibandingkan lemak pada telur (11,5 g/100 g) dan
daging sapi (14,0 g/100 g).
Di antara kelompok
ikan, belut digolongkan sebagai ikan berkadar lemak tinggi. Kandungan lemak
pada belut hampir setara dengan lemak pada daging babi (28 g/100 g). Menurut
publikasi yang dikeluarkan oleh Singapore General Hospital, belut termasuk
makanan berkolesterol tinggi dan wajib untuk diwaspadai.
Walaupun kadar
lemaknya tinggi, belut tidak perlu dihindari dalam pola makan kita.
Bagaimanapun, lemak memegang peran penting sebagai sumber kelezatan, sumber
energi, penyedia asam lemak esensial, dan tentu saja sebagai pembawa vitamin
larut lemak (A, D, E dan K).
Pada lemak ikan
terdapat vitamin D yang cukup tinggi, yaitu 10 kali lipat dibandingkan bagian
dagingnya dan 50 kali lipat vitamin D yang terdapat pada susu. Vitamin D sangat
berguna bagi tubuh untuk membantu penyerapan kalsium dan menghalanginya dari
proses resorpsi (pelepasan kalsium dari tulang).
Upaya untuk mengurangi
kadar lemak pada belut adalah dengan cara dipanggang di atas bara api. Proses
pemanggangan akan menyebabkan lemak mencair dan keluar dari daging belut,
menetes ke bara api. Sebaiknya belut tidak diolah dengan cara digoreng, agar
kadar lemaknya tidak bertambah banyak.
Seperti pada jenis
ikan lain, belut juga mengandung asam lemak omega 3. Kadar omega 3 pada lemak
ikan, termasuk belut, sangat bervariasi tetapi berkisar antara 4,48 persen
sampai dengan 11,80 persen. Kandungan omega 3 pada ikan, tergantung kepada
jenis, umur, ketersediaan makanan, dan daerah penangkapan.
Dari hasil penelitian,
diketahui bahwa bagian tubuh ikan memiliki lemak dengan komposisi omega 3 yang
berbeda-beda. Kadar omega 3 pada bagian kepala sekitar 12 persen, dada 28
persen, daging permukaan 31,2 persen, dan isi rongga perut 42,1 persen
(berdasarkan berat kering).
http://kumpulanartikelkelautandanperikanan.blogspot.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar