Selasa, 27 Maret 2018

IKAN BOTIA INDIA (Botia lohachata)



                                     

Ikan botia pertama kali dijelaskan aleh Bleeker pada tahun 1852 dengan nama ilmiah Cobitis Macrachantus. Tahun 1989 nama ilmiahnya ditetapkan menjadi Botia macracanthus. namun menurut hasil penelitian terakhir oleh kottelat (2004) ikan ini tergolong ke dalam genus Chromobotia karena memiliki karakteristik yang berbeda dengan genus botia teritama pola atau corak pewarnaan tubuhnya yang unik yaitu mempunyai tiga garis hitam (satu garis melewati mata dan dua garis lain memotong bagian tubuh). istilah chromo berasal dari bahasa yunani yang artinya warna, botia artinya pelindung karena mempunyai patil atau duri di bawah mata yang akan keluar apabila merasa ada bahaya. Istilah macracantha sendiri artinya ikan yang memiliki duri besar. nama ilmiahnya menjadi Chromobotia macracanthus.

dalam dunia perdagangan ikan botia lebih di kenal dengan sebutan Clown Loach atau tiger botia. nama lokal ikan ini adalah ikan macan, gejobang, cubang, kecubang, gecuban, biji bana, ikan merah, bajubang (sumatera), ikan jono, langli dan languli (kalimantan)

 
.1 Deskripsi Ikan Botia
Ikan Botia India masuk kedalam famili Cobitidae dengan badan yang mirip dengan pesawat jet, dengan mulut yang agak bengkok ke bawah. Badan kompres dengan banyak  garis hitam memotong badan secara melintang. Panjang ikan ini dapat mencapai 10 cm. Mempunyai alat peraba diujung mulutnya untuk mengaduk dasar perairan untuk mencari makan. Ikan dari genus botia umumnya bersifat nocturnal atau bersifat aktif pada malam hari. Botia hidup di dasar perairan dan suka bersembunyi di tempat persembunyiannya.
Untuk pemeliharaan di akuarium dibutuhkan dasar berpasir halus dengan batu-batu dan vegetasi yang cukup melindungi. Botia tergolong ikan yang pendamai sehingga dalam akuarium dapat dicampur bersama ikan lain. Kualitas air yang baik untuk pemeliharaan botia india adalah pada suhu 26-30 0C dan pH 6.0-7.0.
3.17.2 Pemeliharaan Induk
Induk botia India berukuran 7-10 cm yang telah dipelihara selama 9 bulan dari ukuran 1,5 inci. Induk dipelihara dalam akuarium berukuran  dengan ketinggian air 35 cm. Induk dalam tiap akuarium berjumlah 17 ekor, antara induk jantan dan betina diletakkan dalam satu akuarium. Akuarium dilengkapi dengan pipa PVC berdiameter 3 inci sebagai tempat persembunyian botia.
Pakan diberikan sebanyak tiga kali sehari secara ad libitum mulai pukul 08.00, 12.00, dan sore hari pada pukul 17.00. Pakan yang diberikan adalah chu merah (Chironomus sp), sedangkan pemberian cacing sutra dilakukan sore hari sebagai cadangan makanan pada malam hari.

2.Perangsangan Pematangan Gonad
Pemijahan dilakukan dalam akuarium ukuran cm dengan ketinggia air 35 cm. Sebelum pemijahan dilakukan pemilihan induk. Pemilihan induk  dilakukan pada pagi hari dengan tujuan didapatkan induk yang benar-benar matang gonad. Induk dipuasakan dahulu untuk menghindari kesalahan dalam penyeleksian terutama untuk induk  betina. Selain untuk penyeleksian tujuan lain yaitu untuk memisahkan induk jantan dengan betina.  Perbedaan jantan dan betina dapat dilihat dari ukuran dan bentuk tubuh, untuk jantan pada umur yang sama mempunyai ukuran yang lebih kecil bagian perut langsing dan tidak melebar, pada betina tubuh lebih besar pada umur yang sama dan perut lebih lebar.
Botia india termasuk ikan yang belum bisa dipijakan secara alami sehingga harus dilakukan perangsangan ovulasi, salah satu cara dengan penyuntikan. Setelah dilakukan seleksi maka induk ditampung dalam ember yang terpisah dan diberi aerasi. Sebelum dilakukan penyuntikan, induk ditimbang untuk mengetahui dosis yang akan digunakan. Sebelum ditimbang induk, induk dibius dengan minyak cengkeh dosis sebanyak 1 ppm.
Penyuntikan dilakukan sebanyak dua kali, penyuntikan pertama dilakukan pada sore sekitar pukul 17.00 WIB sedangkan penyuntikan kedua dilakukan pada pukul 4 jam setelah penyuntikan pertama. Hormon yang digunakan adalah Ovaprim dengan dosis penyuntikan sebanyak 0.5 ml/kg induk. Sebelum disuntik induk kembali dibius untuk memudahkan dalam penyuntikan. Penyuntikan dilakukan secara intra muscular pada bagian punggung induk dengan sudut 45 0

3.Pemijahan
Setelah penyuntikan induk ditebar dalam akuarium pemijahan dengan perbandingan jantan : betina adalah 3 : 1. Pemijahan berlangsung secara alami, artinya setelah disuntik induk dibiarkan tanpa dilakukan striping. Pemijahan berlangsung, biasanya terjadi 4-6 jam setelah penyuntikan kedua.

4. Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva
Setelah pemijahan, induk diangkat dan dipindahkan ke akuarium pemeliharaan induk, sedangkan telur dibiarkan dalam akuarium pemijahan. Sifat telur botia india adalah melayang dalam kolom perairan dan langsung mengembang saat bersentuhan dengan air. Telur yang dibuahi adalah transparan dengan inti yang juga transparan. Sedangkan telur yang tidak dibuahi akan berwarna putih keruh. Pada suhu 26-27 0C telur akan menetas setelah 15-17 jam.
Larva dipelihara dalam akuarium pemijahan, hal ini dsilakukan untuk mengurangi resiko kematian pada larva. Larva yang baru menetas berukuran sekitar 2 mm, transparan, melayang-layang dikolom air dan bergerak mengikuti arus air.

5.  Pemberian Pakan
Larva mulai diberi pakan pada umur 2 hari dengan suspensi kuning telur yang telah direbus. Pemberian dilakukan dengan meremas kuning telur dengan kain berserat halus. Pemberian kuning telur jangan terlalu banyak karena akan mengakibatkan  air menjadi  keruh dan kandungan amoniak meningkat. Setelah larva berumur 5 atau 1 minggu, pemberian kuning telur dapat dicampur dengan Artemia. Pemberian kuning telur dihentikan jika larva sudah benar-benar dapat memakan Artemia. Untuk mengetahui waktu yang tepat dalam pemberian Artemia setelah kuning telur dilihat dari larva apabila telah menempel di dinding akuarium, maka larva sudah siap untuk memakan Artemia.
Pada umur dua minggu larva sudah dapat diberikan cacing sutra yang dicacah halus. Pada awal pemberian cacing sutra masih dicampur dengan Artemia, sampai larva benar-benar dapat memakan cacing sutra.  Satu minggu kemudian benih disamping cacing sutra yang dicacah diberikan juga cacing sutra yang tidak dicacah.

6.  Pengelolaan Kualitas Air
Pengelolaan kualitas air pertama kali dilakukan dengan menyiphon dasar akuarium. Penyiphonan dilakukan pertama kali dilakukan pada saat umur larva satu minggu. Air yang keluar dari selang sifon disaring guna menghindari larva yang lolos ikut terhisap pada waktu penyiphonan. Untuk selanjutnya penyiphonan dilakukan tiga hari sekali atu tergantung kondisi media pemeliharaan. Air yang terbuang pada saat peyifonan diganti dengan air yang baru yang telah ditampung dalam tandon.

7. Pendederan
Pendedera ikan botia biasanya disertai dengan penjarangan yang bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan dan menghasilkan benih siap jual berukuran 1,5 inci. Penjarangan dilakukan dengan menyortir ikan berdasarkan ukuran yang kemudian ikan yang berukuran sama diletakkan dalam satu akuarium berukuran cm dengan kepadatan 1 ekor/ liter. Kegiatan ini dilakukan pertama kali saat benih berumur 20 hari. Benih disortir berdasarkan dua ukuran yaitu besar sekitar 1,5 cm dan kecil kurang dari 1 cm.
Setelah dilakukan penjarangan maka benih dipelihara dan diberi pakan sebanyak tiga kali sehari sampai kenyang. Pakan yang diberikan berupa cacing sutra. Agar ikan lebih nyaman maka pada dasar akuarium diletakkan pipa paralon berukuran 3/­­4 inci sebagai tempat persembunyian. Pemeliharan dilakukan sampai ikan berukuran 1,5 inci

Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar