Ikan
botia pertama kali dijelaskan aleh Bleeker pada tahun 1852 dengan nama ilmiah
Cobitis Macrachantus. Tahun 1989 nama ilmiahnya ditetapkan menjadi Botia macracanthus.
namun menurut hasil penelitian terakhir oleh kottelat (2004) ikan ini tergolong
ke dalam genus Chromobotia karena memiliki karakteristik yang berbeda dengan
genus botia teritama pola atau corak pewarnaan tubuhnya yang unik yaitu
mempunyai tiga garis hitam (satu garis melewati mata dan dua garis lain
memotong bagian tubuh). istilah chromo berasal dari bahasa yunani yang artinya
warna, botia artinya pelindung karena mempunyai patil atau duri di bawah mata
yang akan keluar apabila merasa ada bahaya. Istilah macracantha sendiri artinya
ikan yang memiliki duri besar. nama ilmiahnya menjadi Chromobotia macracanthus.
dalam
dunia perdagangan ikan botia lebih di kenal dengan sebutan Clown Loach atau
tiger botia. nama lokal ikan ini adalah ikan macan, gejobang, cubang, kecubang,
gecuban, biji bana, ikan merah, bajubang (sumatera), ikan jono, langli dan
languli (kalimantan)
.1 Deskripsi Ikan Botia
Ikan Botia India masuk kedalam famili Cobitidae dengan badan yang mirip
dengan pesawat jet, dengan mulut yang agak bengkok ke bawah. Badan kompres
dengan banyak garis hitam memotong badan secara melintang. Panjang ikan
ini dapat mencapai 10 cm. Mempunyai alat peraba diujung mulutnya untuk mengaduk
dasar perairan untuk mencari makan. Ikan dari genus botia umumnya
bersifat nocturnal atau bersifat aktif pada malam hari. Botia hidup
di dasar perairan dan suka bersembunyi di tempat persembunyiannya.
Untuk pemeliharaan di akuarium dibutuhkan dasar berpasir halus dengan
batu-batu dan vegetasi yang cukup melindungi. Botia tergolong ikan yang
pendamai sehingga dalam akuarium dapat dicampur bersama ikan lain. Kualitas air
yang baik untuk pemeliharaan botia india adalah pada suhu 26-30 0C dan pH
6.0-7.0.
3.17.2 Pemeliharaan Induk
Induk botia India berukuran 7-10 cm yang telah dipelihara selama 9
bulan dari ukuran 1,5 inci. Induk dipelihara dalam akuarium berukuran
dengan ketinggian air 35 cm. Induk dalam tiap akuarium berjumlah 17 ekor,
antara induk jantan dan betina diletakkan dalam satu akuarium. Akuarium
dilengkapi dengan pipa PVC berdiameter 3 inci sebagai tempat persembunyian
botia.
Pakan diberikan sebanyak tiga kali sehari secara ad libitum mulai pukul
08.00, 12.00, dan sore hari pada pukul 17.00. Pakan yang diberikan adalah chu
merah (Chironomus sp), sedangkan pemberian cacing sutra dilakukan
sore hari sebagai cadangan makanan pada malam hari.
2.Perangsangan Pematangan Gonad
Pemijahan dilakukan dalam akuarium ukuran cm dengan ketinggia air 35
cm. Sebelum pemijahan dilakukan pemilihan induk. Pemilihan induk
dilakukan pada pagi hari dengan tujuan didapatkan induk yang benar-benar matang
gonad. Induk dipuasakan dahulu untuk menghindari kesalahan dalam penyeleksian
terutama untuk induk betina. Selain untuk penyeleksian tujuan lain yaitu
untuk memisahkan induk jantan dengan betina. Perbedaan jantan dan betina
dapat dilihat dari ukuran dan bentuk tubuh, untuk jantan pada umur yang sama
mempunyai ukuran yang lebih kecil bagian perut langsing dan tidak melebar, pada
betina tubuh lebih besar pada umur yang sama dan perut lebih lebar.
Botia india termasuk ikan yang belum bisa dipijakan secara alami
sehingga harus dilakukan perangsangan ovulasi, salah satu cara dengan penyuntikan.
Setelah dilakukan seleksi maka induk ditampung dalam ember yang terpisah dan
diberi aerasi. Sebelum dilakukan penyuntikan, induk ditimbang untuk mengetahui
dosis yang akan digunakan. Sebelum ditimbang induk, induk dibius dengan minyak
cengkeh dosis sebanyak 1 ppm.
Penyuntikan dilakukan sebanyak dua kali, penyuntikan pertama dilakukan
pada sore sekitar pukul 17.00 WIB sedangkan penyuntikan kedua dilakukan pada
pukul 4 jam setelah penyuntikan pertama. Hormon yang digunakan adalah Ovaprim
dengan dosis penyuntikan sebanyak 0.5 ml/kg induk. Sebelum disuntik induk
kembali dibius untuk memudahkan dalam penyuntikan. Penyuntikan dilakukan secara
intra muscular pada bagian punggung induk dengan sudut 45 0
3.Pemijahan
Setelah penyuntikan induk ditebar dalam akuarium pemijahan dengan
perbandingan jantan : betina adalah 3 : 1. Pemijahan berlangsung secara alami,
artinya setelah disuntik induk dibiarkan tanpa dilakukan striping. Pemijahan
berlangsung, biasanya terjadi 4-6 jam setelah penyuntikan kedua.
4. Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva
Setelah pemijahan, induk diangkat dan dipindahkan ke akuarium
pemeliharaan induk, sedangkan telur dibiarkan dalam akuarium pemijahan. Sifat
telur botia india adalah melayang dalam kolom perairan dan langsung mengembang
saat bersentuhan dengan air. Telur yang dibuahi adalah transparan dengan inti
yang juga transparan. Sedangkan telur yang tidak dibuahi akan berwarna putih
keruh. Pada suhu 26-27 0C telur akan menetas setelah 15-17 jam.
Larva dipelihara dalam akuarium pemijahan, hal ini dsilakukan untuk
mengurangi resiko kematian pada larva. Larva yang baru menetas berukuran
sekitar 2 mm, transparan, melayang-layang dikolom air dan bergerak mengikuti
arus air.
5. Pemberian Pakan
Larva mulai diberi pakan pada umur 2 hari dengan suspensi kuning telur
yang telah direbus. Pemberian dilakukan dengan meremas kuning telur dengan kain
berserat halus. Pemberian kuning telur jangan terlalu banyak karena akan
mengakibatkan air menjadi keruh dan kandungan amoniak meningkat.
Setelah larva berumur 5 atau 1 minggu, pemberian kuning telur dapat dicampur
dengan Artemia. Pemberian kuning telur dihentikan jika larva sudah
benar-benar dapat memakan Artemia. Untuk mengetahui waktu yang tepat dalam
pemberian Artemia setelah kuning telur dilihat dari larva apabila
telah menempel di dinding akuarium, maka larva sudah siap untuk memakan Artemia.
Pada umur dua minggu larva sudah dapat diberikan cacing sutra yang
dicacah halus. Pada awal pemberian cacing sutra masih dicampur dengan Artemia,
sampai larva benar-benar dapat memakan cacing sutra. Satu minggu kemudian
benih disamping cacing sutra yang dicacah diberikan juga cacing sutra yang
tidak dicacah.
6. Pengelolaan Kualitas Air
Pengelolaan kualitas air pertama kali dilakukan dengan menyiphon dasar
akuarium. Penyiphonan dilakukan pertama kali dilakukan pada saat umur larva
satu minggu. Air yang keluar dari selang sifon disaring guna menghindari larva
yang lolos ikut terhisap pada waktu penyiphonan. Untuk selanjutnya penyiphonan
dilakukan tiga hari sekali atu tergantung kondisi media pemeliharaan. Air yang
terbuang pada saat peyifonan diganti dengan air yang baru yang telah ditampung
dalam tandon.
7. Pendederan
Pendedera ikan botia biasanya disertai dengan penjarangan yang
bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan dan menghasilkan benih siap jual
berukuran 1,5 inci. Penjarangan dilakukan dengan menyortir ikan berdasarkan
ukuran yang kemudian ikan yang berukuran sama diletakkan dalam satu akuarium
berukuran cm dengan kepadatan 1 ekor/ liter. Kegiatan ini dilakukan pertama
kali saat benih berumur 20 hari. Benih disortir berdasarkan dua ukuran yaitu
besar sekitar 1,5 cm dan kecil kurang dari 1 cm.
Setelah dilakukan penjarangan maka benih dipelihara dan diberi pakan
sebanyak tiga kali sehari sampai kenyang. Pakan yang diberikan berupa cacing
sutra. Agar ikan lebih nyaman maka pada dasar akuarium diletakkan pipa paralon
berukuran 3/4 inci sebagai tempat persembunyian. Pemeliharan
dilakukan sampai ikan berukuran 1,5 inci
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar