Rabu, 23 Mei 2018

BUDIDAYA IKAN DISKUS (Symphysodon discus )


                                             
                                 

           Pada saat ini peminat ikan hias terus bertambah dan semakin menyebar ke seluruh lapisan masyarakat. Meskipun kemampuan daya belinya bervariasi, masyarakat perkotaan di Indonesia melengkapi rumahnya dengan akuarium-akuarium yang diisi beragam ikan hias salah satunya ikan diskus. Ikan diskus (Symphysodon discusini memiliki habitat asli di Rio Negro dan perairan tenang Sungai Amazon. Sifatnya omnivora. Gerakannya sangat halus. Ikan ini pun terkenal sebagai "King of Aquarium". Disebut diskus karena bentuk tubuhnya bulat seperti cakram.
     Ada empat spesies diskus yang dibudidayakan, walaupun semuanya disebut sebagai diskus, yaitu Heckel Discus (Symphysodon discus), Brown Discus (Symphysodon aequifasciata axetrodi), Green Discus (Symphysodon aequifasciata aequifasciata), dan Blue Discus (Symphysodon aequifasciata haroldi). Oleh karena penggemarnya sangat banyak, kreativitas peternak dan hobiis sangat diperlukan untuk memunculkan varietas baru yang lebih bagus. Hingga saat ini ada banyak varietas diskus, di antaranya  Red Pigeon, Marlboro, Brown Discus, dan Cobalt.

     Klasifikasi dan Morfologi


Diskus yang di juluki ratu ikan hias air tawar ini telah memulai perjalannya dari habitat aslinya ke aquarim di rumah kita. Aslinya ikan ini berasal dari pedalaman rimba Amazon, Brazil yang terkenal kaya akan beragam species tumbuhan dan binatang. Diskus adalah salah satu ikan hias air tawar yang banyak peminatnya. mengenai sistematikanya ada sedikit perdebatan, banyak orang mengklaim berdasarkan tempat asal, warna dan bentuk luarnya.
Menurut sistematikanya, ikan diskus digolongkan sebagai berikut:
            Ordo                   : Percomorphodei
Sub Ordo           : Percoidea
Family                : Cichlidae
Genus                : Symphysodon
Species              : Symphysodon discus
Nama lokal         : Diskus

       Ikan yang berbentuk seperti kue dadar ini di lengkapi dengan keindahan warna dan bentuk tubuhnya. Jika pada umumnya ikan hias mempunyai bentuk tubuh memanjang, diskus tidaklah demikian. Bentuk diskus unik seperti cakram atau kue dadar. Warnanya sangat unik dan manarik sesuai dengan strain dan keturunannya.
Ø  Ciri dan Sifat
       Ikan diskus pada umumnya memiliki ciri khas seperti pada bentuk tubuh yang pipih bundar mirip ikan bawal. Warna dasar yang coklat kemerahan dan memiliki garis berombak beraneka rupa tak teratur mulai dari dahi sampai perut. Pada kepala dan tubuhnya terpotong sembilan garis tegak. Tiga di antaranya nampak jelas, sedang sisanya samar-samar. Ciri mencolok yang membedakan dari kerabat dekatnya adalah dari matanya yang selalu berwarna merah dan garis tengah tubuhnya paling besar 15 cm.
      Diskus termasuk ikan yang bertubuh cantik. Di antara ikan hias yang lain, ikan ini termasuk ikan yang pemalu dan tenang dan memiliki gerakan yang lambat. Ikan diskus jantan jauh lebih gesit di banding ikan diskus betina. Sifat ikan ini sangat unik, yaitu telur dan larvanya tidak dapat dipisahkan dari induknya. Oleh karena itu, telurnya tidak dipisahkan dari induknya dan dibiarkan menetas dalam wadah pemijahan. Telur-telur tersebut akan menetas alam waktu 2-3 hari. Larva ini akan terus menempel pada induknya hingga berumur seminggu.
      Walaupun ikan ini terkenal dengan sifatnya merawat telur dan anaknya, namun ada juga induk yang memakan telurnya sendiri. Sementara larva yang sudah bisa berenang tidak akan dimakan induknya. Oleh karena itu, biasanya peternak memberi sekat untuk membatasi induk dengan telurnya. Sekat tersebut terbuat dari kawat halus yang dilingkarkan ke sarang. Adanya sekat ini menyebabkan induk tidak dapat mencapai telurnya.
      Kegiatan budidaya
Pembenihan
Ø  Pemilihan Induk
       Pemilihan induk harus tepat agar anak yang dihasilkan berkualitas dan bernilai jual tinggi. Induk yang baik harus tanpa cacat, sehat, tampak aktif, bentuknya proporsional, ukurannya terbesar di antara kelompok umurnya, gemuk, mulutnya relatif besar, dan berumur lebih dari setahun. Induk diskus sangat susah dipaksakan berpasangan sehingga biasanya dibiarkan memilih pasangannya sendiri dalam kelompok calon induk. Bila sudah tampak berpasangan dengan terus berenang bersama maka pasangan induk tersebut dapat dipisahkan dari kelompoknya.
Ø  Membedakan Induk Jantan dan Betina
       Membedakan diskus jantan dan betina akan lebih mudah dilakukan jika kita dihadapkan dengan sekumpulan calon induk yang dibesarkan bersama dan berasal dari wadah yang sama. Dalam sekumpulan itu, diskus jantan umumnya memiliki postur tubuh yang lebih besar dengan bentuk forehead lebih kekar atau kasar. Sementara itu, diskus betina umumnya berukuran lebih kecil dengan bentuk forehead lebih halus.
       Membedakan kelamin diskus dilihat dari betuk mulut dan hidung. Pada diskus dewasa, betina memiliki bibir yang simetris, sama besar antara bibir atas dengan bibir bawahnya. Sedangkan diskus jantan, bibir atasnya lebih menonjol. Jika melihat hidungnya, maka jantan mempunyai bentuk agak bengkok, berlainan dengan betina yang hidungnya berbentuk lurus. Dilihat dari sekitar sirip dubur, pada diskus jantan rata-rata lurus sedangkan pada diskus betina bentuknya membulat. Melihat gerakannya, diskus jantan mempunyai pergerakan yang lebih agresif dari diskus betina.
      Cara lain untuk membedakan diskus jantan dan betina adalah dengan melihat alat kelamin genitalnya. Diskus betina memiliki organ genital yang berbentuk lonjong dengan ujung menumpul atau berbentuk elips. Diskus jantan berbentuk bulat dengan panjang sekitar 1,5 mm.
Ø  Ciri-Ciri Ikan Diskus Siap Pijah
      Ikan diskus yang siap mijah umumnya ditandai dengan memisahkan diri dari rekan-rekannya dalam satu wadah pemeliharaan.Ikan diskus tergolong ikan yang setia pada pasangannya, karena itu ikan diskus tidak bisa dipijahkan selain dari pasangannya tersebut.
       Pasangan ini lalu kita pisahkan ditempat tersendiri dan terus diamati.  Pasangan yang lengket terus sudah cukup sebagai jaminan bahwa mereka jantan dan betina. Calon induk jantan harus berumur 15 bulan, sedangkan induk betina berumur 12 bulan sehingga layak untuk dipijahkan.
Ø  Tempat Pemijahan
       Pemijahan diskus sudah bukan masalah lagi bagi peternak maupun hobiis. Namun, karena harganya mahal dan banyak penggemarnya maka pemijahannya sebaiknya dilakukan dengan seksama. Biasanya diskus dipelihara dalam akuarium, begitu pula dalam proses pemijahannya. Wadah yang di gunakan untuk memijahkan ikan diskus berupa akuarium dengan ukuran 60 x 50 x 50 cm untuk satu pasang induk.Air untuk pemeliharaan dan pemijahan harus jernih dengan suhu berkisar antara 28-300C dengan pH 5-6.
      Selain faktor air, kadar oksigen juga harus diperhatikan, kadar oksigen yang berlimpah sangat dibutuhkan. Untuk mendapatkannya digunakan aerator yang bertugas mensuplai oksigen kedalam air pemeliharaan. Karena sifat telur diskus menempel, maka tempat telur yang mesti disiapkan adalah pecahan genteng, pot dan pralon diameter 4 inci yang dipasang tegak di tengah akuarium setinggi air dalam akuarium. Untuk tempat telur ini harus di permukaan benda yang licin, yang dibersihkan terlebih dulu.
Ø  Pemijahan ikan discus
      Proses pemijahan ikan discus dimulai dari pemilihan bibit indukan yang baik dengan syarat-syarat ; tidak cacat, aktif, sehat, berumur lebih dari 1 tahun dan ukuran badannya proporsional. Biasanya ikan discus akan memilih sendiri pasangannya, dan setelah menemukan pasangannya baru pasangan ikan discus jantan dan betina itu dipisahkan dari kelompok dengan ditempatkan di aquarium pemijahan. Proses pemijahan biasanya terjadi selama 2 minggu dan dalam satu bulan ikan discus betina mulai bertelur.
Ø  Penetasan Telur
       Sarang telur biasanya dibuat dari potongan paralon yang diletakkan di pojok atau tengah akuarium pada posisi berdiri. Seperti halnya ikan lain, induk diskus pun akan membersihkan sarangnya sebelum meletakkan telur-telurnya.
       Sifat ikan ini sangat unik, yaitu telur dan larvanya tidak dapat dipisahkan dari induknya. Oleh karena itu, telurnya tidak dipisahkan dari induknya dan dibiarkan menetas dalam wadah pemijahan. Telur-telur tersebut akan menetas dalam waktu 2-3 hari. Larva ini akan terus menempel pada induknya hingga berumur seminggu.
       Biasanya larva akan mulai berenang setelah berumur seminggu. Walaupun sudah bisa berenang, namun larva tersebut akan sering menempel pada induknya hingga berumur 21 hari. Beberapa pakar menyebutkan bahwa larva diskus tersebut memakan lendir yang keluar dari tubuh induknya atau sering disebut "menyusu" pada induk. Ada juga pakar yang percaya bahwa larva ini diberi pakan melalui mulut induknya.
        Walaupun ikan ini terkenal dengan sifatnya merawat telur dan anaknya, namun ada juga induk yang memakan telurnya sendiri. Sementara larva yang sudah bisa berenang tidak akan dimakan induknya. Oleh karena itu, biasanya peternak memberi sekat untuk membatasi induk dengan telurnya. Sekat tersebut terbuat dari kawat halus yang dilingkarkan ke sarang. Adanya sekat ini menyebabkan induk tidak dapat mencapai telurnya.

Pembesaran
Ø  Pemeliharaan Larva Dan Anakan Ikan Discus
      Ada hal yang unik dari ikan discus, telur-telur yang dihasilkan setelah menetas menjadi larva akan menempel pada tubuh induknya untuk memakan lendir dari tubuh induknya. Telur-telur ikan discus umumnya menetas setelah berumur 2 – 3 hari. Anakan ikan discus dibiarkan menempel pada tubuh induknya sampai berumur +- 1 bulan. Setelah usia satu bulan anakan ikan discus dipisahkan untuk ditempatkan dalam aquarium pembesaran. Satu indukan ikan discus biasanya bisa menghasilkan telur sekitar 100 buah dalam sekali proses pemijahan.
Ø  Pakan Ikan Diskus
      Di alam liar, ikan diskus merupakan omnivora oportunistik yang memakan inverterbtara serta tumbuhan. Saat mereka makan, mereka akan mengulum makanan mereka, meludahkannya, kemudian menangkapnya kembali lantas menelannya. Secara umum diskus tak punya persyaratan makan khusus. Mereka bisa tumbuh hanya dengan makanan ikan biasa yang kaya protein. Walau demikian, diskus kadang bersikap hati-hati terhadap makanan baru, mereka sudah biasa memilih untuk tak makan berhari-hari daripada mengkonsumsi makanan baru. Setelah berpuasa sekitar sebulan, umumnya diskus akan menerima makanan baru begitu saja, namun jangka waktu tersebut tentu akan menghambat pertumbuhannya.
     Metode “membuat kelaparan” ini tak disarankan untuk memaksa diskus makan sesuatu.Sebaiknya, campurkan makan baru tersebut dengan makanan yang sebelumnya telah disukai diskus. Seiring dengan waktu, diskus akan mulai menerima makanan baru tersebut dan makanan lamanya bisa dihilangkan.
      Hati sapi atau babi seringkali diberikan pada diskus guna memperindah warna tubuhnya serta mempercepat pertumbuhannya. Walau demikian, beberapa orang yang memikirkan dampak jangka panjang dari pemberian protein mamalia pada ikan mulai menggeser kebiasaan itu. Mereka mengganti hati sapi atau babi itu dengan diet berupa krill, yakni suatu krustasea mirip-udang. Sebenarnya diskus menyukai mangsa yang hidup dan berukuran kecil, jadi makanan tersebut tepat jika diberikan dalam jangka panjang. Selain krill, makanan lain yang dsukai diskus adalah cacing hitam, cacing darah, udang air asin, dan larva nyamuk. Hal yang perlu diperhatikan saat memberi mangsa hidup adalah kemungkinan adanya parasit serta bakteri pada mangsa tersebut. Untuk alasan ini sangat disarankan untuk tidak memberi cacing tubifex hidup sama sekali, karena praktis menghilangkan semua bakteri dari tubuh mereka adahal hal yang tak mungkin. Disarankan untuk membeli makanan hidup di pengecer akuarium, dan jika hendak memberikan tubifex pun, pilihlah balok-balok tubifex freeze dried karena semua parasit dan bakteri telah mati dalam proses ini.
       Jika makanan hidup tak tersedia, makanan buatan juga boleh. Sebaiknya pilih makanan berbentuk granula berkualitas tinggi. Makanan berbentuk serpihan (flakes) juga bagus namun yang berbentuk granula mampu menahan vitamin, mineral, dan berbagai unsur kelumit lainnya dengan lebih baik dari pada serpihan. Telur ikan diskus harus diberi makan cacing darah beku, hati sapi, Tetra Color Bits, udang air asin (hidup/beku), atau cacing putih hidup. Jika memberi makan hati sapi, perhatikan agar tak ada sedikitpun yang tersisa karena itu akan mengotorkan air dengan segera. Tubifex atau cacing hitam hidup tak boleh diberikan pada diskus kapanpun, karena mereka akan menghadirkan parasit ke dalam tengki.
       Walaupun pakan dari larva berasal dari induknya, namun akan lebih baik lagi akan lebih baik lagi ditambahkan Nauplius artemia atau kutu air saring. Bila larva sudah pisah dari induknya, pakannya dapat diganti dengan kutu air besar. Namun, kualitas pakan tersebut harus di perhatikan, terutama pakan dari alam agar ikan terhindar dari penyakit. Diskus berumur sebulan atau lebih sudah bisa di beri pakan cacing sutera, cacing darah, atau jentik nyamuk. Bahkan peletpun dapat di berikan pada usia dewasa.
Ø  Cara Pembesaran:
1. Pindahkan anakan diskus berusia satu bulan dari induknya ke akuarium berukuran 120 X 50 X 50 Cm. Setelah besar pindahkan diskus ke akuarium yang lebih luas lagi.
2. Agar terlihat bagus, diskus sebaiknya ditempatkan di akuarium standar (induk 50 X 50 X 40 Cm dan anakan diskus 50 X100 X 35 Cm)
3. Agar ikan diskus tetap hidup dengan baik, sediakan pakan alami seperti dapmia, cacing sutera, cacing super,  jentik nyamuk, udang, dan sejenisnya. Diskus juga suka mengkonsumsi pakan buatan campuran dari  jantung, hati, daging, udang, ikan, dan sayuran.

Sumber : 


http://aswarpunyainfo.blogspot.co.id/2012/11/Makalah-Budidaya-Ikan-Discus-Symphysodon-discus.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar