Pada saat ini peminat ikan hias terus bertambah dan semakin
menyebar ke seluruh lapisan masyarakat. Meskipun kemampuan daya belinya
bervariasi, masyarakat perkotaan di Indonesia melengkapi rumahnya dengan
akuarium-akuarium yang diisi beragam ikan hias salah satunya ikan diskus. Ikan diskus (Symphysodon discus) ini memiliki habitat asli di Rio Negro dan perairan tenang Sungai Amazon. Sifatnya omnivora.
Gerakannya sangat halus. Ikan ini pun terkenal sebagai "King of
Aquarium". Disebut diskus karena bentuk tubuhnya bulat seperti cakram.
Ada empat spesies diskus yang dibudidayakan, walaupun semuanya disebut sebagai
diskus, yaitu Heckel Discus (Symphysodon discus), Brown Discus (Symphysodon
aequifasciata axetrodi), Green Discus (Symphysodon
aequifasciata aequifasciata), dan Blue Discus (Symphysodon aequifasciata
haroldi). Oleh karena penggemarnya sangat banyak, kreativitas peternak dan
hobiis sangat diperlukan untuk memunculkan varietas baru yang lebih
bagus. Hingga saat ini ada banyak varietas diskus, di
antaranya Red Pigeon, Marlboro, Brown Discus, dan Cobalt.
Klasifikasi
dan Morfologi
Diskus yang di juluki ratu ikan hias air tawar ini telah memulai perjalannya
dari habitat aslinya ke aquarim di rumah kita. Aslinya ikan ini berasal dari
pedalaman rimba Amazon, Brazil yang terkenal kaya akan beragam species tumbuhan
dan binatang. Diskus adalah salah satu ikan hias air tawar yang banyak
peminatnya. mengenai sistematikanya ada sedikit perdebatan, banyak orang
mengklaim berdasarkan tempat asal, warna dan bentuk luarnya.
Menurut
sistematikanya, ikan diskus digolongkan sebagai berikut:
Ordo :
Percomorphodei
Sub
Ordo :
Percoidea
Family :
Cichlidae
Genus :
Symphysodon
Species : Symphysodon
discus
Nama
lokal : Diskus
Ikan
yang berbentuk seperti kue dadar ini di lengkapi dengan keindahan warna dan
bentuk tubuhnya. Jika pada umumnya ikan hias mempunyai bentuk tubuh memanjang,
diskus tidaklah demikian. Bentuk diskus unik seperti cakram atau kue dadar.
Warnanya sangat unik dan manarik sesuai dengan strain dan keturunannya.
Ø Ciri
dan Sifat
Ikan diskus pada umumnya memiliki ciri khas seperti pada bentuk tubuh yang
pipih bundar mirip ikan bawal. Warna dasar yang coklat kemerahan dan memiliki
garis berombak beraneka rupa tak teratur mulai dari dahi sampai perut. Pada
kepala dan tubuhnya terpotong sembilan garis tegak. Tiga di antaranya nampak
jelas, sedang sisanya samar-samar. Ciri mencolok yang membedakan dari kerabat
dekatnya adalah dari matanya yang selalu berwarna merah dan garis tengah
tubuhnya paling besar 15 cm.
Diskus termasuk ikan yang bertubuh cantik. Di antara ikan hias yang lain, ikan
ini termasuk ikan yang pemalu dan tenang dan memiliki gerakan yang lambat.
Ikan diskus jantan jauh lebih gesit di banding ikan diskus betina. Sifat ikan
ini sangat unik, yaitu telur dan larvanya tidak dapat dipisahkan dari induknya.
Oleh karena itu, telurnya tidak dipisahkan dari induknya dan dibiarkan menetas
dalam wadah pemijahan. Telur-telur tersebut akan menetas alam waktu 2-3 hari.
Larva ini akan terus menempel pada induknya hingga berumur seminggu.
Walaupun ikan ini terkenal dengan sifatnya merawat telur dan anaknya, namun ada
juga induk yang memakan telurnya sendiri. Sementara larva yang sudah bisa
berenang tidak akan dimakan induknya. Oleh karena itu, biasanya peternak
memberi sekat untuk membatasi induk dengan telurnya. Sekat tersebut terbuat
dari kawat halus yang dilingkarkan ke sarang. Adanya sekat ini menyebabkan
induk tidak dapat mencapai telurnya.
Kegiatan budidaya
Pembenihan
Ø Pemilihan Induk
Pemilihan induk harus tepat agar anak yang dihasilkan berkualitas dan bernilai
jual tinggi. Induk yang baik harus tanpa cacat, sehat, tampak aktif, bentuknya
proporsional, ukurannya terbesar di antara kelompok umurnya, gemuk, mulutnya
relatif besar, dan berumur lebih dari setahun. Induk diskus sangat susah
dipaksakan berpasangan sehingga biasanya dibiarkan memilih pasangannya sendiri
dalam kelompok calon induk. Bila sudah tampak berpasangan dengan terus berenang
bersama maka pasangan induk tersebut dapat dipisahkan dari kelompoknya.
Ø Membedakan Induk Jantan dan Betina
Membedakan diskus jantan dan betina akan lebih mudah dilakukan jika kita
dihadapkan dengan sekumpulan calon induk yang dibesarkan bersama dan berasal
dari wadah yang sama. Dalam sekumpulan itu, diskus jantan umumnya memiliki
postur tubuh yang lebih besar dengan bentuk forehead lebih kekar atau kasar.
Sementara itu, diskus betina umumnya berukuran lebih kecil dengan bentuk
forehead lebih halus.
Membedakan kelamin diskus dilihat dari betuk mulut dan hidung. Pada diskus
dewasa, betina memiliki bibir yang simetris, sama besar antara bibir atas
dengan bibir bawahnya. Sedangkan diskus jantan, bibir atasnya lebih menonjol.
Jika melihat hidungnya, maka jantan mempunyai bentuk agak bengkok, berlainan dengan
betina yang hidungnya berbentuk lurus. Dilihat dari sekitar sirip dubur, pada
diskus jantan rata-rata lurus sedangkan pada diskus betina bentuknya membulat.
Melihat gerakannya, diskus jantan mempunyai pergerakan yang lebih agresif dari
diskus betina.
Cara lain untuk membedakan diskus jantan dan betina adalah dengan melihat alat
kelamin genitalnya. Diskus betina memiliki organ genital yang berbentuk lonjong
dengan ujung menumpul atau berbentuk elips. Diskus jantan berbentuk bulat
dengan panjang sekitar 1,5 mm.
Ø Ciri-Ciri Ikan Diskus Siap Pijah
Ikan diskus yang siap mijah umumnya ditandai dengan memisahkan diri dari
rekan-rekannya dalam satu wadah pemeliharaan.Ikan diskus tergolong
ikan yang setia pada pasangannya, karena itu ikan diskus tidak bisa dipijahkan
selain dari pasangannya tersebut.
Pasangan ini lalu kita pisahkan ditempat tersendiri dan terus
diamati. Pasangan yang lengket terus sudah cukup sebagai jaminan
bahwa mereka jantan dan betina. Calon induk jantan harus berumur 15 bulan,
sedangkan induk betina berumur 12 bulan sehingga layak untuk dipijahkan.
Ø Tempat Pemijahan
Pemijahan diskus sudah bukan masalah lagi bagi peternak maupun
hobiis. Namun, karena harganya mahal dan banyak penggemarnya maka
pemijahannya sebaiknya dilakukan dengan seksama. Biasanya diskus dipelihara
dalam akuarium, begitu pula dalam proses pemijahannya. Wadah yang di gunakan
untuk memijahkan ikan diskus berupa akuarium dengan ukuran 60 x 50 x 50 cm
untuk satu pasang induk.Air untuk pemeliharaan dan pemijahan harus
jernih dengan suhu berkisar antara 28-300C dengan pH 5-6.
Selain faktor air, kadar oksigen juga harus diperhatikan, kadar oksigen yang
berlimpah sangat dibutuhkan. Untuk mendapatkannya digunakan aerator yang
bertugas mensuplai oksigen kedalam air pemeliharaan. Karena sifat telur diskus
menempel, maka tempat telur yang mesti disiapkan adalah pecahan genteng, pot
dan pralon diameter 4 inci yang dipasang tegak di tengah akuarium setinggi air
dalam akuarium. Untuk tempat telur ini harus di permukaan benda yang licin,
yang dibersihkan terlebih dulu.
Ø Pemijahan ikan discus
Proses pemijahan ikan discus dimulai dari pemilihan bibit indukan
yang baik dengan syarat-syarat ; tidak cacat, aktif, sehat, berumur lebih dari
1 tahun dan ukuran badannya proporsional. Biasanya ikan discus akan memilih
sendiri pasangannya, dan setelah menemukan pasangannya baru pasangan ikan
discus jantan dan betina itu dipisahkan dari kelompok dengan
ditempatkan di aquarium pemijahan. Proses pemijahan biasanya terjadi selama 2
minggu dan dalam satu bulan ikan discus betina mulai bertelur.
Ø Penetasan Telur
Sarang telur biasanya dibuat dari potongan
paralon yang diletakkan di pojok atau tengah akuarium pada posisi berdiri.
Seperti halnya ikan lain, induk diskus pun akan membersihkan sarangnya sebelum
meletakkan telur-telurnya.
Sifat ikan ini sangat unik, yaitu telur dan larvanya tidak dapat dipisahkan dari induknya. Oleh karena itu, telurnya tidak dipisahkan dari induknya dan dibiarkan menetas dalam wadah pemijahan. Telur-telur tersebut akan menetas dalam waktu 2-3 hari. Larva ini akan terus menempel pada induknya hingga berumur seminggu.
Biasanya larva akan mulai berenang setelah berumur seminggu. Walaupun sudah bisa berenang, namun larva tersebut akan sering menempel pada induknya hingga berumur 21 hari. Beberapa pakar menyebutkan bahwa larva diskus tersebut memakan lendir yang keluar dari tubuh induknya atau sering disebut "menyusu" pada induk. Ada juga pakar yang percaya bahwa larva ini diberi pakan melalui mulut induknya.
Walaupun ikan ini terkenal dengan sifatnya merawat telur dan anaknya, namun ada juga induk yang memakan telurnya sendiri. Sementara larva yang sudah bisa berenang tidak akan dimakan induknya. Oleh karena itu, biasanya peternak memberi sekat untuk membatasi induk dengan telurnya. Sekat tersebut terbuat dari kawat halus yang dilingkarkan ke sarang. Adanya sekat ini menyebabkan induk tidak dapat mencapai telurnya.
Sifat ikan ini sangat unik, yaitu telur dan larvanya tidak dapat dipisahkan dari induknya. Oleh karena itu, telurnya tidak dipisahkan dari induknya dan dibiarkan menetas dalam wadah pemijahan. Telur-telur tersebut akan menetas dalam waktu 2-3 hari. Larva ini akan terus menempel pada induknya hingga berumur seminggu.
Biasanya larva akan mulai berenang setelah berumur seminggu. Walaupun sudah bisa berenang, namun larva tersebut akan sering menempel pada induknya hingga berumur 21 hari. Beberapa pakar menyebutkan bahwa larva diskus tersebut memakan lendir yang keluar dari tubuh induknya atau sering disebut "menyusu" pada induk. Ada juga pakar yang percaya bahwa larva ini diberi pakan melalui mulut induknya.
Walaupun ikan ini terkenal dengan sifatnya merawat telur dan anaknya, namun ada juga induk yang memakan telurnya sendiri. Sementara larva yang sudah bisa berenang tidak akan dimakan induknya. Oleh karena itu, biasanya peternak memberi sekat untuk membatasi induk dengan telurnya. Sekat tersebut terbuat dari kawat halus yang dilingkarkan ke sarang. Adanya sekat ini menyebabkan induk tidak dapat mencapai telurnya.
Pembesaran
Ø Pemeliharaan Larva Dan Anakan Ikan Discus
Ada hal yang unik dari ikan discus, telur-telur yang dihasilkan setelah
menetas menjadi larva akan menempel pada tubuh induknya untuk memakan lendir
dari tubuh induknya. Telur-telur ikan discus umumnya menetas setelah berumur 2
– 3 hari. Anakan ikan discus dibiarkan menempel pada tubuh induknya
sampai berumur +- 1 bulan. Setelah usia satu bulan anakan ikan discus
dipisahkan untuk ditempatkan dalam aquarium pembesaran. Satu indukan ikan
discus biasanya bisa menghasilkan telur sekitar 100 buah dalam sekali proses
pemijahan.
Ø Pakan Ikan Diskus
Di alam liar, ikan diskus merupakan omnivora oportunistik yang memakan
inverterbtara serta tumbuhan. Saat mereka makan, mereka akan mengulum makanan
mereka, meludahkannya, kemudian menangkapnya kembali lantas menelannya. Secara
umum diskus tak punya persyaratan makan khusus. Mereka bisa tumbuh hanya dengan
makanan ikan biasa yang kaya protein. Walau demikian, diskus kadang bersikap
hati-hati terhadap makanan baru, mereka sudah biasa memilih untuk tak makan
berhari-hari daripada mengkonsumsi makanan baru. Setelah berpuasa sekitar
sebulan, umumnya diskus akan menerima makanan baru begitu saja, namun jangka
waktu tersebut tentu akan menghambat pertumbuhannya.
Metode “membuat kelaparan” ini tak disarankan untuk memaksa diskus makan
sesuatu.Sebaiknya, campurkan makan baru tersebut dengan makanan yang sebelumnya
telah disukai diskus. Seiring dengan waktu, diskus akan mulai menerima makanan
baru tersebut dan makanan lamanya bisa dihilangkan.
Hati sapi atau babi seringkali
diberikan pada diskus guna memperindah warna tubuhnya serta mempercepat
pertumbuhannya. Walau demikian, beberapa orang yang memikirkan dampak jangka
panjang dari pemberian protein mamalia pada ikan mulai menggeser kebiasaan itu.
Mereka mengganti hati sapi atau babi itu dengan diet berupa krill,
yakni suatu krustasea mirip-udang. Sebenarnya diskus menyukai mangsa yang hidup
dan berukuran kecil, jadi makanan tersebut tepat jika diberikan dalam jangka
panjang. Selain krill, makanan lain yang dsukai diskus adalah
cacing hitam, cacing darah, udang air asin, dan larva nyamuk. Hal yang perlu
diperhatikan saat memberi mangsa hidup adalah kemungkinan adanya parasit serta
bakteri pada mangsa tersebut. Untuk alasan ini sangat disarankan untuk tidak
memberi cacing tubifex hidup sama sekali, karena praktis menghilangkan semua
bakteri dari tubuh mereka adahal hal yang tak mungkin. Disarankan untuk membeli
makanan hidup di pengecer akuarium, dan jika hendak memberikan tubifex pun,
pilihlah balok-balok tubifex freeze dried karena semua parasit
dan bakteri telah mati dalam proses ini.
Jika makanan hidup tak
tersedia, makanan buatan juga boleh. Sebaiknya pilih makanan berbentuk granula
berkualitas tinggi. Makanan berbentuk serpihan (flakes) juga bagus namun
yang berbentuk granula mampu menahan vitamin, mineral, dan berbagai unsur
kelumit lainnya dengan lebih baik dari pada serpihan. Telur ikan diskus harus
diberi makan cacing darah beku, hati sapi, Tetra Color Bits, udang
air asin (hidup/beku), atau cacing putih hidup. Jika memberi makan hati sapi,
perhatikan agar tak ada sedikitpun yang tersisa karena itu akan mengotorkan air
dengan segera. Tubifex atau cacing hitam hidup tak boleh diberikan pada diskus
kapanpun, karena mereka akan menghadirkan parasit ke dalam tengki.
Walaupun pakan dari larva
berasal dari induknya, namun akan lebih baik lagi akan lebih baik lagi
ditambahkan Nauplius artemia atau kutu air saring. Bila larva sudah pisah dari
induknya, pakannya dapat diganti dengan kutu air besar. Namun, kualitas pakan
tersebut harus di perhatikan, terutama pakan dari alam agar ikan terhindar dari
penyakit. Diskus berumur sebulan atau lebih sudah bisa di beri pakan cacing
sutera, cacing darah, atau jentik nyamuk. Bahkan peletpun dapat di berikan pada
usia dewasa.
Ø Cara Pembesaran:
1.
Pindahkan anakan diskus berusia satu bulan dari induknya ke akuarium berukuran
120 X 50 X 50 Cm. Setelah besar pindahkan diskus ke akuarium yang lebih luas
lagi.
2.
Agar terlihat bagus, diskus sebaiknya ditempatkan di akuarium standar (induk 50
X 50 X 40 Cm dan anakan diskus 50 X100 X 35 Cm)
3.
Agar ikan diskus tetap hidup dengan baik, sediakan pakan alami seperti dapmia,
cacing sutera, cacing super, jentik nyamuk, udang, dan sejenisnya.
Diskus juga suka mengkonsumsi pakan buatan campuran dari jantung,
hati, daging, udang, ikan, dan sayuran.
Sumber :
http://aswarpunyainfo.blogspot.co.id/2012/11/Makalah-Budidaya-Ikan-Discus-Symphysodon-discus.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar