Senin, 29 Oktober 2018

MENGENAL IKAN BUNTAL

                                      

                                             Hasil gambar untuk ikan buntal
A.    JENIS IKAN BUNTAL
Ikan buntal adalah keluarga besar ikan air tawar yang terdiri dari 100 spesies berbeda. Berbagai jenis ikan buntal disebut dengan nama umum seperti balon, blowfish, bubblefish, toadfish dan sea squabs.
Ikan buntal sangat erat kaitannya dengan ikan landak tetapi tidak memiliki duri eksternal yang menonjol dari ikan landak. Sebaliknya, mereka memiliki duri tipis yang tersembunyi dan hanya terlihat saat mereka mengembang.
Ikan buntal adalah kolam yang sangat lambat, tangkas ikan yang memanfaatkan semua siripnya saat berenang. Untuk mengimbangi kecepatan yang lambat ini, ia juga telah mengembangkan mekanisme pertahanan yang unik.
Saat merasa terancam, ikan buntal akan mengisi perutnya yang elastis dengan air sampai mengembang ke bentuk yang besar dan hampir seperti bola dunia. Ikan buntal juga dianggap sebagai vertebra paling beracun kedua di dunia dan beberapa bagian tubuh ikan sangat beracun bagi kebanyakan hewan lainnya.
Ikan buntal berasal dari daerah tropis sebagian besar samudra di seluruh dunia. Ikan buntal memiliki nuansa warna sawo matang, coklat, abu-abu, hitam dan putih. Selain itu tubuh mereka sering menampilkan pola warna dan tanda yang kompleks.
Ikan buntal adalah spesies predator dan tidak boleh ditempatkan pada spesies ikan kecil yang bergerak lambat. Mereka juga bisa memangsa spesies invertebrata yang lebih kecil di akuarium. Ikan buntal adalah karnivora dan harus diberi makan makanan bergizi yang terdiri dari makanan seperti cumi-cumi, krill, kerang dan udang. Ikan buntal dapat hidup selama 4-8 tahun.
1. Ikan buntal Green Spotted
  
Green Spotted Puffer adalah ikan yang sangat unik dan menarik. Sayangnya, Green Spotted Puffer (GSP) sering disalahpahami. Biasanya dijual sebagai ikan air tawar, GSP hanya akan bekerja dengan baik tanpa garam laut dalam airnya untuk waktu yang sangat singkat.
Penyiapan payau yang baik diperlukan untuk kesehatan dan umur panjang dari Green Spotted Puffer. Mereka harus disimpan dalam akuarium besar, dengan tidak kurang dari 30 galon per puffer, karena ini akan tumbuh mencapai enam inci.
2. Puffer Mbu
   
Puffer Mbu, buntal raksasa atau buntal air tawar raksasa (Tetraodon mbu) adalah karnivora buntel air tawar yang berasal dari bagian tengah dan bawah Sungai Kongo di Afrika, serta pantai timur Danau Tanganyika dekat mulut Sungai Malagarasi.
Spesies ini biasa disebut sebagai ikan buntal air tawar raksasa karena ukurannya yang masif, tumbuh hingga panjang 67 cm (26 inci). Dengan demikian, ikan ini sulit untuk ditampung di akuarium rumah karena mereka memerlukan tangki yang sangat besar dan penyaringan air berskala yang tepat.
Seperti semua kerabatnya, puffer Mbu mampu menggembungkan diri dengan air atau udara saat stres atau ketakutan lainnya. Ini memakan ikan kecil, moluska dan krustasea. Spesies yang disimpan di penangkaran, membutuhkan beragam makanan yang terdiri dari makanan renyah untuk membantu memastikan kesehatan yang baik dan untuk mencegah pertumbuhan berlebih gigi.
3. Target Puffer
   
Target Puffer (Tetraodon leiurus) alias Twin Spot Puffer atau Eyespot puffer, ditemukan di perairan yang mengalir dan berdiri di wilayah sungai Mekong yang lebih rendah di Asia Tenggara, dari Thailand sampai Indonesia, di lingkungan air tawar dan payau. Mereka ditemukan di cekungan Chad, Niger, Volta, Gambia, Nil, Geba dan Sungai Sénégal.
4. Ikan buntal fahaka
   
Ikan buntal fahaka juga dikenal sebagai puing Nil, ikan duniawi, garis tenggorokan (Tetraodon lineatus), adalah ikan buntahan air tawar tropis yang ditemukan di lembah Nil, Chad, Senegal, Gambia, Geba, Volta dan Turkana bagian atas Di Barat, Timur Laut dan Afrika Timur.
Ikan buntal Fahaka bisa mencapai panjang hingga 43 cm (1,4 kaki). Seperti semua puffers mereka memiliki kemampuan untuk mengembang saat terancam dan membawa racun tetrodotoxin. Ikan buntal Fahaka, seperti molluscivora lainnya, memberi makan terutama pada organisme bentik yang mungkin termasuk kerang air tawar dan siput. Mereka biasanya ditemukan di sungai besar, air terbuka dan pinggiran vegetasi.
5. Takifugu

Takifugu adalah genus ikan buntal, sering kali lebih dikenal dengan nama Jepang fugu. Ada 25 spesies yang termasuk dalam genus Takifugu dan sebagian besar berasal dari perairan garam dan payau di Pasifik barat laut, namun beberapa spesies ditemukan di perairan air tawar Asia atau lebih luas di wilayah Indo-Pasifik.
Makanan mereka kebanyakan terdiri dari alga, moluska, invertebrata dan kadang krustasea. Ikan itu mempertahankan diri dengan menggembungkan tubuh mereka beberapa kali dari ukuran normal dan dengan meracuni predator mereka. Pertahanan ini memungkinkan ikan untuk secara aktif menjelajahi lingkungannya tanpa banyak takut diserang.
6. Red Eye Puffer
Red Eye Puffer adalah salah satu jenis puffer yang lebih jarang. The Red Eye Puffer benar-benar ditemukan di air tawar, tanpa membutuhkan garam sama sekali. Mereka adalah puffers kecil dengan kepribadian yang besar dan sikap yang lebih besar lagi.
Mereka sangat agresif dan satu-satunya pasangan tangki yang cocok lebih dari jenisnya sendiri atau invertebrata, dan beberapa puffers sangat agresif sehingga harus dijaga sendiri.
B. Apa bahaya yang ditimbulkan akibat mengonsumsi ikan buntal?
Ikan Buntal atau dikenal juga sebagai Ikan Buntek/Fugu merupakan ikan beracun yang  mengandung racun tetrodotoksin (TTX). TTX  merupakan suatu zat  yang stabil terhadap panas,  tidak  stabil  pada  pH  di  atas  8  atau  di  bawah  3,  bukan  protein, larut dalam air.  Hampir seluruh bagian tubuh Ikan Buntal mengandung TTX sehingga disarankan untuk tidak mengonsumsi Ikan Buntal. TTX ditemukan di dalam jaringan kulit, hati, ovarium, usus dan otot dari ikan  dan paling  tinggi  ditemukan   dalam  ovarium  pada  saat  musim  bertelur.
Gejala  keracunan  TTX  biasanya  muncul  setelah  10-45  menit setelah mengonsumsi Ikan Buntal. Gejala  yang  pertama  kali  muncul  adalah  paraestesia  oral  (mati  rasa  di  daerah  bibir,  lidah  dan mulut).  Gejala  tersebut juga disertai  dengan  mual,  muntah,  diaforesis  (berkeringat hebat), hipersalivasi (peningkatan produksi air ludah), sakit perut, pusing, kesulitan menelan dan kesulitan  berbicara  dapat  muncul.  Rasa  tidak  enak  badan,  kelemahan  otot, kelumpuhan bertahap dimulai dari tungkai bawah lalu naik ke bagian tubuh lain. Kematian  biasanya dapat terjadi pada  24  jam  pertama setelah memakan ikan buntal yang mengandung racun TTX.
Pertolongan pertama pada keracunan Ikan Buntal:
  1. Rangsang muntah apabila korban masih sadar, dan tidak mengalami kesulitan dalam menelan makanan/minuman maupun berbicara.
  2. Tidak boleh memasukkan makanan atau minuman bila korban sedang tidak sadar atau mengalami kesulitan dalam menelan
  3. Segera bawa korban ke pelayanan kesehatan terdekat untuk segera mendapatkan pertolongan.
B.    CARA MENGKONSUMSI IKAN BUNTAL
Dalam bahasa Jepang, ikan buntal disebut ikan fugu yang berarti babi sungai. Ikan fugu merupakan jenis hewan vertebarata dengan racun paling mematikan sedunia setelah kodok emas beracun. Ikan ini memiliki zat racun yang bernama tetrodotoksin, 20 kali lebih kuat dari racun yang sempat fenomenal di Indonesia lho, sianida. Hanya diperlukan 2 mg dosis tetrodotoksin untuk mampu membunuh manusia.
Lalu mengapa sebagian orang masih tetap meminatinya? Bagian beracun ikan fugu terdapat pada hati, organ dalam serta ovariumnya. Sementara daging ikan fugu biasa dimakan saat musim dingin, memiliki tekstur daging yang kenyal seperti agar-agar, tidak amis, dan terasa lebih gurih dibanding ikan lainnya, jelas membuat para penggemar sashimi tertarik untuk merasakannya. Dengan tingkat risiko kematian yang sangat tinggi, tentu dibutuhkan koki yang sangat ahli dalam mengelola ikan fugu. Untuk menyajikannya, Jepang hanya memperbolehkan koki-koki yang berlisensi dan memiliki sertifikat dari departemen kesehatan Jepang. Namun tidak semua ikan fugu dapat dimakan lho. Para koki berlisensi hanya akan menggunakan ikan fugu berjenis torafugu dan tiger puffer untuk diolah menjadi makanan. Bagaimana para koki Jepang mengolahnya? Berikut uraiannya.
1. Buang kulit ikan fugu mulai dari mulut hingga ke seluruh tubuh.
2.Cuci hingga bersih dari lendir, lumuri dengan garam
3. Hilangkan duri dengan menahan kulit ikan fugu dan potog duri dengan pisau tajam, lalu buang mata ikan.
4. Memasuki bagian paling krusial dan membutuhkan teknik tinggi yaitu, memisahkan hati dan ovarium dari daging ikan. Untuk melakukannya kamu tentu harus mengetahui letak organ-organ tersebut lebih dulu. Pengerjaan tahap ini harus dilakukan dengan ekstra hati-hati, karena kesalahan kecil sedikitpun akan berakibat pada pecahnya organ-organ beracun yang kemudian praktis menyebar ke seluruh bagian ikan.
5. Setelah melewati tahap sulit tadi, kini daging ikan siap diiris. Dibutuhkan keahlian untuk mengiris daging ikan dengan sangat tipis hingga yang tersisa hanya tulangnya.
6.Yang terakhir, sang koki biasa membelah kepala ikan fugu mejadi dua atau tiga bagian. Sebagai catatan, bagian ini hanya bisa dimakan apabila sudah direbus lebih dulu.
4.    Membutuhkan teknik yang tinggi bukan? Mengingat risiko kematian yang tinggi karena salah mengolah ikan fugu, cara tersebut tidak disarankan untuk dicoba di rumah ya, Berrykitcheners. Kamu harus memiliki lisensi untuk mengolah ikan fugu lebih dulu. Dan jika kamu penasaran dengan rasanya, di Jepang ikan ini dibandrol dengan harga sekitar Rp 1.500.00 lho. Berani coba? Pastikan restorannya memiliki koki yang berlisensi ya, Berrykitcheners.
Sumber :
3.    ttps://www.berrykitchen.com

Kamis, 25 Oktober 2018

PEMELIHARAAN BENIH BELUT



                                      Gambar terkait
Setelah berbagai bahan dan media untuk budidaya belut disediakan dengan baik, hal selanjutnya yang hams Anda iakukan adalah memilih bibit belut yang berkuaiitas baik. Pemilihan bibit belut ini menentukan keberhasilan Anda dalam budidaya belut. Bibit yang ak4n ditangkap dengan cara alami (menggunakan bubu) biasanya termasuk bibit baik karena tidak mengalami perlakuan buruk yang mampu menurunkan kualitasnya. Sebaiknya, hindari penggunaan bibit dengan cara disetrum karena akan roenghasilkan keturunan yang tidak berkuaiitas dan pertumbuhannya terhambat (kuntet). Namun, akan lebih baik lagi apabila Anda menggunakan biblt dari basil budidaya karena tidak mudah terkena hama dan penyakit yang akan menghambat pertumbuhannya.
Pemilihan bibit untuk belut dapat dilakukan dengan] dua cara, yaitu sebagai berikut.
  1. Bibit yang dihasilkan dari perkawinan antara belut sawah dan belut rawa.
  2. Bibit yang diperoleh dari basil tangkapan menggunakan bubu (tidak disetrum).
Namun,jenis bibit yang digunakan oleh salah satu peternak belut di Cibaduyut, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, adalah bibit yang berasal dari hasil pemijahan sendiri dengan cara melakukan perkawainan silang antara belut sawah dan belut rawa.
Jenis bibit belut yang bagus untuk diternakkan adalah bibit yang memiliki warna rata di bagian punggung, yaitu warna kuning kecokelatan. Pada bagian ekornya terdapat coretan atau garis seperti batik berwarna kuning atau oranye. Apabila Anda memelihara bibit seperti ini, maka hasil yang akan diperoieh adalah bibit dengan ukuran besar mencapai pergelangan tangan.
Agar memperoleh belut dengan kualitas baik dan tidak menghasilkan keturunan yang abnormal, diperlukan syarat pemilihan yang tepat. Secara garis besar, syarat pemilihan benih belut antara lain sebagai berikut:
  1. Memiliki ukuran tubuh kecil
  2. Memiliki warna kuning kecokelatan.H
  3. Usia bibit belut berkisar 2-4 bulan.
  4. Belut memiliki kelamin ganda (hermaprodit).
  5. Pada bagian tubuh terlihat tidak cacat (mulus), artinya tubuh harus utuh dan tidak ada bekas gigitan.
  6. Gerakan belut terlihat lincah dan agresif.
  7. Belut terlihat sehat. Hal ini terlihat dari tubuhnya keras dan tidak lemas saat dipegang.
Induk belut yang baik dapat dikenal dari penampilannya. Untuk itu, Anda harus mengetahui ciri-ciri yang tampak dari induk betina dan induk jantan belut.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bibit belut,antara lain sebagai berikut:
1.Umur Bibit
Belut yang berkualitas baik untuk dijadikan bibit adalah bibit belut yang berumur 2-4 bulan. Sebab, pada usia 2-4 bulan, bibit belut sudah cukup dewasa untuk melakukan pembesaran. Anda juga harus memerhatikan, dalam budidaya belut tidak disarankan menebar belut dengan selisih usia yang berbeda jauh. Hal ini akan mengakibatkan kanibalisme belut yang umurnya lebih tua kepada belut yang umurnya lebih muda.
2. Ukuran Bibit
Disarankan dalam budidaya belut sebaiknya menggunakan bibit belut dengan ukuran antara 5-8 cm. Hal ini karena jenis bibit dengan ukuran 5-8 cm akan lebih tahan terhadap serangan berbagai jenis penyakit. Selain itu, bibit belut dengan ukuran ini tidak mudah stres dan perilakunya sudah mendekati ukuran belut dewasa. Dengan begitu, penanganannya pun akan lebih mudah. Mungkin sebagian dari Anda ada yang mengeluhkan betapa sulitnya melakukan pengukuran belut dan akan banyak menyita waktu. Namun, sadarilah dengan melakukan pengukuran ini, Anda akan memperoleh manfaat besar. Cara paling mudah dan tidak menyita waktu saat mengukur belut adalah dengan menggunakan jari tangan sendiri.
3.Penampilan Bibit Yang Baik
Perilaku ataci tingkah laku sesjaorang dapat dari penampila Hal itu bukan hanya berlaku untuj manusia, ternyata pemilihan bibit belut juga harus memerhatikan penampilan bibit belut itu sendiri.Anda dapat mengamati penampilan bibit belut dari jenis belut yang akan digunakan untuk bibit. Misalnya untuk jenis belui sawah, penamppilannya memiliki warn cokelat Itetapi lebih gelap. Atau saat, Anda menggunakan bibitHasi persilangan belut sawah (betina) dan belut rawa(jantan) akan memiliki penampilan seperti belut sawah
4. Ukuran Bibit untuk Kolam yang Sama Harus Seragam
Selain bibit yang berukuran 5-8 cm, ternyata jenis belut yang akan digunakan untuk bibit juga harus memiliki ukuran yang sama dalam setiap kolamnya. Mengapa demikian? Hal ini berhubungan dengan kompetisi mencari atau memperoleh makanan. Bibit belut yang berukuran besar akan banyak memperoleh makanan dibandingkan dengan belut yang berukuran kecil. Selain itu, apabila dalam satu kolam terdapat bibit dengan ukuran yang berbeda-beda, kecenderungan untuk melakukan kanibalisme semakin besar.
5. Bibit Tidak Stres
Pemilihan bibit belut yang tidak mengalami stres sangat perlu dilakukan oleh Anda. Bibit belut yang dibeli atau dipindahkan dari jarak jauh akan mengalami stres karena mengalami perjalanan yang cukup jauh. Hal yang dapat Anda lakukan adalah dengan penyeleksian bibit belut dalam sebuah ember bersamaan dengan air bawaannya dan
ditambahkan air secukupnya. Berdasarkan hal tersebut, Anda dapat mengetahui bahwa bibit belut yang berenang aktif menandakan bibit tidak stres, sedangkan bibit yang mengambang dengan kepala di atas menandakan bibit mengalami stres. Sebaiknya, bibit yang mengalami stres tidak langsung ditebar, tetapi dimasukkan dalam kolam karantina. Setelah tidak stres, boleh langsung ditebar.
6.Bibit Tidak Cacat atau Terkena Penyakit
Pemilihan bibit yang tidak cacat atau terkena penyakit juga sangat penting dilakukan. Luka kecil yang ada pada tubuh belut akan menimbulkan infeksi yang dapat mematikan belut. Selain itu, bibit yang terserang penyakit akan menyebarkan penyakit pada belut-belut lain yang , satu kolam dengan belut tersebut.
Dalam tahap pembesaran bibit belut dapat dilakukan dengan dua cara yaitu sebagai berikut:
1.Tahap Pembesaran
Pada tahap pembesaran tahap 1 ini Anda harus melakukan proses pembesaran dari ukuran awal bibit belut 5-8 cm hingga menjadi belut dengan ukuran 14-16 cm. Pembesaran pada tahap ini berlangsung selama 2 bulan. Setelah itu, Anda harus mengurangi kepadatan belut dalam kolam. Ada beberapa langkah yang harus Anda lakukan pada pembesaran belut tahap 1 ini, antara lain sebagai berikut.
a. Penyeleksian bibit
Tahap penyeleksian bibit sangat penting dilakukan agar bibit yang akan ditebar dapat berkembang dengan baik. Tahap penyeleksian ini harus ditentukan berdasarkan ukurannya harus seragam. Misalnya, bibit dengan ukuran 0,5-0,6 cm, bibit dengan ukuran 6,1-7,0 cm, dan bibit dengan ukuran 7,1-8,0 cm. Setiap bibit tersebut harus dimasukkan dalam kolam yang berbeda-beda. Hal ini dilakukan agartidakterjadi perebutan makanan.
b. Menentukan kepadatan bibit    
Jumlah bibit belut yang dimasukkan dalam pembesaran ftahap 1ini kepadatan populasi cukup tinggi. Biasanya, jumlah bibit yang ditebar pada tahap 1 ini sebanyak 100-110 cm bibit per meter persegi atau kg bibit per meter persegi
c. Penebaran bibit dengan baik
Proses penebaran bibit harus dilakukan dengan baik agar bibit belut yang ditebar tidak mengalami stres yang dapat mengakibatkan kematian. Ada beberapa langkah yang dapat Anda lakukan saat menebarkan bibit, antara lain sebagai berikut.
1)    Pastikan media yang ada dalam kolam sudah terfermentasi dengan sempurna.
2)    Isi kolam dengan air yang cukup banyak, yaitu 15 cm di atas media. Lalu, diamkan selama dua hari.
3)    Masukkan bibit dalam kolam bersamaan dengan air bawaannya.
4)    Masukkan bibit menggunakan ember dengan posisi miring, sehingga air kolam dapat bercampur dengan sempurna dengan air yang terdapat dalam ember. Biarkan beberapa saat.
5)    Dengan sendirinya, bibit belut yang ada dalam ember akan beradaptasi dengan air yang ada dalam kolam. Sehingga, bibit akan meninggalkan ember dan masuk dalam kolam.
2. Tahap Pembesaran 2
Ada beberapa langkah yang harus Anda lakukan paaa pembesaran belut tahap 2 ini, antara lain sebagai benkut:
a. Penyeleksian bibit
Sama seperti penyeleksian bibit beluttahap 1, bibit harus diseleksi berdasarkan ukuran agar seragam. Perbedaan Dengan melakukan seleksi dan pengelompokkan ini akan mengurang, kanibalisme, sehingga peluang keberhasilan usaha budidaya belut semakin besar.
b. Menentukan kepadatan bibit
Dalam pembesaran belut tahap 2 juga harus memerhatikan kepadatan bibit belut. Populasi belut dalam pembesaran tahap 2 ini lebih berkurang jumlahnya. Pada pembesaran tahap 2 ini, jumlah bibit yang digunakan sebanyak 25-30 ekor per m2 luas kolam. Untuk itu, diperlukan bibit dengan bobot 1,5 kg per m2 (l,5kg=25-30 ekor).

TIPS MELAKUKAN BUDIDAYA BELUT
Sebuah tips sangat berarti bagi Anda yang ingin memulai usaha budidaya belut. Dengan mengikuti setiap tips yang diberikan dengan baik, Anda akari berhasil dalam memulai usaha budidaya belut. Ada beberapa tips yang dapat Anda lakukan saat budidaya belut, antara lain sebagai berikut.
  1. Perhatikan suhu udara yang baik untuk budidaya belut, yaitu antara 25°-28°C.
  2. Sediakan lahan yang cukup untuk pembenihan dan pemeliharaan belut.
  3. Perhatikan kualitas air. Jangan menggunakan air  yang tercemar llmbah, racun, dan zat berbahaya lainnya.Selain itu, air juga harus memilik, kadar oksigen yang cukup       
  4. Sediakan bibit yang berkualitas. Pilihlah bibit yang agresif, lincah, sehat, mulus (tidak ada bekass: gigitan), tidak lemas, dan tubuhnya padat.
  5. Gunakan pakan yang bermutu dan bergizi seperti cacing tanah, bekicot, serangga, ikan kecil, dan sebagainya
Sumber :
http://www.seputarikan.com

SISTEM BUDIDAYA KARAMBA JARING APUNG (KJA)

                                      Hasil gambar untuk keramba jaring apung

Keramba Jaring Apung ( KJA ) dapat dibuat dalam berbagai ukuran. Desain dan bahan tergantung pada kemudahan penanganan, daya tahan bahan baku,harga, dan faktor lainnya. Jaring atau wadah untuk pemeliharaan ikan tawar dibuat dari bahan polietilen. Bentuk dan ukuran bervariasi dan sangat dipengaruhi oleh jenis ikan yang dibudidayakan, ukuran ikan, kedalaman perairan, serta faktor kemudahan dalam pengelolaan.
Konstruksi wadah jaring terapung terdiri dari beberapa bagian, antara lain :
1. Kerangka keramba jaring apung
Kerangka (bingkai) jaring terapung dapat dibuat dari bahan kayu, bambu atau besi yang dilapisi bahan anti karat (cat besi). Memilih bahan untuk kerangka, sebaiknya disesuai-kan dengan ketersediaan bahan di lokasi budidaya dan nilai ekonomis dari bahan tersebut.

Kayu atau bambu secara ekonomis memang lebih murah dibandingkan dengan besi anti karat, tetapi jika dilihat dari masa pakai dengan menggunakan kayu atau bambu jangka waktu (usia teknisnya) hanya 1,5–2 tahun. Sesudah 1,5–2 tahun masa pakai, kerangka yang terbuat dari kayu atau bambu ini sudah tidak layak pakai dan harus direnofasi kembali.  Jika akan memakai besi anti karat sebagai kerangka jaring pada umumnya usia ekonomis/ angka waktu pemakaiannya relatif lebih lama, yaitu antara 4–5 tahun.

Pada umumnya petani ikan di jaring terapung menggunakan bambu sebagai bahan utama pembuatan kerangka, karena selain harganya relatif murah juga ketersediaannya di lokasi budidaya sangat banyak. Bambu yang digunakan untuk kerangka sebaiknya mempunyai garis tengah 5 – 7 cm di bagian pangkalnya, dan bagian ujungnya berukuran antara 3 – 5 cm. Jenis bambu yang digunakan adalah bambu tali. Ada juga jenis bambu gombong yang mempunyai diameter 12 -15 cm tetapi jenis bambu ini kurang baik digunakan untuk kerangka karena cepat lapuk.

Ukuran kerangka jaring terapung berkisar antara 5 X 5 meter sampai 10 X 10 meter. Petani ikan jaring terapung di perairan cirata pada umumnya menggunakan kerangka dari bambu dengan ukuran 7 X 7 meter. Kerangka dari jaring apung umumnya dibuat tidak hanya satu petak/kantong tetapi satu unit. Satu unit jaring terapung terdiri dari empat buah petak/kantong.

2. Pelampung keramba jaring apung
Pelampung berfungsi untuk mengapungkan kerangka/ jaring terapung. Bahan yang digunakan sebagai pelampung berupa drum (besi atau plastik) yang berkapasitas 200 liter, busa plastik (stryrofoam) atau fiberglass. Jenis pelampung yang akan digunakan biasanya dilihat berdasarkan lama pemakaian.

Jika akan menggunakan pelampung dari drum maka drum harus terlebih dahulu dicat dengan menggunakan cat yang mengandung bahan anti karat. Jumlah pelampung yang akan digunakan disesuaikan dengan besarnya kerangka jaring apung yang akan dibuat. Jaring terapung berukuran 7 X 7 meter, dalam satu unit jaring terapung membutuhkan pelampung antara 33 – 35 buah.

3. Pengikat keramba jaring apung
Tali pengikat sebaiknya terbuat dari bahan yang kuat, seperti tambang plastik, kawat ukuran 5 mm, besi beton ukuran 8 mm atau 10 mm. Tali pengikat ini digunakan untuk mengikat kerangka jaring terapung, pelampung atau jaring.

4. Jangkar keramba jaring apung
Jangkar berfungsi sebagai penahan jaring terapung agar rakit jaring terapung tidak hanyut terbawa oleh arus air dan angin yang kencang. Jangkar terbuat dari bahan batu, semen atau besi. Pemberat diberi tali pemberat/tali jangkar yang terbuat dari tambang plastik yang berdiameter sekitar 10 mm – 15 mm. Jumlah pemberat untuk satu unit jaring terapung empat petak/kantong adalah sebanyak 4 buah. Pemberat diikatkan pada masing-masing sudut dari kerangka jaring terapung. Berat jangkar berkisar antara 50 – 75 kg.

 5. Jaring keramba jaring apung
Jaring yang digunakan untuk budidaya ikan di perairan umum, biasanya terbuat dari bahan polyethylene atau disebut jaring trawl. Ukuran mata jaring yang digunakan tergantung dari besarnya ikan yang akan dibudidayakan. Kantong jaring terapung ini mempunyai ukuran bervariasi disesuaikan dengan jenis ikan yang dibudidayakan, untuk ikan air laut ukuran kantong jaring yang biasa digunakan berukuran mulai 2 X 2 X 2 m sampai 5 X 5 x 5 m.

Sedangkan untuk jenis ikan air tawar berkisar antara 3 X 3 X 3 m sampai 7 X 7 X 2,5 m. Untuk mengurangi resiko kebocoran akibat gigitan binatang lain, biasanya kantong jaring terapung dipasang rangkap (doubel) yaitu kantong jaring luar dan kantong jaring dalam. Ukuran jaring bagian luar biasanya mempunyai mata jaring (mesh size) yang lebih besar.

Salah satu contohnya adalah sebagai berikut :
a. Jaring polyethylene no. 380 D/9 dengan ukuran mata jaring (mesh size) sebesar 2 inch (5,08 cm) yang dipergunakan sebagai kantong jaring luar.
b. Jaring polyethylene no. 280 D/12 dengan ukuran mata jaring 1 inch (2,5 cm) atau 1,5 inch (3,81 cm) dipergunakan sebagai kantong jaring dalam.

Jaring yang mempunyai ukuran mata jaring lebih kecil dari 1 inch biasanya digunakan untuk memelihara ikan yang berukuran lebih kecil. Di perairan umum, khususnya dalam budidaya ikan di jaring terapung ukuran jaring yang digunakan adalah ukuran ¾ - 1 inch.

Kantong jaring yang digunakan untuk memelihara ikan dapat diperoleh dengan membeli jaring utuh. Dalam hal ini biasanya jaring trawl dijual dipasaran berupa lembaran atau gulungan. Langkah awal yang harus dilakukan untuk membuat kantong jaring adalah membuat desain/rancangan kantong jaring yang akan dipergunakan. Ukuran kantong jaring yang akan dipergunakan berkisar antara 2 X 2 m sampai dengan 10 X 10 m.

Setelah ukuran kantong jaring yang akan dipergunakan, misalnya akan dibuat kantong jaring dengan ukuran 7 X 7 X 2 m, langkah selanjutnya adalah memotong jaring. Untuk memotong jaring harus dilakukan dengan benar berdasarkan pada ukuran mata jaring dan tingkat perenggangannya saat terpasang di perairan. Menurut hasil penelitian, jaring dalam keadaan terpasang atau sudah berupa kantong jaring akan mengalami perenggangan atau mata jaring dalam keadaan tertarik/terbuka (”Hang In Ratio”).

Petani ikan dilapangan biasanya menghitung jaring yang akan digunakan untuk membuat kantong jaring menggunakan perhitungan sebagai berikut :

Misalnya kantong jaring yang akan dibuat berukuran 7 X 7 X 2 m dengan ukuran mata jaring (mesh size) 2 inch (5,08 cm). Berdasarkan hasil penelitian panjang jaring akan berkurang sebesar 30% dari semula.

Jadi dalam satu meter jaring yang berukuran 1 inch terdapat 56 mata jaring, sehingga jika akan membuat jaring dengan ukuran 7 X 7 X 2 m, jumlah mata jaringnya adalah 392 X 392 X 112 mata jaring. Sedangkan ukuran mata jaring yang akan digunakan adalah 2 inch maka jumlah mata jaring yang akan dipotong adalah 196 X 196 X 56. Angka-angka ini diperoleh dari hasil perkalian antara ukuran kantong jaring dengan jumlah mata jaring.

Berdasarkan hasil kedua perhitungan tersebut memperoleh nilai yang tidak jauh berbeda. Langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah memindahkan pola yang telah dibuat langsung kejaring.

6. Pemberat keramba jaring apung
Pemberat yang digunakan biasanya terbuat dari batu atau timah yang masing-masing beratnya antara 2–5 kg. Fungsi pemberat ini agar jaring tetap simetris dan pemberat ini diletakkan pada setiap sudut kantong jaring terapung.

7. Tali / tambang keramba jaring apung
Tali / tambang yang digunakan biasanya disesuaikan dengan kondisi perairan pada perairan tawar adalah tali plastik yang mempunyai diameter 5–10 mm, sedangkan pada perairan laut tali / tambang yang digunakan terbuat dari nilon atau tambang yang kuat terhadap salinitas.Tali/tambang ini dipergunakan sebagai penahan jaring pada bagian atas dan bawah. Tali tambang ini mempunyai istilah lain yang disebut dengan tali ris.

Panjang tali ris adalah sekeliling dari kantong jaring terapung. Misalnya, kantong jaring terapung berukuran 7X7X2m maka tali risnya adalah 7m X 4 =28 m. Dengan dikalikan empat karena kantong sisi jaring terapung adalah empat sisi. Khusus untuk tali ris pada bagian atas sebaiknya dilebihkan 0,5 m untuk setiap sudut. Jadi tali risnya mempunyai panjang 28 m +( 4 X 0,5 m) = 30m. Hal ini untuk memudahkan dalam melakukan aktivitas kegiatan operasional pada saat melakukan budidaya ikan.

BIAYA PEMBUATAN KERAMBA JARING APUNG

Nama                           : Budi Daya Ikan Nila Karamba Jaring Apung
Produksi saat ini          : Hasil tangkapan di sungai 108.93 Kw, Mina padi 9.707,50 Kw, ikan kolam 2.863,78
Luas                            :  Sekitar 2,1 ha
Peluang Investasi        : Budi daya ikan nila dalam Keramba Jaring  Apung (KJA).
Cara Budidaya            : Pembuatan petakan dengan Keramba Jaring Apung ukuran 5 m x 5 m x 5 m dalam unit KJA terdiri dari 4 petakan dengan kapasitas  30 unit, benih ikan nila yang ditebar ukuran 8-12 cm sejumlah 8.750 ekor/petak. Lama pemeliharaan 4 bulan untuk ukuran 250 gram/ekor
Potensi Pendukung :
-    Air tersedia beserta chekdam seluas sekitar 2,1  ha.
-    Telah tersedia kelompok pembudi daya ikan dari masyarakat.
-    Biaya tenaga kerja masih murah.
-    Jalan aspal
-    Ketinggian lokasi 400-1000 m dpl.
Investasi  : Rp. 3.500.000.000,-
Perhitungan investasi :
Biaya Konstruksi  30 unit KJA @ 4 petak @ Rp 8.590.000,- = Rp 1.030.800.000,-
Biaya Operasional 30 Unit KJA @ 4 petak @Rp 20.622.800,- = Rp 2.474.736.000,-
Total kebutuhan Investasi  = Rp 3.500.000.000,-

Asumsi laba /Analisa usaha KJA/ Petak
 .    Biaya konstruksi KJA = Rp   8.590.000
a.    Biaya Operasional = Rp 20.050.000
b.    Hasil panen  SR 90 % x 8.750 ekor = 7.875 ekor/4 = Rp  1.969 Kg
1.969 Kg x Rp 13.000  = Rp 25.597.000
c.    Penyusutan konstruksi (5 tahun)
Rp 8590.000 : 5 : 12  = Rp 143.200
4 bulan = Rp 143.200 x 4 = Rp 572.800
d.    Pengeluaran :
Biaya operasional + Penyusutan = Rp 20.050.000 + Rp 572.800 = Rp 20.622.800
e.    Keuntungan : Rp 25.597.000  Rp 20.622.800 =   Rp   4.974.200/4 bulan

Pendapatan per bulan = Rp 4.974.200 : 4 = Rp 1.243.550,00

 Sumber : http://perikananptk.blogspot.com/