Tingkat teknologi yang digunakan untuk budidaya ikan
gurami umumnya di klasifikasikan ke dalam 3 jenis yaitu tradisional, semi
intensif dan intensif, namun tidak ada batasan yang pasti dan jelas antara
ketiga tingkat teknologi tersebut karena penggolongannya hanya dilakukan
melalui perbedaan ciri-cirinya saja. Kebanyakan yang dilakukan masyarakat
adalah teknologi tradisional dan semi intensif. Klasifikasi teknologi tersebut
berpedoman pada Sapta Usaha Perikanan yang meliputi :
1. Pengolahan lahan
2. Pengairan
3. Pemupukan/pemberian pakan
4. Penyediaan benih atau induk
yang unggul
5. Pencegahan hama dan
penyakit
6. Panen
7. Perbaikan manajemen usaha
tani
Ciri-ciri penggunaan teknologi tradisional adalah hanya
mengandalkan pada kondisi alam saja, pemberian pakan secara alami, pemeliharaan
ikan gurami dimaksudkan hanya sebagai tabungan saja dan dipanen setahun sekali
dalam rangka memenuhi kebutuhan hari lebaran/hari besar. Sedangkan ciri-ciri
teknologi semi intensif adalah sedikit banyak telah melaksanakan kegiatan
budidaya sesuai dengan Sapta Usaha Perikanan misalnya dalam hal pakan telah menggunakan
pakan buatan disamping pakan alami dan telah dilakukan pengaturan kualitas air,
namun belum secara terukur dan terkontrol. Ciri-cir teknologi intensif adalah
mengacu pada Sapta Usaha Perikanan dan dilakukan secara terkontrol.
Sistem
boster merupakan ѕuаtu sistem dalam memelihara ikan gurame dі lahan pekarangan.
Dеngаn mengaplikasikan sistem ini, ikan-ikan gurame уаng dihasilkan аkаn
mempunyai kualitas уаng lebih baik. Perlu diketahui, umumnya ikan gurame уаng
dirawat dі kolam pekarangan memiliki pertumbuhan уаng lamban, masa
pemeliharaannya lama, serta memiliki produktivitas уаng rendah.
Tujuan
dаrі diberlakukannya metode budidaya dеngаn sistem boster іаlаh mengatasi
keterbatasan lahan dan mempermudah kontrol pertumbuhan ikan. Sistem іnі јugа
аkаn menaikkan tingkat produktivitas ikan gurame, mempercepat proses
pertumbuhan ikan gurame, serta mendayagunakan lahan уаng tersedia.
1.
Buat
kolam tanah di area pekarangan yang memiliki kondisi paling ideal untuk dipakai
memelihara ikan gurame. Anda bisa memperhatikan artikel yang pernah kami
bahas di sini untuk
memperoleh panduan membuat kolam ikan gurame.
2.
Lengkapi
kolam tersebut dengan paralon yang berdiameter 2 inci dan panjang menyesuaikan
ketinggian air sebagai saluran pembuangan air. Caranya masukkan salah satu
ujung paralon ke dalam bagian shock yang telah diletakkan di dasar kolam.
3.
Kemudian
pasang juga paralon yang memiliki diameter 4 inci yang berguna untuk
mengeluarkan kotoran di dasar kolam. Salah satu ujung paralon ini lantas dibuat
lubang dengan diameter sekitar 1-2 cm.
4.
Isilah
kolam menggunakan air sumur dengan volume sesuai tujuan pemeliharaan ikan.
Kolam untuk pendederan benih ikan gurame cukup memilik ketinggian air mencapai
80 cm. Sedangkan kolam yang dipakai untuk pembesaran ikan gurame sampai pemanenan, ketinggiannya
sekitar 100-120 cm.
5.
Untuk
meningkatkan kesuburan air kolam, lakukan pemupukan dengan dosis 1 tutup
botol/m3 yang telah dicampur air sebanyak 1-2 liter secara merata. Setelah
pelaksanaan pemupukan, kolam perlu didiamkan selama 5-6 hari sehingga pupuk
terlarut di air dengan maksimal.
6.
Penggunaan
benih ikan gurame perlu disesuaikan dengan program pembudidayaan yang telah
direncanakan. Misalnya jika mengharapkan panen dengan bobot ikan berkisar 7-9
ekor/ons, pilih benih yang berukuran 250-300 gram/ekor.
7.
Pakan
yang diberikan kepada ikan gurame harus dapat memenuhi 3% dari berat biomassa.
Mengingat ikan gurame merupakan omnivora, Anda bisa memberikannya pelet dan
dedaunan dengan tambahan probiotik sebanyak 10-20 cc/kb pakan. Pakan diberikan
setiap 2-3 kali sehari dan pemberian probiotiknya setiap 1 kali per hari.
8.
Air
kolam perlu diganti sebanyak 30% setiap 5-6 hari agar kualitasnya terjaga
dengan baik. Kolam pun harus diberikan pupuk susulan memakai probiotik sejumlah
1-2 cc/m3 air setiap 7 hari sekali untuk menjaga tingkat kesuburannya.
9.
Ikan
gurame bisa dipanen setelah umurnya berkisar antara 5-8 bulan tergantung ukuran
tebar benih dan target panen. Sebelum dilakukan pemanenan, volume air kolam
perlu disurutkan hingga ketinggian airnya mencapai 1 m. Setelah itu, ikan-ikan
gurame dapat ditangkap satu per satu untuk selanjutnya dimasukkan ke dalam
wadah plastik.
Hama yang biasanya menganggu ikan gurami adalah ikan liar
pemangsa seperti gabus (Ophiocephalus striatur BI), belut (Monopterus albus
Zueiw), lele (Clarias batrachus L) dan lain-lain. Musuh lainnya adalah biawak
(Varanus salvator Dour), kura-kura (Tryonix cartilagineus Bodd), katak (Rana
spec), ular dan bermacam-macam jenis burung. Beberapa jenis ikan peliharaan
seperti tawes, mujair dan sepat dapat menjadi pesaing dalam perolehan makanan.
Oleh karena itu sebaiknya benih gurami tidak dicampur pemeliharaannya dengan
jenis ikan yang lain. Untuk menghindari gurami dari ikan-ikan pemangsa, pada
pipa pemasukan air dipasangi serumbung atau saringan ikan agar hama tidak masuk
dalam kolam.
Gangguan penyakit dapat berupa penyakit non parasiter dan
penyakit parasiter. Gangguan penyakit dapat lebih mudah menyerang ikan gurami
pada saat musim kemarau dimana suhu menjadi lebih lebih dingin.
Penyakit non parasiter adalah penyakit yang timbul bukan
karena serangan parasit, tapi biasanya bersumber dari faktor lingkungan fisika
dan kimia air dan makanan. Penyakit ini bisa berupa pencemaran air karena
adanya gas beracun seperti asam belerang atau amoniak, kerusakan akibat
penangkapan atau kelainan tubuh karena keturanan. Untuk mengetahui gangguan
yang dialami oleh ikan yang dipelihara dapat diketahui dari pengamatan terhadap
ikan. Bila ada gas beracun dalam air, ikan biasanya lebih suka berenang pada
permukaan air untuk mencari udara segar.
Penyakit parasiter diakibatkan parasit. Parasit adalah
hewan atau tumbuh-tumbuhan yang berada pada tubuh, insang, maupun lendir
inangnya dan mengambil manfaat dari inang tersebut. Parasit dapat berupa udang
renik, protozoa, cacing, bakteri, virus, jamur dan berbagai mikroorganisme
lainnya. Berdasarkan letak penyerangannya parasit dibagi menjadi dua kelompok
yaitu ektoparasit yang menempel pada bagian luar tubuh ikan dan endoparasit
yang berada dalam tubuh ikan.
Ciri-ciri ikan yang terkena penyakit parasiter adalah
sebagai berikut :
·
Penyakit pada kulit :
Pada bagian tertentu kulit berwarna merah, terutama pada bagian dada, perut dan pangkal sirip. Warna ikan menjadi pucat dan tubuhnya berlendir.
Pada bagian tertentu kulit berwarna merah, terutama pada bagian dada, perut dan pangkal sirip. Warna ikan menjadi pucat dan tubuhnya berlendir.
·
Penyakit pada insang :
Tutup insang mengembang, lembaran insang menjadi pucat, kadang-kadang tampak semburat merah dan kelabu.
Tutup insang mengembang, lembaran insang menjadi pucat, kadang-kadang tampak semburat merah dan kelabu.
·
Penyakit pada organ dalam :
Perut ikan membengkak, sisik berdiri. Kadang-kadang sebaiknya perut menjadi amat kurus, ikan menjadi lemah dan mudah ditangkap.
Perut ikan membengkak, sisik berdiri. Kadang-kadang sebaiknya perut menjadi amat kurus, ikan menjadi lemah dan mudah ditangkap.
Salah satu parasit yang
sering menyerang ikan gurami adalah Argulus indicus yang tergolong Crustacea
tingkat rendah yang hidup sebagai ektoparasit, berbentuk oval atau membundar
dan berwarna kuning bening. Parasit ini menempel pada sisik atau sirip dan
dapat menimbulkan lubang kecil yang akhirnya akan menimbulkan infeksi.
Selanjutnya infeksi ini dapat menyebabkan patah sirip atau cacar. Parasit
lainnya adalah bakteri Aeromonas hdyrophyla, Pseudomonas, dan cacing Thematoda
yang berasal dari siput-siput kecil.
Untuk mencegah penyakit ini
dapat dilakukan dengan mengangkat dan memindahkan ikan ke dalam kolam lain dan
melakukan penjemuran kolam yang terjangkit penyakit selama beberapa hari agar
parasit mati. Parasit yang menempel pada tubuh ikan dapat disiangi dengan
pinset. Sementara pengobatan bagi ikan-ikan yang penyakitnya lebih berat dapat
menggunakan bahan kimia seperti Kalium Permanagat (PK), neguvon dan garam
dapur.
Sumber
:
2. https://ikanmania.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar