Rabu, 28 November 2018

SISTEM BOSTER PADA BUDIDAYA GURAMI INTENSIF


                                                  Hasil gambar untuk budidaya gurami sistem boster

Tingkat teknologi yang digunakan untuk budidaya ikan gurami umumnya di klasifikasikan ke dalam 3 jenis yaitu tradisional, semi intensif dan intensif, namun tidak ada batasan yang pasti dan jelas antara ketiga tingkat teknologi tersebut karena penggolongannya hanya dilakukan melalui perbedaan ciri-cirinya saja. Kebanyakan yang dilakukan masyarakat adalah teknologi tradisional dan semi intensif. Klasifikasi teknologi tersebut berpedoman pada Sapta Usaha Perikanan yang meliputi :
1.      Pengolahan lahan
2.      Pengairan
3.      Pemupukan/pemberian pakan
4.      Penyediaan benih atau induk yang unggul
5.      Pencegahan hama dan penyakit
6.      Panen
7.      Perbaikan manajemen usaha tani
Ciri-ciri penggunaan teknologi tradisional adalah hanya mengandalkan pada kondisi alam saja, pemberian pakan secara alami, pemeliharaan ikan gurami dimaksudkan hanya sebagai tabungan saja dan dipanen setahun sekali dalam rangka memenuhi kebutuhan hari lebaran/hari besar. Sedangkan ciri-ciri teknologi semi intensif adalah sedikit banyak telah melaksanakan kegiatan budidaya sesuai dengan Sapta Usaha Perikanan misalnya dalam hal pakan telah menggunakan pakan buatan disamping pakan alami dan telah dilakukan pengaturan kualitas air, namun belum secara terukur dan terkontrol. Ciri-cir teknologi intensif adalah mengacu pada Sapta Usaha Perikanan dan dilakukan secara terkontrol.

Sistem boster merupakan ѕuаtu sistem dalam memelihara ikan gurame dі lahan pekarangan. Dеngаn mengaplikasikan sistem ini, ikan-ikan gurame уаng dihasilkan аkаn mempunyai kualitas уаng lebih baik. Perlu diketahui, umumnya ikan gurame уаng dirawat dі kolam pekarangan memiliki pertumbuhan уаng lamban, masa pemeliharaannya lama, serta memiliki produktivitas уаng rendah.

Tujuan dаrі diberlakukannya metode budidaya dеngаn sistem boster іаlаh mengatasi keterbatasan lahan dan mempermudah kontrol pertumbuhan ikan. Sistem іnі јugа аkаn menaikkan tingkat produktivitas ikan gurame, mempercepat proses pertumbuhan ikan gurame, serta mendayagunakan lahan уаng tersedia. 

1.        Buat kolam tanah di area pekarangan yang memiliki kondisi paling ideal untuk dipakai memelihara ikan gurame. Anda bisa memperhatikan artikel yang pernah kami bahas di sini untuk memperoleh panduan membuat kolam ikan gurame.
2.        Lengkapi kolam tersebut dengan paralon yang berdiameter 2 inci dan panjang menyesuaikan ketinggian air sebagai saluran pembuangan air. Caranya masukkan salah satu ujung paralon ke dalam bagian shock yang telah diletakkan di dasar kolam.
3.        Kemudian pasang juga paralon yang memiliki diameter 4 inci yang berguna untuk mengeluarkan kotoran di dasar kolam. Salah satu ujung paralon ini lantas dibuat lubang dengan diameter sekitar 1-2 cm.
4.        Isilah kolam menggunakan air sumur dengan volume sesuai tujuan pemeliharaan ikan. Kolam untuk pendederan benih ikan gurame cukup memilik ketinggian air mencapai 80 cm. Sedangkan kolam yang dipakai untuk pembesaran ikan gurame sampai pemanenan, ketinggiannya sekitar 100-120 cm.
5.        Untuk meningkatkan kesuburan air kolam, lakukan pemupukan dengan dosis 1 tutup botol/m3 yang telah dicampur air sebanyak 1-2 liter secara merata. Setelah pelaksanaan pemupukan, kolam perlu didiamkan selama 5-6 hari sehingga pupuk terlarut di air dengan maksimal.
6.        Penggunaan benih ikan gurame perlu disesuaikan dengan program pembudidayaan yang telah direncanakan. Misalnya jika mengharapkan panen dengan bobot ikan berkisar 7-9 ekor/ons, pilih benih yang berukuran 250-300 gram/ekor.
7.        Pakan yang diberikan kepada ikan gurame harus dapat memenuhi 3% dari berat biomassa. Mengingat ikan gurame merupakan omnivora, Anda bisa memberikannya pelet dan dedaunan dengan tambahan probiotik sebanyak 10-20 cc/kb pakan. Pakan diberikan setiap 2-3 kali sehari dan pemberian probiotiknya setiap 1 kali per hari.
8.        Air kolam perlu diganti sebanyak 30% setiap 5-6 hari agar kualitasnya terjaga dengan baik. Kolam pun harus diberikan pupuk susulan memakai probiotik sejumlah 1-2 cc/m3 air setiap 7 hari sekali untuk menjaga tingkat kesuburannya.
9.        Ikan gurame bisa dipanen setelah umurnya berkisar antara 5-8 bulan tergantung ukuran tebar benih dan target panen. Sebelum dilakukan pemanenan, volume air kolam perlu disurutkan hingga ketinggian airnya mencapai 1 m. Setelah itu, ikan-ikan gurame dapat ditangkap satu per satu untuk selanjutnya dimasukkan ke dalam wadah plastik.
Hama yang biasanya menganggu ikan gurami adalah ikan liar pemangsa seperti gabus (Ophiocephalus striatur BI), belut (Monopterus albus Zueiw), lele (Clarias batrachus L) dan lain-lain. Musuh lainnya adalah biawak (Varanus salvator Dour), kura-kura (Tryonix cartilagineus Bodd), katak (Rana spec), ular dan bermacam-macam jenis burung. Beberapa jenis ikan peliharaan seperti tawes, mujair dan sepat dapat menjadi pesaing dalam perolehan makanan. Oleh karena itu sebaiknya benih gurami tidak dicampur pemeliharaannya dengan jenis ikan yang lain. Untuk menghindari gurami dari ikan-ikan pemangsa, pada pipa pemasukan air dipasangi serumbung atau saringan ikan agar hama tidak masuk dalam kolam.
Gangguan penyakit dapat berupa penyakit non parasiter dan penyakit parasiter. Gangguan penyakit dapat lebih mudah menyerang ikan gurami pada saat musim kemarau dimana suhu menjadi lebih lebih dingin.
Penyakit non parasiter adalah penyakit yang timbul bukan karena serangan parasit, tapi biasanya bersumber dari faktor lingkungan fisika dan kimia air dan makanan. Penyakit ini bisa berupa pencemaran air karena adanya gas beracun seperti asam belerang atau amoniak, kerusakan akibat penangkapan atau kelainan tubuh karena keturanan. Untuk mengetahui gangguan yang dialami oleh ikan yang dipelihara dapat diketahui dari pengamatan terhadap ikan. Bila ada gas beracun dalam air, ikan biasanya lebih suka berenang pada permukaan air untuk mencari udara segar.
Penyakit parasiter diakibatkan parasit. Parasit adalah hewan atau tumbuh-tumbuhan yang berada pada tubuh, insang, maupun lendir inangnya dan mengambil manfaat dari inang tersebut. Parasit dapat berupa udang renik, protozoa, cacing, bakteri, virus, jamur dan berbagai mikroorganisme lainnya. Berdasarkan letak penyerangannya parasit dibagi menjadi dua kelompok yaitu ektoparasit yang menempel pada bagian luar tubuh ikan dan endoparasit yang berada dalam tubuh ikan.
Ciri-ciri ikan yang terkena penyakit parasiter adalah sebagai berikut :
·         Penyakit pada kulit :
Pada bagian tertentu kulit berwarna merah, terutama pada bagian dada, perut dan pangkal sirip. Warna ikan menjadi pucat dan tubuhnya berlendir.
·         Penyakit pada insang :
Tutup insang mengembang, lembaran insang menjadi pucat, kadang-kadang tampak semburat merah dan kelabu.
·         Penyakit pada organ dalam :
Perut ikan membengkak, sisik berdiri. Kadang-kadang sebaiknya perut menjadi amat kurus, ikan menjadi lemah dan mudah ditangkap.
Salah satu parasit yang sering menyerang ikan gurami adalah Argulus indicus yang tergolong Crustacea tingkat rendah yang hidup sebagai ektoparasit, berbentuk oval atau membundar dan berwarna kuning bening. Parasit ini menempel pada sisik atau sirip dan dapat menimbulkan lubang kecil yang akhirnya akan menimbulkan infeksi. Selanjutnya infeksi ini dapat menyebabkan patah sirip atau cacar. Parasit lainnya adalah bakteri Aeromonas hdyrophyla, Pseudomonas, dan cacing Thematoda yang berasal dari siput-siput kecil.
Untuk mencegah penyakit ini dapat dilakukan dengan mengangkat dan memindahkan ikan ke dalam kolam lain dan melakukan penjemuran kolam yang terjangkit penyakit selama beberapa hari agar parasit mati. Parasit yang menempel pada tubuh ikan dapat disiangi dengan pinset. Sementara pengobatan bagi ikan-ikan yang penyakitnya lebih berat dapat menggunakan bahan kimia seperti Kalium Permanagat (PK), neguvon dan garam dapur.
      
Sumber :
2.      https://ikanmania.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar