Danau merupakan suatu
ekosistem yang kompleks. Banyak fenomena-fenomena fisika yang mempengaruhi
kestabilan suatu ekosistem danau, salah satunya adalah upwelling.
Upwellingmerupakan fenomena yang biasa terjadi di suatu wilayah perairan
seperti danau/waduk dan lautan/samudra yang dipengaruhi olehwind-driven motion (angin
bergerak) yang kuat, dingin yang biasanya membawa massa air yang kaya akan
nutrien ke arah permukaan laut. Sebaliknya, downwelling ditandai
dengan bertemunya arus dan intrusi air hangat . Selain itu upwelling
juga dapat diartikan sebagai fenomena naiknya massa air danau.
Gerakan naiknya massa air ini juga diakibatkan karena adanya stratifikasi
seperti lapisan yang memiliki perbedaan densitas pada setiap lapisannya karena
dengan bertambahnya kedalaman perairan maka suhunya akan semakin turun dan
densitas meningkat hal ini menimbulkan energi untuk menggerakkan massa air
secara vertikal. Fenomena upwelling salah satunya dipengaruhi oleh
angin dan adanya proses divergensi ekman. Angin yang mendorong lapisan air
permukaan menyebabkan kekosongan di bagian atas, sehingga air yang berasal dari
bawah menggantikan kekosongan yang berada di atas. Oleh karena itu suhu air
yang dari dasar perairan belum terkena atmosfer sehingga suhu dan oksigennya
masih rendah. Di daerah upwelling biasanya banyak terdapat ikan karena arus ini
mengandung larutan nutrien seperti nitrat dan fosfat, sehingga cenderung banyak
mengandung fitoplankton sebagai pakan alami ikan.
Fenomena arus balik
atau upwelling, pada lingkungan perairan, baik itu di laut maupun
perairan tawar, bahkan payau merupakan peristiwa alam yang
terjadi secara alamiah. Upwelling atau arus balik
massa air terjadi ketika ada perbedaan suhu dalam perairan, antara suhu air di
permukaan (bagian atas) dengan suhu air yang berada di dasar danau. Ketika
terjadi penurunan suhu udara, misalnya ketika peralihan musim dari musim
kemarau ke penghujan, suhu udara turun. Kondisi ini juga terjadi ketika cuaca
dalam kondisi mendung dan tanpa matahari. Akibatnya, suhu permukaan air turun.
Fenomena upwelling
merupakan gejala alam yang terjadi secara rutin, khususnya di awal musim
penghujan saat cuaca mendung dimana intensitas cahaya matahari sangat rendah
sehingga menyebabkan rendahnya laju fotosintesis dan rendahnya produksi oksigen
(O2) dalam air. Pada kondisi hujan terus-menerus, suhu permukaan air rendah
sehingga massa air di dasar danau/waduk lebih hangat yang berakibat massa air
(baik berupa padatan maupun gas) di bawah itu naik ke atas yang membawa senyawa
toksik (NH3 dan H2S) sehingga ikan-ikan sulit bernafas karena konsentrasi
oksigennya minim yang mengakibatkan kematian massal ikan. Fenomena ini biasanya
ditandai dengan mulai mabuk atau mengambangnya ikan di permukaan air, bahkan
lebih parah lagi matinya ikan yang hidup di dasar perairan. Kematian secara
massal ikan budidaya sistem KJA mencapai kerugian milyaran rupiah akibat
upwelling sudah sering terjadi di berbagai perairan yang memiliki kawasan
pengembangan KJA. Banyak kasus kematian ikan massal di danau/waduk di Indonesia
dintaranya: 1). Waduk Cirata-Jawa Barat pada Oktober hingga Desember 2009
dilaporkan sekitar 50 ton ikan mati, 2). Danau Maninjau-Sumbar dilaporkan
13.000 ton ikan mati pada tahun 2009, sekitar 2.000 ton ikan mati di Danau
Maninjau pada November 201, 3). Waduk Jatiluhur-Jawa Barat dilaporkan 3.500 ton
ikan mati pada bulan Februari 2006, 4). Danau Tondano-Sulawesi Utara dilaporkan
300 ton ikan mati pada bulan November 2010, 5). Waduk Dharma - Jawa Barat
dilaporkan 41,7 ton ikan mati pada bulan Oktober 2010.
Usaha
untuk menanggulangi dampak upwelling yang sangat merugikan ini salah
satunya dengan cara adanya penataan ruang perairan, pengaturan jumlah unit KJA
yang beroperasi, teknik budidaya dan konstruksi KJA serta cara pemberian pakan
akan sangat menentukan kelestarian lingkungan perairan.
Kematian massal ikan yang
dibudidayakan di kantong mengambang (Jakapung) akibat upwelling sering terjadi
di berbagai perairan danau dan waduk. Beberapa waktu lalu, ratusan ton ikan di
Danau Maninjau di Sumatera Barat meninggal menyebabkan hilangnya uang hingga
ratusan juta rupiah. Kasus kematian ikan yang cukup umum juga sering terjadi di
Danau Batur, Kintamani, Bangli, Bali dan di beberapa daerah lain. Jadi,
bagaimana mengatasi masalah?
Fenomena upwelling yang kerap
terjadi pada awal musim hujan, saat mendung atau saat hujan. Upwelling atau
umbalan adalah peristiwa air yang naik di dasar danau karena suhu air di
permukaan lebih dingin dari suhu di bawahnya. Dalam kondisi curah hujan terus
menerus, suhu permukaan air rendah sehingga massa air di bagian bawah danau
lebih hangat menghasilkan massa air (baik padat maupun gas) di bawahnya naik ke
atas yang membawa senyawa beracun (NH3 dan H2S) sehingga Ikan sulit bernafas
karena konsentrasi oksigen minimal yang mengakibatkan kematian masal pada ikan.
Untuk mengatasi kematian massal
ikan, yang bisa dilakukan dengan memanen ikan lebih awal. Untuk bisa memanen
ikan tadi, peternak ikan harus rajin memantau kondisi kualitas air setiap hari.
Entah menggunakan peralatan khusus atau secara alami dengan memperhatikan
karakteristik awal upwelling. Bila kualitas air mendadak turun, ikan harus
segera dipanen. Panen ikan dikumpulkan dalam wadah di luar waduk / danau yang
dilengkapi dengan aerator / blower untuk suplai oksigen tambahan.
Tip lainnya adalah menggunakan
kantong jaring ganda di jakapung. Cara ini untuk mengurangi toksisitas di
bagian bawah danau yang disebabkan oleh sisa makanan yang tidak dikonsumsi oleh
ikan yang ditanam di kantong bersih pertama. Pada prinsipnya jakapung ganda
ganda ini lebih menghemat tempat/lokasi pemeliharaan dibanding jakapung
tunggal. Jaring pertama yang ukurannya lebih kecil untuk memeilhara ikan
karper. Sedangkan lapisan kedua yang lebih besar untuk wadah pemeliharaan nila.
Dengan cara ini pakan ikan mas yang terbuang bisa lebih ditekan karena
dimanfaatkan oleh nila.
Selain itu, trik lain yang bisa
digunakan adalah memindahkan lokasi jakapung bila akan terjadi umbalan ke
lokasi perairan yang lebih dalam. Memindahkan lokasi jakapung ke lokasi yang
lebih dalam dapat mengurangi risiko terjadinya umbalan (holomictic), karena
cenderung lebih stabil atau sulit untuk diaduk.
Tip lain yang bisa dilakukan
adalah menyediakan bak fiberglass yang dilengkapi dengan blower / aerator di
lokasi budidaya jakapung. Ikan yang mulai terlihat lelah (berenang
terengah-engah di permukaan air) bisa ditangkap dan ditampung dalam bak
penampung. Cara lain yang bisa dilakukan adalah mengganti jenis ikan yang
dibudidayakan dengan jenis ikan yang bisa hidup di perairan dengan konsentrasi
oksigen rendah (DO), seperti ikan patin dan lele.
Sumber :
http://fifiazulti86.blogspot.com/
https://www.isw.co.id/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar