Jumat, 17 Mei 2019

KULTUR TETRASELMIS UNTUK PAKAN BENIH UDANG

                                                    Hasil gambar untuk kultur tetraselmis sp

Usaha budidaya ikan pada dewasa ini nampak semakin giat dilaksanakan baik secara intensif maupun ekstensif. Usaha budidaya tersebut dilakukan di perairan tawar, payau, dan laut. Selain pengembangan skala usaha, ikan yang dibudidayakan semakin beragam jenisnya.
Salah satu faktor pendukung dalam keberhasilan usaha budidaya ikan adalah ketersediaan pakan, dimana penyediaan pakan merupakan faktor penting di samping penyediaan induk. Pemberian pakan yang berkualitas dalam jumlah yang cukup akan memperkecil persentase larva yang mati. Jenis pakan yang dapat diberikan pada ikan ada dua jenis, yaitu pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami merupakan pakan yang sudah tersedia di alam, sedangkan pakan buatan adalah pakan yang diramu dari beberapa macam bahan yang kemudian diolah menjadi bentuk khusus sesuai dengan yang dikehendaki.
Sasaran utama untuk memenuhi tersedianya pakan adalah memproduksi pakan alami, karena pakan alami mudah didapatkan dan tersedia dalam jumlah yang banyak sehingga dapat menunjang kelangsungan hidup larva selama budidaya ikan, mempunyai nilai nutrisi yang tinggi, mudah dibudidayakan, memiliki ukuran yang sesuai dengan bukaan mulut larva, memiliki pergerakan yang mampu memberikan rangsangan bagi ikan untuk mangsanya serta memiliki kemampuan berkembang biak dengan cepat dalam waktu yang relatif singkat dengan biaya pembudidayaan yang relatif murah. Upaya untuk memperoleh persyaratan dan memenuhi pakan alami yang baik adalah dengan melakukan kultur fitoplankton.
Jenis pakan yang dapat diberikan pada ikan ada dua jenis, yaitu pakan alami dan pakan buatan. Salah satu jenis pakan alami yang dapat digunakan sebagai pemenuhan kebutuhan pakan budidaya yaitu fitoplankton jenis Tetraselmis chuii.Beberapa kelebihan yang dimiliki oleh Tetraselmis chuii antara lain ketersediaannya secara alami di alam dan memiliki ukuran yang sesuai dengan bukaan mulut larva, memiliki pergerakan yang mampu memberikan rangsangan bagi ikan atau udang untuk memangsanya. Penyediaan T. chuii secara terus menerus sangat sukar jika hanya mengumpulkan dari alam. Untuk itu produksi masal pakan alami ini harus dilakukan secara baik dengan tanpa mengesampingkan faktor pendukung seperti nutrien dan cahaya. Faktor pendukung berupa nutrien secara alami sudah terpenuhi oleh air laut berupa klorida, natrium, sulfat, magnesium, kalsium, kalium, potassium, bonat, bromide, asam borat, stronsium dan flor. Namun pertumbuhan mikroalga dengan kultur dapat mencapai optimum dengan mencampurkan air laut dengan nutrien yang tidak terkandung dalam air laut tersebut.
Tetraselmis chuii merupakan mikroalga yang dikenal dengan istilah flagellata berklorofil. Klasifikasi T. chuii sebagai berikut:
Filum : Chlorophyta
Kelas : Chlorophyceae
 Ordo : Volvocales
Sub ordo : Chlamidomonacea
Genus : Tetraselmis
Spesies : Tetraselmis chuii
T. chuii merupakan alga bersel tunggal, mempunyai empat buah flagel berwarna hijau (green flagella). Flagella pada T. chuii dapat bergerak secara lincah dan cepat seperti hewan bersel tunggal. Ukuran T. chuii berkisar antara tujuh hingga 12 mikron. Klorofil merupakan pigmen yang dominan sehingga alga ini berwarna hijau, dipenuhi plastida kloroplas Pigmen klorofil T. chuii terdiri dari dua macam yaitu karotin dan xantofil. Inti sel jelas dan berukuran kecil serta dinding sel mengandung bahan sellulosa dan pektosa .
T. chuii tumbuh dengan kondisi salinitas optimal antara 25 sampai dengan 35 ppm (25 x106 sampai dengan 35 x106 ppt ) (Fabregas et al. dalam Wibawa, 2009). Menurut Griffith et al. (dalam Wibawa, 2009) T. chuii masih dapat mentoleransi suhu antara 15-350C, sedangkan suhu optimal berkisar antara 23-250C. T. chuii memiliki toleransi salinitas 15 ppt, sedangkan kisaran suhunya 15-360C.. Bagan reproduksi T. chuii secara aseksual: dimulai dari sel vegetatif, kemudian membentuk 4 buah zoospora. Ketika keempat zoospora telah terbentuk maka akan berlanjut pada penentuan letak gamet. Setelah letak gamet ditentukan maka unit- unit gamet mengalami pembelahan. Kemudian unit- unit gamet tersebut berkembang menjadi zygospora. Sedangkan reproduksi secara seksual atau yang biasa dikenal dengan istilah isogami diawali dari terjadinya fusi antara gamet jantan dan gamet betina, kemudian kloroplas bersatu. Setelah kloroplas bersatu maka akan terbentuk zygot baru
T. chuii memiliki laju pertumbuhan dan adaptasi terhadap lingkungan yang relatif cepat. Pola pertumbuhannya juga memiliki dua puncak populasi yaitu pada hari ke enam dan pada hari ke sepuluh. T. chuii juga sensitif terhadap kepadatan sel yang tinggi, sehingga ketika dalam satu populasi sudah mencapai optimum maka penurunan jumlah kepadatan sel pada populasi tersebut akan cepat mengalami penurunan yang diakibatkan oleh beberapa hal yakni T. chuii cukup sensitif dengan bioproduknya sendiri atau kandungan nutriennya habis terserap. Sebab lain dari kematian T. chuii kemungkinan karena kultur T. chuii mudah terkontaminasi oleh alga lain. Dalam bidang budidaya dan perikanan T. chuii memiliki peran yang besar dalam hal penyediaan pakan untuk larva ikan maupun non ikan. Hal tersebut dikarenakan T. chuii memiliki nilai gizi yang baik .T. chuii mengandung protein cukup tinggi yaitu 48,42 % dan lemak 9,70 %. T. chuii dapat digunakan untuk memproduksi pakan rotifer (Brachionus plicatilis) secara masal, ataupun dapat juga dikonsumsi secara langsung oleh larva ikan hias, larva udang, larva teripang, dan cukup bagus digunakan sebagai pakan dalam budidaya biomassa Artemia. T. chuii mampu meningkatkan kandungan lemak tak jenuh pada konsumennya, misal dalam hal ini adalah kerang totok .
Selain dalam bidang budidaya dan perikanan T. chuii juga memiliki peranan terhadap manusia. Hal tersebut ditunjukkan dengan kemampuan T. chuii untuk dijadikan bio-indikator dalam penentuan kualitas suatu perairan . Sehingga dengan demikian manusia mampu lebih bijaksana dalam menjaga ataupun memanfaatkan perairan tersebut.
Laju Pertumbuhan Tetraselmis chuii
Laju pertumbuhan adalah pertambahan jumlah sel dalam periode tertentu. Pertumbuhan ditandai dengan 7 bertambah besarnya ukuran sel atau bertambah banyaknya jumlah sel. Hingga saat ini kepadatan sel digunakan secara luas untuk mengetahui pertumbuhan T. chuii dalam kultur pakan alami.
Ada empat fase pertumbuhan yaitu:
1. Fase Istirahat Sesaat setelah penambahan inokulum ke dalam media kultur, populasi tidak mengalami perubahan. Ukuran sel pada saat ini pada umumnya meningkat. Secara fisiologis T. chuii sangat aktif dan terjadi proses sintesis protein baru. Organisme mengalami metabolisme, tetapi belum terjadi pembelahan sel sehingga kepadatan sel belum meningkat. Umumnya terjadi pada hari pertama dan kedua kultur.
2. Fase Logaritmik atau Eksponensial Fase ini diawali dari pembelahan sel dengan laju pertumbuhan tetap. Pada kondisi kultur yang optimum, laju pertumbuhan pada fase ini mencapai maksimal. Umumnya terjadi pada hari ketiga hingga hari ketujuh.
3. Fase Penurunan kecepatan tumbuh Fase ini merupakan fase pada hari ketujuh yang menunjukkan kecepatan pertumbuhan sel yang mulai lambat karena kondisi fisik dan kimia kultur mulai membatasi pertumbuhan.
4. Fase Stasioner Pada fase ini, pertumbuhan mulai mengalami penurunan dibandingkan fase logaritmik. Pada fase ini laju reproduksi sama dengan laju kematian, dengan demikian penambahan dan pengurangan jumlah sel relatif sama atau seimbang sehingga kepadatan sel tetap. Fase ini terjadi pada hari ketujuh hingga hari ke sepuluh.
5. Fase Kematian Pada fase ini laju kematian lebih cepat dari pada laju reproduksi. Jumlah menurun secara geometrik. Penurunan kepadatan sel ditandai dengan perubahan kondisi optimum yang dipengaruhi oleh temperatur, cahaya, pH air, jumlah hara yang ada, dan beberapa kondisi lingkungan yang lain yang dimulai pada hari kesepuluh.
Sumber :
1.    Isnansetyo, A. dan Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Phytoplankton dan Zooplankton. Kanisius. Yogjakarta
2.    Wibawa, M. A. 2009. Biologi Tetraselmis sp. [online] http:// zonaikan. wordpress. Com /2009/12/22/biologi-tetraselmis-sp/.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar