Selasa, 11 Juni 2019

MENGENAL UDANG WINDU


                                  Hasil gambar untuk WINDU udang

Apa yang kita bayangkan ketika mendengar kata 'udang windu'? Pasti dalam sekejap kita langsung memikirkan sebuah masakan seafood yang lezat dan siap untuk disantap. Memang benar bahwa udang windu adalah salah satu hasil perikanan yang menjadi salah satu sumber makanan kita, terutama jenis masakan laut. Tapi tidak afdol rasanya bila kita pernah memakan udang tersebut tanpa mengetahui lebih jauh tentang apa yang kita bawa masuk ke dalam mulut. Nah, kali ini saya akan menuliskan beberapa wawasan mengenai udang windu.

Udang windu, atau dalam bahasa latinnya disebut Penaeus monodon, merupakan salah satu dari sekian banyak jenis udang-udangan yang bisa dimanfaatkan untuk kehidupan manusia, terutama sebagai bahan konsumsi. Udang ini termasuk ke dalam famili Penaeid, dimana kerabat-kerabat dekat mereka yang lain diantaranya adalah udang kuruma (Penaeus japonicus), udang ekor merah (Penaeus penicillatus) dan udang indian (Penaeus indicus). Udang windu tergolong sebagai spesies dari kelas crustacea dan filum arthropoda. Digolongkan ke dalam hewan crustacea karena mereka memiliki lapisan keras yang disebut carapace yang membungkus tubuhnya. Sedangkan penggolongan udang windu ke dalam filum arthropoda karena mereka memiliki tubuh yang tersegmentasi atau terbagi menjadi segmen-segmen serta sendi-sendi.

Populer di Indonesia sebagai udang windu, udang ini dikenal juga di seantero dunia dengan nama udang macan atau 'tiger shrimp'. Udang ini memiliki ciri-ciri morfologi yang berbeda dengan udang-udang lainnya. Meskipun secara struktur, tubuh udang windu secara umum memiliki bagian-bagian yang sama dengan udang yang lain. Beberapa ciri dari udang windu adalah sebagai berikut :
1. Memiliki ukuran tubuh yang lebih besar daripada udang-udang biasanya.
2. Tubuh mereka terbagi menjadi beberapa bagian yaitu bagian kepala dan dada (cephalotorax), bagian perut (abdomen), serta bagian ekor (uropod).
3. Tubuh udang windu tertutupi oleh lapisan eksoskeleton yang cukup keras. Lapisan ini disebut carapace dan tersusun atas zat kitin. Lapisan ini terlihat jelas membungkus mulai dari bagian cephalotorax hingga bagian ekor.
4. Mempunyai sepasang antenna dan sepasang antenulla pada bagian kepala. Antenna merupakan semacam sungut yang besar dan panjang. Antenna ini berfungsi untuk mendeteksi mangsa di sekitarserta berguna juga sebagai sensor jarak jauh. Sedangkan antenulla adalah sejenis sungut juga melainkan lebih kecil dan pendek dari antenna. Antenulla ini sama-sama berjumlah sepasang dan bertugas sebagai organ keseimbangan.
5.Pada ujung atas kepala memiliki semacam cucuk tajam yang dinamakan rostrum. Rostrum adalah perpanjangan dari lapisan carapace yang meruncing dan bertugas sebagai alat pertahanan tubuh.
6. Memiliki sepasang maxillapoda, sejenis capit kecil yang bertugas sebagai organ pembawa makanan ke dalam rahang mulut. 
7. Pada bagian bawah dari cephalotorax terdapat lima pasang kaki gerak atau pereiopod. Sedangkan pada sisi bawah bagian abdomen terdapat lima pasang kaki renang yang kecil.
8. Memiliki ekor yang disebut sebagai uropod. Uropod ini berfungsi sebagai pengendali dan penentu arah gerak dari udang windu. Pada uropod terdapat salah satu ujung runcing yang disebut sebagai telson. Telson ini berfungsi untuk keseimbangan.

Habitat udang windu yang sebenarnya adalah laut, meskipun sering juga ditemukan di perairan yang payau. Mereka biasa hidup di air dengan salinitas berkisar antara 15-30 ppt. Sebenarnya, lingkungan tempat tinggal antara spesies yang dewasa dan yang masih muda itu berbeda. Udang windu muda (juvenil) akan memilih habitat di perairan yang dangkal seperti di sekitar muara atau bahkan daerah hutan mangrove saat terjadi pasang air laut. Ketika mereka beranjak dewasa, mereka akan pindah ke daerah perairan yang lebih dalam dengan kedalaman kurang lebih 20-50 meter. Penaeus monodon dewasa lebih suka daerah dengan kondisi perairan yang tenang dan jernih. Terkadang kita bisa menemukan mereka sedang berenang di dekat dasar perairan ataupun juga berjalan di substratnya.

Bicara soal habitat tentu tidak bisa lepas dari persebaran atau distribusi. Udang windu sendiri memiliki distribusi yang cukup mendunia. Hal ini dikarenakan banyaknya bermunculan pembudidaya serta peternak udang windu di berbagai pelosok bumi. Beberapa daerah yang memiliki keunggulan dalam pendistribusian udang windu adalah daerah-daerah di pesisir Indochina, Indonesia, Jepang, Taiwan, hingga ke Laut Merah di benua Afrika.

Udang windu atau udang macan memiliki pencernaan yang sederhana. Sistem pencernaan mereka secara mendasar bisa dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian depan, tengah, dan belakang. Pada bagian depan terdapat dua organ pencernaan berupa oseophagus dan lambung yang disebut proventriculum. Fungsi dari oseophagus ini sama dengan kerongkongan pada hewan-hewan lain, dimana oseophagus ini akan menerima makanan yang masuk dan menyalurkannya menuju lambung untuk dicerna dengan enzim-enzim tertentu. Setelah dicerna, makanan akan dialirkan menuju bagian tengah dari sistem pencernaan. Di sini terdapat usus tengah atau mesenteron yang berfungsi sebagai penyerap sari-sari makanan yang ada. Kemudian, sistem pencernaan akan berakhir pada bagian belakang dimana terdapat usus belakang atau prodacteum yang akan mengalirkan sisa-sisa pencernaan keluar melalui anus di bagian ujung abdomen.


Udang windu merupakan hewan yang berisfat nokturnal. Mereka akan aktif untuk mencari makan ataupun berkembang biak pada malam hari dan lebih memilih untuk bersembunyi di antara bebatuan di saat siang. Spesies udang windu rata-rata merupakan hewan karnivora, meskipun telah ditemukan juga kasus dimana mereka menjadikan algae sebagai makanan mereka. Udang windu sendiri memiliki makanan yang cukup beragam. Didominasi oleh hewan-hewan invertebrata air kecil, mereka juga memakan biota perairan yang lain seperti udang kecil, kerang, dan juga ikan-ikan kecil. 
Sebagai hewan yang berhabitat di air, udang menggunakan insang sebagai organ pernafasan mereka. Berbeda dengan insang milik ikan, insang udang windu terletak pada ujung awal dari maxillapoda dan kaki gerak mereka, terlindung dengan baik di dalam lapisan carapace di bagian cephalotorax.

Layaknya biota yang lain, udang windu juga memiliki daur hidup atau fase-fase yang harus dilalui selama hidupnya. Awalnya, udang windu muda akan menyukai daerah-daerah dangkal seperti muara air payau yang salinitasnya rendah. Seiring dengan berjalannya usia, mereka akan pindah ke habitat yang lebih dalam, lebih tenang, dan lebih jernih untuk membantu proses pertumbuhannya. Udang yang bercorak seperti macan ini akan mencapai kematangan secara seksual pada usia 1,5 tahun. Setelah mencapai fase tersebut, mereka akan melakukan perkawinan dan kemudian menghasilkan keturunan mereka yang baru. Umumnya, perkawinan udang windu terjadi pada waktu malam, lebih sering lagi ketika sedang bulan purnama.

Proses pembuahan yang dilakukan oleh udang windu terjadi melalui beberapa tahap, yaitu :
1. Udang windu jantan akan melepaskan sperma dari petasma atau gonofor jantan yang terletak di pasangan kaki jalan ketiga.
2. Sperma tersebut akan dimasukkan ke dalam tellicum atau gonofor betina yang berposisi di pasangan kaki jalan kelima tubuh spesies betina.
3. Induk betina akan mengeluarkan sel telur dan terjadilah pembuahan.
4. Telur hasil pembuahan tersebut akan dilepas ke badan air dan melayang-layang di sekitar dasar perairan yang dalam selama beberapa waktu.
5. Telur tersebut akan tumbuh menjadi larva planktonik yang secara bertahap akan naik ke permukaan.
Larva udang windu yang baru menetas dari telurnya tidak serta-merta menyerupai bentuk tubuh yang sama seperti udang windu dewasa. Mereka harus melalui beberapa tahap terlebih dahulu baru akan mempunyai ciri-ciri seekor udang windu yang telah dewasa. Tahap-tahap tersebut adalah:
1. Nauplius : Durasi dari tahap ini memakan waktu sekitar 46-50 jam dan mengalami 6 kali pergantian kulit (moulting).
2. Zoea : Lama waktu fase zoea sekitar 96-120 jam dan mengalami moulting sebanyak 3 kali.
3. Mysis : Durasi waktu dan jumlah pergantian kulit sama dengan fase zoea. Pada fase ini, bentuk tubuh sudah mulai menyerupai udang dewasa namun berukuran sangat kecil.
4. Post-larva : Semakin mirip dengan spesies yang dewasa dan mengalami pertambahan ukuran tubuh.
5. Juvenille : Disebut juga sebagai udang muda.
6. Udang dewasa.
Udang windu merupakan salah satu komoditas perikanan yang sangat penting dalam perekonomian global. Menurut data dari Monterey Bay Aquarium (2013), seluruh proses budidaya, peternakan, dan juga penangkapan udang windu secara tradisional maupun modern telah mencakup total 47% dari keseluruhan produksi udang serta lobster di dunia. Sebuah angka yang menunjukkan bahwa permintaan masyarakat akan tiger shrimp ini sangat tinggi. Masyarakat di seluruh dunia memanfaatkan udang windu sebagai sumber makanan. Udang windu sangat digemari karena beberapa hal. Diantaranya adalah kandungan gizinya yang tinggi, kadar lemaknya yang rendah, dan yang pasti rasanya lebih gurih dan enak.
Sumber :
http://exploreoursea.blogspot.com/2014/01/lebih-dekat-dengan-udang-windu_15.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar