
A.    Biosecurity Budidaya Perairan.
1.      Devinisi Biosecurity
Biosecurity
 merupakan suatu tindakan yang dapat mengurangi resiko masuknya penyakit
 dan penyebarannya dari suatu tempat ke tempat lainnya . 
Biosecurity juga dapat diartikan sebagai tindakan untuk mengeluarkan 
pathogen tertentu dari kultivan yang dibudidayakan di kolam induk, 
pembenihan, maupun kolam pembesaran dari suatu wilayah atau negara 
dengan tujuan untuk pencegahan penyakit .
2.      Tujuan Biosecurity Pada Budidaya Perairan
Pembudidaya
 perairan di Indonesia melakukan biosecurity dengan berbagai macam 
tujuan, antara lain yang umum dilakukan yaitu untuk:
a.       Memperkecil resiko hewan yang dibudidayakan terserang penyakit.
b.      Mendeteksi secara dini adanya wabah penyakit.
c.       Menekan kerugian yang lebih besar apabila terjadi kasus wabah penyakit.
d.      Efisiensi pada waktu, pakan, dan tenaga.
e.       Agar kualitas hewan yang dibudidayakan lebih terjamin.
B.     Penerapan Biosecurity Pada Kegiatan Budidaya Perairan
Penerapan
 biosecurity pada kegiatan budidaya perairan berbeda-beda tergantung 
pada  jenis hewan yang dibudidayakan, serta tempat dilakukannya budidaya
 hewan tersebut. Di bawah ini terdapat contoh penerapan biosecurity dari
 jenis kegiatan usaha budidaya lele sangkuriang berdasarkan pada panduan
 Panen Lele 2,5 Bulan . Penerapan biosecurity pada 
budidaya lele sangkuriang khususnya ditujukan pada dua hal, yaitu upaya 
pencegahan dan upaya pengobatan seperti dijelaskan pada uraian di bawah 
ini:
1.      Upaya Pencegahan
Untuk
 mencegah masuknya wabah penyakit ke dalam kolam pembesaran lele atau 
mencegah meluasnya wilayah yang terkena serangan penyakit dalam upaya 
mengurangi kerugian produksi akibat timbulnya wabah penyakit. Beberapa 
tindakan upaya pencegahan antara lain melalui sanitasi kolam, alat-alat,
 ikan yang dipelihara, serta lingkungan tempat pembesaran. 
a.      Sanitasi Kolam
Sanitasi
 kolam dilaksanakan melalui pengeringan, penjemuran, dan pengapuran 
dengan kapur tohor atau kapur pertanian sebanyak 50-100 gram/m2
 yang ditebar secara merata di permukaan tanah dasar kolam dan 
sekeliling pematang kolam. Bahan lain yang bisa digunakan untuk sanitasi
 kolam di antaranya methyline blue dengan dosis 20 ppm dan 
dibiarkan selama 2 jam. Kemudian kolam dimasuki air baru dan ditebari 
ikan setelah kondisi air kembali normal.
b.      Sanitasi Perlengkapan dan Peralatan
Perlengkapan
 dan peralatan kerja sebaiknya selalu dalam keadaan suci hama. Caranya 
dengan merendam peralatan dalam larutan PK atau larutan kaporit selama 
30-60 menit. Pengunjung dari luarpun sebaiknya tidak sembarangan 
memegnag atau mencelupkan bagian tubuh ke dalam media air pemeliharaan 
sebelum disucihamakan.
c.       Sanitasi Ikan Tebaran
Benih
 lele sangkuriang yang akan ditebarkan sebaiknya selalu diperiksa 
dahulu. Bila menunjukkan gejala kelainan atau sakit maka lele tersebut 
harus dikarantina terlebih dahulu untuk diobati. Benih lele sangkuriang 
yang akan ditebar dan dianggap sehatpun sebaiknya disucihamakan terlebih
 dahulu sebelum ditebar. Caranya dengan merendam benih dalam larutan methyline blue
 20 ppm. Lama perendaman masing-masing selama 10-15 menit. Bila sanitasi
 ikan tebaran akan menggukan obat-obatan alam, dapat dilakukan dengan 
cara merendam benih lele sangkuriang dalam ekstrak cairan sambiloto 
dengan dosis 25 ppm, ekstrak cairan rimpang kunyit dengan dosis 15 ppm, 
atau ekstrak cairan daun dewa dengan dosis 25 ppm. Lama perendaman 
masing-masing selama 30-60 menit.
d.      Menjaga Lingkungan Tempat Pembesaran
Upaya
 lain perlindungan gangguan dari penyakit lele sangkuriang adalah dengan
 menjaga kondisi lingkungan atau kondisi ekologis perairan. caranya, 
setiap kolam pembesaran lele sangkuriang diusahakan mendapat air yang 
baru dan masih segar, telah melalui sistem filtrasi, dan bahan-bahan 
organik seperti sampah sedapat mungkin dihindari masuk ke dalam kolam.
2.      Upaya Pengobatan
Tindakan
 penanggulangan penyakit ikan melalui pengobatan diupayakan agar lele 
sangkuriang sembuh tanpa membahayakan keselamatannya karena keracunan 
obat. Untuk itu, perlu diketahui gejala-gejala umum yang timbul, 
kemudian dilakukan diagnosis untuk menemukan faktor penyebabnya. Setelah
 itu barulah ditentukan cara pengobatannya. Setelah secara pasti faktor 
penyebabnya diketahui, kemudian ditentukan pula jenis obat yang akan 
digunakan serta dosisnya yang tepat sehingga tercapai efisiensi 
penggunaan obat dan efektifitas pemberantasannya. Beberapa teknik 
pengobatan yang dianjurkan dan biasanya diterapkan dalam mengobati ikan 
terinfeksi suatu penyakit antara lain pencelupan, perendaman, usapan, 
dan pemberian obat melalui pakan. 
a.      Pencelupan
Pencelupan
 adalah cara pengobatan dengan menggunakan obat-obatan alami atau bahan 
kimia pada konsentrasi tinggi (ratus/ribuan ppm) dengan waktu pengobatan
 sangat pendek. Perlu kehati-hatian dalam pengobatan melalui cara ini, 
terutama melihat kondisi ikan yang sakit. Bila kondisi ikan sudah 
terlalu lemah sedangkan daya racun obat sangat tinggi maka ikan bisa 
mati. Cara pengobatan ini dilakukan dengan menangkap lele sangkuriang 
yang terinfeksi menggunakan serok, kemudian lele bersama serokannya 
dicelupkan kedalam larutan obat yang telah disiapkan selama 30-60 detik.
 Lele yang telah diobati kemudian dipindahkan ke tempat penampungan 
sambil diberi aerasi dengan air mengalir. 
b.      Perendaman
Pengobatan
 melalui perendaman biasanya menggunakan larutan obat tertentu pada 
konsentrasi relatif rendah. Waktu yang digunakan untuk perendaman cukup 
panjang yaitu sampai 24 jam. Pengobatan dengan teknik perendaman ini 
dilakukan 3-5 kali berturut-turut selama 3-5 hari. Setiap kali selesai 
mengobati, ikan dipindahkan ke tempat yang berisi air bersih sambil 
diberi pakan. 
c.       Usapan/olesan
Pengobatan
 dengan cara ini dilakukan dengan mengoleskan obat tepat pada bagian 
yang luka. Selanjutnya ikan yang sudah diobati dipindahkan kedalam air 
mengalir agar sisa obat yang beracun bagi ikan cepat tercuci. 
d.      Pemberian obat melalui pakan
Pengobatan
 ini terutama ditujukan bagi lele sangkuriang yang terinfeksi bakteri 
pada organ tubuh bagian dalam. Obat yang akan digunakan dicampurkan ke 
dalam pakan ikan sesuai dosis yang dianjurkan. Pakan yang telah dicampur
 obat diberikan kepada lele yang akan diobati sebanyak 2-3% biomassa, 
diberikan 3 kali per hari.
C.    Jenis Penyakit Yang Menyerang Lele Sangkuriang
Terkait
 upaya biosecurity pada kegiatan budidaya lele sangkuring maka perlu 
diketahui jenis-jenis penyakit yang biasanya menyerang lele sangkuriang.
 Hal ini perlu dilakukan karena tanpa mengetahui dengan pasti jenis 
penyakit yang menyerang maka kita tidak dapat melakukan tindakan yang 
tepat dalam upaya mencegah penyebaran penyakit tersebut lebih luas. 
Selain itu dengan mengetahui jenis penyakit yang menyerang maka dapat 
ditentukan jenis obat yang tepat untuk mengobati lele sangkuriang yang 
terinfeksi. Jenis-jenis penyakit yang biasanya menyerang lele 
sangkuriang digolongkan menjadi 2 golongan yaitu zooparasite dan 
fitoparasit. 
1.      Zooparasite.
Zooparasite merupakan parasit yang tergolong dalam dunia hewan (animal) diantaranya yaitu cyclochaeta ( Trichodina sp.) dan bintik putih. 
a.      Cyclochaeta ( Trichodina sp.)
Trichodina sp. berkembang biak dengan cara membelah diri. Selama hidupnya Trichodina sp. berada dalam tubuh ikan. Pada bagian bawah Trichodina
 sp. terdapat mulut yang dilingkari suatu alat dari zat kitin berjumlah 
20-30 buah yang berfungsi sebagai alat untuk menempel pada tubuh, 
sebagai insang, dan sebagai alat penghisap. Gejala infeksi pada lele 
sangkuriang yang terkena Trichodina sp. yaitu pada bagian luar 
tubuh yang terkena infeksi menjadi berwarna pucat, banyak mengeluarkan 
lendir serta mengalami pendarahan. Warna tubuh pucat dan tingkah laku 
yang tidak normal ditandai dengan menurunnya ketahanan tubuh, terjadi 
penurunan berat badan, dan terjadi iritasi pada kulit. Upaya pencegahan 
yang dapat dilakukan yaitu dengan memelihara kondisi lingkungan, kolam 
didesinfektan sebelum dilakukan penebaran ikan, jika memungkinkan Trichodina
 sp. harus di hambat agar tidak masuk ke kolam, menjaga populasi lele 
sangkuriang seoptimal mungkin, serta pakan harus tersedia dalam jumlah 
dan mutu yang cukup. 
b.      Bintik putih (white spot)
Parasit
 ini sering dijumpai pada lele sangkuriang dan terlihat seperti 
bintik-bintik putih sehingga disebut penyakit bintik putih (white spot).
 Bintik putih menyerang lele sangkuriang secara berkelompok, membentuk 
koloni yang bersarang pada lapisan lender kulit, sirip, hingga lapisan 
insang. Gejala infeksi pada lele sangkuriang yang terkena bintik putih 
yaitu mengeluarkan lendir, tubuhnya pucat, pertumbuhannya lambat, 
terjadi iritasi, dan lele tampak menggosok-gosokkan tubuhnya ketepi 
kolam. Pada lele sangkuriang yang terinfeksi lebih lanjut akan terlihat 
meloncat-loncat ke permukaan air, napsu makan berkurang, terjadi 
perubahan warna, gerakan menjadi lambat, dan tidak responsive terhadap 
rangsangan. Pengobatan penyakit bintik putih agak sulit dilakukan karena
 bintik putih hidup pada kulit ikan lele sangkuriang dan terbungkus oleh
 selaput lendir ikan sehingga larutan obat tidak dapat meresap dan 
mengenai parasit tanpa merusak selaput lendir ikan. 
2.      Fitoparasit
Fitoparasit
 adalah jenis parasit yang tergolong dalam dunia tanaman (plant 
kingdom). Dari golongan fitoparasit yang paling dikenal dan sering 
menyerang lele sangkuriang yaitu dari jenis jamur atau fungi. Jamur atau
 fungi ini memiliki bentuk menyerupai benang-benang halus dan sangat 
berbahaya bagi benih dan telur ikan. Gejala lele sangkuriang yang 
terkena infeksi jamur yaitu pada badan lele sangkuriang terdapat 
benang-benang halus berwarna putih seperti kapas. Jika tidak segera 
ditangani maka semakin lama lele menjadi kurus dan akhirnya mati karena 
jamur mampu menembus kulit bagian dalam terus masuk ke jaringan otot 
bahkan sampai ke tulang. Sasaran penyakit jamur ini bukan saja benih 
atau ikan dewasa, tetapi telur pun sangat mudah terinfeksi. Penyerangan 
terjadi terutama pada lele yang sebelumnya sudah terjangkiti parasit 
lain atau mengalami luka fisik sehingga penyerangan jamur ini merupakan 
infeksi sekunder/ infeksi kedua. Mewabahnya penyakit ini sering terjadi 
pada kondisi lingkungan yang banyak mengandung bahan-bahan organik dan 
sedang terjadi pembusukan. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan 
antara lain:
-          Menghindari penanganan luka pda tubuh ikan pada saat panen atau penanganan pasca panen.
-          Memberikan obat antibiotik dengan dosis rendah (0,5-1 ppm) pada media pengangkutan atau penampungan ikan.
-          Merendam telur lele sangkuriang dalam antibiotik sebelum dimasukkan ke tempat penetasan telur.
-          Memberikan antibiotik pada media penetasan telur dengan dosis redah.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Penerapan Biosecurity Dalam Budidaya Udang.
Diakses pada 25 Mei 2010 pk.08.05 WIB
Basahudin, M. S. 2009. Panen Lele 2.5 Bulan. Jakarta: Penebar Swadaya.
JOHAN NASHRUDDIN. 2010. Penerapan
 Biosecurity Pada Pembesaran Udang Vannamei (Litopeneaus vannamei) 
Secara Intensif di PT. Centralpertiwi Bahari Kampung Bratasena Adiwarna 
Kecamatan Gedung Meneng Kabupaten Tulang Bawang Propinsi Lampung.
Diakses pada 24 Mei 2010 pk.07:53 WIB.
Nofiyanta, Jaka. 2010. Kajian Penerapan Biosecurity Pada Pembesaran Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) Di PT. Surya Windu Kartika Desa Bomo Kecamatan Rogojampi Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur.
http://www.aps.apsidoarjo.ac.id/index.php?option=com_rokdownloads&view=file&task=download&id=49%3Akajian-penerapan-biosecurity-pada-pembesaran-udang-vannamei&Itemid=123&lang=in.
 
Diakses pada 24 Mei 2010 pk.07:51 WIB.
Sari, Rohita. 2007. Konsep Biosecurity.
http://biosekuritiakuakultur.blogspot.com/2007/12/cacing-cestoda.html. 
Diakses pada 245 Mei 2010 pk.0756 WIB.
Sucipto, Adi. 2009. Ikan Mas Dan KHV.
Diakses pada 25 Mei 2010 pk.08.11 WIB
 

 
 