Sabtu, 15 September 2018

BUDIDAYA IKAN HIAS HIU AIR TAWAR ( HIU BALA )



                                         
Bala hiu, Balantiocheilos melanopterus, juga dikenal sebagai hiu tricolor, hiu perak, atau hiu ikan kecil, adalah spesies ikan dari keluarga Cyprinidae, dan merupakan salah satu dari dua spesies dalam genus Balantiocheilos. Jenis ini tidak hiu benar, tetapi umumnya disebut demikian karena tubuh berbentuk torpedo dan sirip besar. Hal ini terancam karena populasi menurun sebesar 50% dalam 10 tahun terakhir.
B. melanopterus terdaftar sebagai spesies yang terancam punah oleh IUCN Red List. Hal ini telah menjadi langka atau punah di banyak daerah aliran sungai dari daerah asalnya. Di Danau Sentarum (Kalimantan), nelayan sudah dilaporkan pada tahun 1993 dan 1995 bahwa populasi telah menurun secara dramatis setelah 1975, tanpa alasan yang jelas.
Nelayan disebutkan penangkapan ikan yang berlebihan untuk perdagangan akuarium-ikan atau kebakaran hutan pada tahun 1975 dan polusi yang dihasilkan sebagai kemungkinan penyebab. Spesies ini rupanya punah di Batang Hari cekungan (Sumatera) dan tampaknya bahwa semua individu dari B. melanopterus diekspor dari Indonesia dan Thailand oleh perdagangan akuarium-ikan hasil penangkaran.
Distribusi
Hiu bala terjadi di Semenanjung Malaya, Sumatra, dan Kalimantan. catatan sebelumnya lebih lanjut Utara di Phraya Sungai Mekong dan Chao adalah karena kebingungan dengan B. ambusticauda baru-baru ini dijelaskan dan mungkin punah (meskipun kehadiran setiap Balantiocheilos di Mekong dipertanyakan).  Ikan balashark termasuk suku cyprinidae, mudah stres karena fluktubih lingkungan air yang tinggi, gerakan lincah, suka melompat bila ukuran sudah lebih 2 inchi. Tetapi untuk larva masih menyukai kondisi air yang stagnan dan fluktuasi suhu yang kecil. Ketinggian air adalah salah satu untuk menciptakan fluktuasi suhu, dengan ketinggian tertentu suhu air yang stabil. Pemeliharaan larva balashark dengan ketinggian air yang berbeda dalam kondisi gelap telah diteliti untuk mendukung produksi benih yang efisien.
Klasifikasi Ikan Balashark
Nama Indonesia : Bala-bala; Ketutung
Common Name  : Bala Shark; silver shark
Nama Latin     : Balanticheilus melanopterus
Klasifikasi       : Ordo Cypriniformes, familia Cyprinidae

 Morfologi
Ikan ini memiliki tubuh perak dengan margin hitam di punggung mereka, ekor, anal, dan sirip perut. Mereka memiliki mata besar untuk menemukan dan menangkap mangsa mereka. Hiu bala akan tumbuh dengan panjang maksimum 35 cm (14 in).
Lingkungan Hidup
Mereka adalah ikan kuat yang akan mentolerir perubahan suhu, perubahan pH, dan faktor lain yang ikan lain mungkin sensitif. PH air harus 6,0-8,0. Kesadahan air lebih baik untuk spesies ini lembut untuk media (5,0-12,0 Bina Marga). Suhu air harus dijaga antara 22-28 ° C (72-82 ° F).  Hiu bala lebih suka disimpan dalam kelompok dua atau lebih spesimen. Hal ini membutuhkan akuarium tertutup karena merupakan terampil jumper.
Pakan Calon Induk
            Induk balashark diberikan pakan yaitu kombinasi pellet dengan pakan hidup seperti cacing tanah, dan maggot.Pematang induk ikan dipengaruhi oleh kandungan asam amino yaitu asam glutamat, alanin dan leusin Sedangkan ikan air tawar memerlukan asam lemak Linoleat dan Linolenat . Asam Linoleat dan Linolenat menyebabkan nafsu ikan meningkat. Berdasarkan hasil riset kombinasi pakan yang baik untuk pematangan gonad yaitu 90% pelet dan 10%pakan hidup. Respon pematang gonad ikan balasan terhadap kombinasi   pelet 90% dan larva maggot 10% atau cacing tanah 10% lebih baik dibandingkan pakan pelet 100%”. Pelet yang diberikan  yang dapat direspon oleh induk balashark dan mengandung protein minimal 35% serta mengandung Vitamin E.
Tingkat Pematangan Gonad Induk Balashark
Tingkat kematangan gonad induk balashark dilihat secara morfologi adalah sebagai berikut; TKG (Tingkat Kematangan Gonad) 0, TKG 1, TKG 2 dan TKG 3. Perubahan kematangan dapat dilihat dengan cara morfologi baik dari arah panjang maupun samping yang didasarkan lokasi pembesaran perut. Pematangan gonad sangat mempengaruhi oleh musim  dimana pada musim hujan induk dengan pakan yang cocok  akan matang gonad baik yang dipelihara di bak beton maupun kolam.
            Untuk mengatasi hal tersebut agar produksi berkesinambungan, salah  satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan perlakuan hormon reproduksi terhadap induk ikan melalui implan pelet hormon untuk perlakuan jangka panjang. LHRH-a diberikan tetap dengan dosis tertentu, berfungsi untuk mendorong sekresi gonadotropin ( GtH)  dari kelenjar hipofisis, diduga dapat menjamin kepastian pematang oopsi. Pemberian hormon reproduksi telah banyak dilakukan untuk mempercepat pematang gonad dan pemijahan ikan, seperti penyuntikan secara akut hormon chorionic gonadotrohin terhadap ikan patin jampal.
            Hormon diberikan dengan teknik implantasi secara intramuskular, yang dicampur dengan kholesterol sebagai pengikat dan dikemas dalam bentuk pelet. Implant hormon dilakukan dibagian belakang sirip punggung menggunakan jarum’’implanter’’. Sebelum ikan di implant sebaiknya dilakukan pembiusan atau anastesi lebih dulu dengan 2-Phenoxy-etanol dengan konsentrasi. Hasil dari implantasi hormon ini menunjukan pada musim kemarau dapat terjadi kematang gonad ditandai dengan peningkatan diameter oosit.
Cara Pemijahan Buatan
            Pemijahan ikan balashark dengan rangsangan hormon atau induced spawning. Penyuntikan dengan hormon ovaprim dan HCG dilakukan 2 kali. Penyuntikan pertama 0,15 mL ovaprim dan 50 iu HCG per kg bobot ikan atau 1/3 dosis. Suntikan ke dua, 0,35 mL ovaprin dan 250 iu HCG  atau 2/3 dosis. Internal penyuntikan pertama kepenyuntikan ke dua, 5 jam dan 9-11 jam kemudian ikan balashark sudah ada ovulasi. Kondisi oosit setelah suntikan hormon kedua akan mengalami pematangan ditandai adanya.
            Perubahan migrasi inti telur dari posisi sentral kearah tepi dinding telur yang diikuti pemecahan inti atau GVBD (Germinal Vesicle Break down) dimana telur siap di striping atau ovulasi. Pengeluaran telur maupun sperma dilakukan dengan cara pengurutan bila inti oosit telah sampai stadium GVBD dan siap dibuahi oleh sperma yang menjadi dasar prosedur pembuahan buatan. Proses migrasi inti telur dimana telur dengan kondisi GVBD induk siap di striping. Metode pembuahan telur digunakan metoda kering, artinya proses pembuahan  (pencampuran telur dan sperma) setelah pembuahan baru telur dibilas dengan air sampai bersih dan siap di tetaskan terjadi tanpa adanya media air hanya ada cairan ovaprim.
Pekembangan Larva Balashark
            Telur balashark rata-rata berdiameter 1,2-1,3 mm dan menetas setelah 13 jam pada suhu 26-28oC, embrio keluar dari telur menjadi larva ukuran 4,5 mm, dengan kuning rata-rata 1,1 mm. Akhir periode perkembangan awal makan di hari ke2 (5,7 mmPT). Hari ke3 sudah mulai mencari makan, hari ke4 atau hari ke5 bukaan mulut 6,3 mm PT mulut sudah terbuka lebar, cara demikian  memungkinkandapat menelan mangsa yang lebih besar seperti naupli Artemia. Pertumbuhan larva relatif cepat yaitu sekitar 0,8 mm per hari. Pertumbuhan allometrik yang positif dari mulut berlangsung hingga hari ke8, ketika lebar mulut dan bukaannya mencapai dimensi terbesar yang berhubungan dengan ukuran ikan (masing-masing 10,2 dan 6,3% PT).
            Seperti cyprinid lainnya, balashark memiliki perut yang belum jelas, sehingga ontogeni dari usus belum dapat ditemukan dari krtiteria morfologi, berlawanan dengan banyak takson ikan lainny. Gelembung renang mulai terbentuk di awal hari ke2 dan terisi pada hari ke3 (5,9 mm PT), tetapi pemisahan antara ruang depan dan belakang tidak berlangsung sebelum balashark mencapai panjang total 9,5 mm (hari ke9 atau ke10). Urutan perkembangan siripnya adalah khas cyprinid, dan mengikuti pola ekor ke kepala, kecuali untuk sirip-sirip dada, sudah berbentuk pada saat umur ikan 1 hari (5,3 mm PT) (Baras, 2006).
            Sirip ekor pertama muncul pada hari ke6 (6,6 mm PT), sebelum lenturnya notochord pada hari ke8 (8,0 mm PT), sedangkan cuping atas dan bawah dari sirip ekor tidak terbentuk sebelum hari ke10 (9,9 mm PT). Sirip perut dan bagian sirip mulai memanjang pada hari ke10 (9,9 mm PT), sedikit sebelum sirip dubur (hari ke10 atau ke11), sirip-sirip punggung dan bagian-bagian sirip dari sirip-sirip dada hari ke11 (11 mm PT). Berdasarkan kepada penyatuan dari lipatan sirip perut dan ekor, dan pada kepanjangan sirip yang berhubungan dengan ukuran ikan, transasi  antara tingkat larva dan benih terjadi pada panjang total 17 mm (panjang standar yang sesuai 13,7 mm). Pada tingkat ini , tutup sisik belum berkembang tetapi benih ikan sudah memperlihatkan pola pigmentasi yang khas dari yang dewasa pada sirip-sirip perut, dubur, punggung dan  ekor, sementara pigmentasi pada sirip-sirip punggung masih pada tahap sangat awal.
Perawatan Larva
            Perawatan larva merupakan tahapan yang paling kritis dalam siklus hidup ikan. Oleh karena itu, guna mendapatkan kelangsungan hidup yang tinggi, larva perlu ditangani secara hati-hati. Dalam penanganan yang perlu diperhatikan antara lain pemberian pakan, pergantian air dan wadah serta pengangkutan.
Pemberian  Pakan
            Larva ikan membutuhkan pakan untuk mempertahankan hidup dan pertumbuhannya. Larva ikan yang baru menetas di lengkapi dengan kuning telur dan butir minyak sebagai pakan cadangan. Larva ikan yang baru menetas dilengkapi dengan kuning telur dan butir minyak sebagai pakan cadangan. Larva balashark  mulai ±3 hari mulai berusaha mencari makanan, biasanya cadangan kuning telur telah menipis dan sebaiknya sudah diberi pakan. Jenis pakan naupli artemia ukuran ±0,430 mm (telur artemia yang menetas sekitar 1 hari) dan diberikan pada larva selama 5 hari. Untuk selanjutnya diberi pakan artemia, moina atau dapnia. Sebaiknya artemia bersih artinya tidak ada cakangnya karena tidak bisa dicerna akibatnya larva bisa mati, sedangkan moina dan dapnia bersih organisme seperti copepoda. Pakan berupa artemia dan diberikan secara adlibitum dengan frekuensi pemberian pakan 3 kali  hari yaitu jam 8.30, jam 15.30 dan jam 20.30 kemudian setelah 20 hari diberi cacing, lama pemeliharaan 25 hari.
Air dan Wadah
            Pergantian air sebaiknya setelah penyiponan yaitu pengambilan/menyedot sisa makan dengan menggunakan selang. Pengganti air sebaik pada larva umur 1-15 hari sebanyak       10-20% dari volume total dan selanjutnya bisa lebih dari 20%. Air pengganti sebelumnya harus diendapkan dan diaerasi sehari semalam. Kepadatan penebaran 10 ekor per liter. Kedalaman air berkisar 10-20 cm, wadah pemeliharaan berupa plastik, fiber atau akuariaum. Hasil penelitian ketinggian air 10 cm dan wadah gelap lebih baik dibanding ketinggian air   10 cm  wadah gelap lebih baik dibanding ketinggian air 20 cm dan wadah yang terang.
            Larva balashark umur 2 hari (larva belum mulai makan) panjang rata-rata 0,8 cm dan berat 0,0026 gr ditebar dengan kepadatan 10 ekor/liter lama pemeliharaan 25 hari. Wadah yang digunakan akuarium ukuran 50x25x20 cm. Faktor pertama dalm pemeliharaan larva adalah ketinggian air, ketinggian media air yaitu 10 cm dan 20 cm faktor kedua adalah suasana gelap dan terang, suasana gelap dapat meningkatkan pertumbuhan dan sintasan larva.  Hasil pemeliharaan larva dalam akuarium dengan keadaan gelap dan terang sebagai berikut :
Pada kedalaman 10 cm kondisi terang panjang total berkisar 1,32-1,59 cm dan kedalaman sama kondisi gelap panjang total berkisar 1,37- 1,70 cm, sedangkan kedalaman 20 cm kondisi terang 1,23-1,37 cm dan pada kedalaman 20 cm kondisi gelap berkisar 1,18-1,50 cm.
Pengangkutan
            Untuk mengangkut larva balashark umur 3 hari dalam jarak jauh sekisar 5 jam, bisa menggunakan plastik. Setelah pengangkutan tingkat kelangsungan hidup 90 – 98% setelah dipelihara 1 bulan. Sebelum pengangkutan ikan dipuasakan selama 1 hari. Dalam pengangkutan untuk plastik ukuran volume air ± 3 liter diisi larva 150- 250 ekor dengan perbandingan air : oksigen : 1:1. Sebelum ikan ditebar dalam wadah pemelihara, sebaiknya  dipersiapkan air media sudah diaerasi 1 sehari semalam, larva ditebar dengan kepadatan 10 ekor per liter dan dikasih pakan 1 hari setelah tebar.

Sumber :
https://elfianpermana010.wordpress.com/2016/12/09/makalah-ikan-hias-pembenihan-ikan-balashark/
Chumaidi, dkk. 2011. Teknik Pembenihan Ikan Balashark. Depok. Balai Riset Budidaya Ikan  Hias
Mokoginta,1989. Asam  Linoleat dan Linolenat menyebabkan nafsu makan ikan.
http://mynewblogfitri.blogspot.co.id/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar