
Proses pengangkutan hasil perikanan mempunyai arti sangat penting, pengangkutan dalam kondisi produk perikanan hidup dan kondisi mati, atau kondisi basah maupun kering.
Pada pasaran internasional saat ini terjadi suatu kecenderungan pergeseran suatu permintaan pasar untuk komoditas perikanan yaitu dari bentuk mati (beku, olahan lain) ke bentuk hidup. Dalam hal ini tentu saja menimbulkan banyak masalah karena pengangkutan ikan dalam kondisi hidup disamping mempunyai resiko tinggi juga biaya yang tinggi.
Untuk pengangkutan ikan ukuran
konsumsi misalnya, sangat diharapkan dapat mempertahankan kualitas ikan melalui
dari daerah pemanenan sampai daerah pemasaran.Ikan untuk ukuran konsumsi
ukurannya yang biasa dipasarkan adalah 500 sampai 100 gram.Pada transportasi
ikan ukuran konsumsi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengangkutan ikan
dalam air dan tanpa air atau dalam kondisi lembab (Martyshev,1983).
Sedangkan untuk Transportasi
benihmerupakan bagian penting dalam kegiatan budidaya ikan yang sangat
menentukan keberhasilan usaha di tahap selanjutnya. Sesuai dengan namanya, transportasi
ikan hidup bertujuan agar ikan yang ditransportasikan tetap dalam kondisi hidup
hingga ikan tersebut ditebar di tempat tujuan.
Kerusakan benih ikan,dapatsaja
terjadi bila terjadi kesalahan dalam cara penanganan dalam proses transportasi
benih.Dalam pengangkutan benih resiko kematiannya besar, karena pada waktu
diangkut benih masihdalam keadaan lemah.
Perdagangan ikan hidup disebabkan
karena harganya yang dapat mencapai tiga sampai empat kali lipat harga ikan
mati. Teknologi transportasi ikan hidup yang sesuai dengan tuntutan komoditi
dan kondisi sangat diperlukan. Keberhasilan transportasi ikan dapat ditentukan
oleh kualitas kemasan yang digunakan. Kemasan berfungsi sebagai wadah,
pelindung, penunjang cara penyimpanan dan transportasi serta sebagai alat
persaingan dalam pemasaran.
Kemasan yang digunakan untuk ikan
hidup berfungsi untuk mendukung mempertahankan agar ikan tetap dalam keadaan
pingsan. Selain itu kemasan juga berfungsi sebagai insulator panas yang dapat
menahan distribusi panas dari luar kedalam kemasan.
Salah satu penentu kualitas kemasan
adalah bahan pengisi yang digunakan dalam kemasan itu sendiri. Bahan pengisi
seperti serbuk gergaji, serutan kayu, kertas Koran, busa dan lain sebagainya
berfungsi sebagai penahan ikan hidup agar tidak bergeser dalam kemasan,
Dalam pengangkutan ikan hidup perlu dilakukan teknik khusus, berbeda dengan ikan mati. Ikan yang sudah mati hanya diharapkan tetap segar untuk sampai ke tujuan namun untuk ikan hidup, ikan harus tetap hidup dan dalam keadaan sehat hingga sampai ke tempat tujuan.Teknik pengangkutan ikan hidup dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu : yaitu teknik basah yang menyertakan media air; dan teknik kering, tanpa penyertaan air.
Setiap teknik yang digunakan
bergantung kepada jarak tempuh dan waktu tempuh yang dibutuhkan hingga sampai
ke tempat tujuan.
Proses Pemingsanan/Imotilisasi meliputi 3 tahap :
Berpindahnya bahan pembius dari lingkungan ke dalam alat pernafasan suatu organisme
Difusi membran dalam tubuh yang menyebabkan terjadinya penyerapan bahan pembius ke dalam darah
Sirkulasi darah dan difusi jaringan menyebarkan substansi pembius ke seluruh tubuh
Proses Pemingsanan/Imotilisasi meliputi 3 tahap :
Berpindahnya bahan pembius dari lingkungan ke dalam alat pernafasan suatu organisme
Difusi membran dalam tubuh yang menyebabkan terjadinya penyerapan bahan pembius ke dalam darah
Sirkulasi darah dan difusi jaringan menyebarkan substansi pembius ke seluruh tubuh
1. Pengangkutan ikan hidup dengan
teknik basah
Pada pengangkutan ikan hidup dengan
teknik basah, ada beberapa hal yang sangat penting untuk diperhatikan yaitu
kandungan oksigen (O2), jumlah dan berat ikan, kandungan amoniak dalam air,
karbondioksida (CO2), serta pH air. Jumlah O2 yang dikonsumsi ikan tergantung
jumlah oksigen yang tersedia. Jika kandungan O2 meningkat, ikan akan
mengonsumsi O2 pada kondisi stabil, dan ketika kadar O2 menurun konsumsi ikan
atas O2 akan lebih rendah.
Sementara itu, nilai pH air
merupakan faktor kontrol yang bersifat teknis akibat perubahan kandungan CO2
dan amoniak. CO2 sebagai hasil respirasi ikan akan mengubah pH air menjadi
asam. Perubahan pH menyebabkan ikan menjadi stres, dan cara menanggulanginya
yaitu dengan menstabilkan kembali pH air selama pengangkutan dengan larutan
bufer.
Ada beberapa cara yang dapat
dilakukan dalam pengangkutan ikan hidup menggunakan teknik basah yaitu
pengangkutan dengan sistem terbuka dan sistem tertutup.
Pengangkutan dengan sistem terbuka biasanya hanya dilakukan jika jarak waktu dan jarak tempuhnya tidak terlalu jauh dan menggunakan wadah yang terbuka. Sistem ini mudah diterapkan. Berat ikan yang aman untuk diangkut dengan sistem terbuka tergantung efisiensi sistem aerasi, lama pengangkutan, suhu air, ukuran, dan jenis ikan.
Pengangkutan dengan sistem terbuka biasanya hanya dilakukan jika jarak waktu dan jarak tempuhnya tidak terlalu jauh dan menggunakan wadah yang terbuka. Sistem ini mudah diterapkan. Berat ikan yang aman untuk diangkut dengan sistem terbuka tergantung efisiensi sistem aerasi, lama pengangkutan, suhu air, ukuran, dan jenis ikan.
Sementara itu, pengangkutan ikan
hidup dengan sistem tertutup dilakukan menggunakan wadah tertutup dan
memerlukan suplai oksigen yang cukup. Karena itu, perlu diperhatikan beberapa
faktor penting yang memengaruhi keberhasilan pengangkutan yaitu kualitas ikan,
oksigen, suhu, pH, CO2, amoniak, serta kepadatan dan aktivitas ikan.
2. Pengangkutan ikan hidup dengan
teknik kering
Dalam pengangkutan teknik kering,
media yang digunakan bukanlah air. Namun, ikan harus dikondisikan dalam
aktivitas biologis rendah (dipingsankan) sehingga konsumsi ikan atas energi dan
oksigen juga rendah.
Semakin rendah metabolisme ikan,
semakin rendah pula aktivitas dan konsumsi oksigennya. Dengan begitu, ketahanan
hidup ikan untuk diangkut di luar habitatnya semakin besar. Terdapat tiga cara
pemingsanan yang dapat dilakukan pada ikan, yaitu
• Penggunaan suhu rendah,
• Pembiusan dengan zat kimia, dan
• Penyetruman dengan arus listrik.
Pemingsanan dengan penggunaan suhu rendah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu penurunan suhu secara langsung dan penurunan suhu secara bertahap. Pemingsanan ikan menggunakan penurunan suhu secara langsung dilakukan dengan cara ikan dimasukkan dalam air bersuhu 10-15oC sehingga ikan pingsan seketika. Sementara,
• Penggunaan suhu rendah,
• Pembiusan dengan zat kimia, dan
• Penyetruman dengan arus listrik.
Pemingsanan dengan penggunaan suhu rendah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu penurunan suhu secara langsung dan penurunan suhu secara bertahap. Pemingsanan ikan menggunakan penurunan suhu secara langsung dilakukan dengan cara ikan dimasukkan dalam air bersuhu 10-15oC sehingga ikan pingsan seketika. Sementara,
Pemingsanan ikan menggunakan
penurunan suhu secara bertahap dapat dialkuakn dengan cara penurunan suhu air
sebagai media ikan secara bertahap sampai ikan pingsan.Pembiusan dengan ikan
zat kimia dilakukan dengan menggunakan bahan anestasi (pembius).
Bahan anestasi yang digunakan untuk
pembiusan ikan yaitu MS-222, Novacaine, Barbital sodium, dan bahan lainnya
tergantung berat dan jenis ikan. Selain bahan-bahan anestasi sintetik,
pembiusan juga dapat dilakukan dengan zat cauler pindan cauler picin yang
berasal dari ekstrak rumput laut Caulerpa sp.
IMOTILISASI IKAN
Bahan alami:
IMOTILISASI IKAN
Bahan alami:
- minyak cengkeh,
- ekstrak tembakau,
- ekstrak biji karet,
- Rumput laut (caulerpa) dll.
Proses Pemingsanan/Imotilisasi meliputi 3 tahap :
Berpindahnya bahan pembius dari lingkungan ke dalam alat pernafasan suatu organisme
Difusi membran dalam tubuh yang menyebabkan terjadinya penyerapan bahan pembius ke dalam darah. Sirkulasi darah dan difusi jaringan menyebarkan substansi pembius ke seluruh tubuh
Bahan anestesi yang masuk ke dalam tubuh secara langsung atau tidak langsung akan mengganggu kesetimbangan ionik dalam otak ikan.
Terjadi penurunan konsentrasi K+ dan peningkatan kation Na+, Fe³+ dan Ca²+. Gangguan ini mempengaruhi syaraf motorik dan pernapasan.
Fase pingsan yang dianjurkan adalah fase pingsan ringan (deep sedation), yaitu:
- Reaktivitas terhadap rangsangan luar tidak ada kecuali dengan tekanan kuat.
- Pergerakkan operculum lambat.
Sumber:
1. Efendi R (2013). Pengangkutan Ikan Hidup.
2. http://infotani14.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar