Potensi
pengembangan budidaya ikan hias di Indonesia sangat besar. Namun selama ini
pembudidaya lebih banyak melakukan kegiatan usaha pembesaran ataupun pembenihan
ikan konsumsi. Padahal potensi usaha budidaya ikan hias juga sangat menjanjikan
untuk dapat dikembangkan.
Perkembangan
produksi budidaya ikan hias Indonesia selama tahun 2009-2012 cenderung
meningkat dari sebesar 566 juta ekor pada 2009 menjadi 978 juta ekor pada 2012
atau mengalami peningkatan rata-rata sebesar 18,9% per tahun. Dari data
Kementerian Kelautan dan Perikanan sampai dengan tahun 2011 Indonesia baru
menguasai 6,95% perdagangan ikan hias dunia atau menduduki ranking ke-5 setelah
Rep. Ceko, Thailand, Jepang dan Singapura
Budidaya
ikan hias kini mampu memberikan penghidupan yang layak bagi pelakunya. Saat ini
ikan hias air tawar yang telah berkembang dan banyak diusahakan dengan
pembudidayaan. Bahkan beberapa diantara ikan hias yang langka dan memiliki
nilai ekonomis cukup tinggi telah dapat dilakukan proses pembudidayaan dan
pembenihannya. Namun saat ini budidaya ikan hias air laut belum begitu
berkembang.
Ketersedian produksi ikan hias laut di Indonesia
selama ini sebagian besar dari hasil penangakapan, sedangkan produksi hasil
budidaya masih sangat kecil, sehingga apabila hal ini tidak dikelola dengan
benar dan tepat maka kemungkinan besar ikan hias laut akan mengakibatkan
penurunan populasi ikan hias di laut dan mengancam kelestarian sumber itu
sendiri, Namun apabila potensi ikan hias ini di tangani secara serius akan
mampu berbicara banyak di pasar Internasional dan akan mendorong Indonesia
menjadi eksportir terbesar di dunia mengungguli Singapura.
Clownfish atau lebih dikenal dengan ikan nemo atau ikan badut adalah ikan hias
air laut yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Clownfish merupakan satu
diantara 34 spesies anggota genus Amphiprion, famili Pomacentridae. Beberapa
alasan sehingga ikan ini digemari sebagai pajangan di akuarium karena keindahan
warna tubuhnya yaitu orange cerah dengan kombinasi hiasan 3 garis putih pada
bagian kepala, badan dan pangkal ekor; gerakan yang lincah; dan memiliki postur
tubuh mungil dan tidak ganas.
Ikan Clown merupakan hewan vertebrata
(bertulang belakang) yang termasuk dalam filum Chordata.
Kingdom : Animalia
Fhylum : Chodata
Class : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Family : Fomacentridae
Ikan ikan nemo atau Ikan
Clown berasal dari famili Pomacentridae. Salah satu famili terbesar dalam
komunitas ikan karang Hingga saat ini diketahui ada sekitar 28 spesies. 27
spesies diantaranya termasuk dalam marga Amphiprion dan dua lainnya
marga Premnas. Bentuknya yang cenderung bulat, Ikan Clown umumnya
berwarna kuning, oranye, kemerahan, hitam dan putih dengan motif badan
cenderung berupa garis putih. Motifnya yang berwarna menyala dengan gerakan
yang lucu ini yang membuatnya dijuluki badut/clown. Sisiknya relatif besar
dengan sirip dorsal yang unik. Pola warna pada ikan ini sering dijadikan dasar
dalam proses identifikasi mereka, disamping bentuk gigi, kepala dan bentuk
tubuh. Variasi warna dapat terjadi pada spesies yang sama, khususnya berkenaan
dengan lokasi sebarannya. Sebagai contoh Amphiprion clarkii merupakan
spesies yang mempunyai penyebaran paling luas, sehingga spesies ini mempunyai
variasi warna yang paling banyak (tergantung pada tempat ditemukan)
dibandingkan dengan spesies Ikan Clown lainnya. Ukuran maksimalnya bisa
mencapai 10 – 18 cm. Ikan Clown terlahir dalam keadaan jantan dan yang akan
berubah kelamin
Besarnya permintaan pasar yang mengandalkan tangkapan alami menyebabkan
eksploitasi ikan clownfish tidak terkendali. Hal inilah yang menyebabkan ikan
ini dikategorikan sebagai biota yang dilindungi dan masuk dalam Daftar/Apendix
I. Oleh karena itu, upaya budidaya merupakan salah satu hal yang harus
dilakukan untuk menjaga kelestarian ikan ini sekaligus mampu memenuhi kebutuhan
pasar, disamping cara budidaya ikan ini sangat mudah.
Pemeliharaan Calon Induk
Kegiatan pemeliharaan benih dapat dilakukan di bak semen, fiber glass
atau akuarium. Agar tercipta suasana nyaman bagi ikan, maka dalam wadah
pemeliharaan diberi tanaman/ anemon laut dengan substrat dari karang/ genteng.
Lama pemeliharaan benih berukuran 1,5 cm sampai siap dipijahkan menjadi induk
sekitar 5-6 bulan. Calon induk tersebut biasanya berukur 4-5 cm. Pakan induk
adalah pelet dan sebagai pelengkap nutrisi diberi tambahan udang jambret dan
artemia dewasa
Perjodohan
Kegiatan perjodohan dilakukan bila calon induk telah berkukuran lebih
dari 4 cm. Wadah yang digunakan untuk perjodohan sebaiknya dari bahan kaca,
untuk mempermudah pengamatan dan seleksi calon induk. Kapadatan pemeliharaan
5-6 ekor/ 100 liter. Agar tercipta kondisi nyaman dan memicu terbentuknya calon
pasangan baru, di dalam akuarium ditempatkan anemon laut (Radianthus
ritterri). Selanjutnya dilakukan pengamatan sedemikian rupa sampai dapat
ada sepasang calon induk yang hidup secara harmonis.
Pemijahan dan Pengeraman
Sebelum pemijahan, induk jantan melakukan pembersihan substrat sekitar
anemon dengan melakukan gerakan berayun-ayun didepan betina dan tarian
patah-patah mengitari betina. Selanjutnya bila saat memijah, kedua induk akan
lebih aktif melakukan pembersihan substrat untuk tempat menempelkan telur.
Proses pemijahan berlangsung antara pukul 12.00-14.00 WIB dan pembuahan
dilakukan secara eksternal. Kedua induk melakukan penataan posisi telur
sehingga menjadi rapi, selanjutnya aktif melakukan pembersihan dan perawatan
telur, dengan mengibaskan ekor dan menyemprotkan air melalui mulut di sekitar
telur. Masa pengeraman telur 9-10 hari. Induk akan memijah kembali 1-2 hari
setelah telur menetas.
Panen Larva
Telur menetas pagi hari (05.00-08.00 WIB). Panen larva dilakukan pada
pukul 08.00-10.00 WIB. Larva dipanen dengan serok lembut, setelah terkumpul di
dalam serok, kemudian dipindahkan kedalam air media dengan gelas. Jumlah larva
yang dihasilkan oleh sepasang induk clownfish dalam satu periode pemijahan
berkisar 95-350 ekor.
Pemeliharaan Larva
Padat penebaran larva dalam wadah akuarium sekitar 3-5 ekor/lt. Wadah
pemeliharaan larva adalah bak semen, fiberglass atau akuarium. Pakan awal larva
adalah Branchionus, selanjutnya dapat diberi kopepoda, nauplii, artemia
dan Diaphanosoma. Pergantian air dilakukan pada hari ke h atau bila
diperlukan, sekitar 20-30%. Jenis dan jumlah pemberian pakan disajikan pada
tabel berikut:
Jenis dan Jumlah Pemberian Pakan
Umur (Hari)
|
Jenis Pakan
|
|
Zooplankton/ Pelet
|
Kepadatan (Dipertahankan)
|
|
1-5
|
Branchionus
|
10 - 20 kor/ml
|
4-10
|
Kopepoda
|
200 ekor/liter
|
7-40
|
Nauplii, artemia
|
300 ekor/liter
|
25-90
|
Diaphanosoma
|
200 ekor/liter
|
30-90
|
Artemia remaja
|
200 ekor/liter
|
80-dewasa
|
Pelet
|
Ad libitum
|
Pemeliharaan Benih
Wadah dan perlakuan pemeliharaan benih clownfish hampir sama dengan
pemeliharaan calon induk. Pakan benih adalah Diaphanosoma, artemia
remaja dan dilatih dengan pakan buatan (ukuran pelet disesuaikan). Setelah
ukuran benih 3 cm pemberian pakan buatan prosentasenya lebih besar (75%)
dibandingkan pakan hidup (25%), karena hanya sebagai pelengkap nutrisi.
Penyiponan dan penggantian air dilakukan setiap hari, disesuaikan dengan
kondisi kualitas air media.
Pertumbuhan
Pertumbuhan clownfish tergolong lambat bila dibandingkan dengan ikan
konsumsi, tetapi hal ini desesuaikan dengan ikan dewasa atau induk yang
panjangnya ahanya 7-8 cm. Dari stadia larva sampai mencapai ukuran dewasa atau
induk memerlukan 7-8 bulan.
Parameter Kualitas Air
Pengelolaan kualitas air tidak jauh berbeda dengan pemeliharaan ikan
pada umumnya. Diperlukan penyiponan kotoran dan sisa makanan di dasar wadah.
Pergantian air minimal 1 kali sehari, sekitar 20-50 % atau bila diperlukan. Hal
tersebut dilakukan untuk mempertahankan kualitas air optimal dan tetap jernih.
Kisaran parameter kualitas air pemeliharaan ikan clownfish secara lengkap
disajikan sebagai berikut:
Parameter Kualitas Air
Paremeter
|
Kisaran Nilai
|
Suhu (⁰C)
|
26 - 32
|
Salinitas (‰)
|
27 - 32
|
DO (ppm)
|
3,5 - 6,5
|
pH
|
7,8 - 8,5
|
Sumber: Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung Jalan Yos
Sudarso, Desa Hanura, Kecamatan Padang Cermi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar