Sabtu, 20 April 2019

CIRI CIRI DAN FAKTOR PENYEBAB PENURUNAN KUALITAS IKAN


                                  Hasil gambar untuk IKAN SEGAR DAN BUSUK
Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kesegaran Ikan mempunyai kesegaran maksimal apabila sifat-sifatnya masih sama dengan ikan hidup baik rupa, bau, cita rasa, maupun teksturnya. Apabila penanganan ikan kurang baik maka mutu atau kualitasnya akan turun. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesegaran ikan antara lain :
a. Pengaruh faktor alami dan biologis - Jenis ikan, ada ikan yang mudah dan cepat mengalami   pembusukan, umumnya ikan yang berukuran kecil lebih cepat membusuk. - Biologis, ikan yang kenyang saat ditangkap akan lebih cepat busuk.
b. Pengaruh cara penanganan (handling) - Cara penangkapan - Cara kematian ikan - Cara penanganan di kapal - Cara bongkar dan pendaratan - Cara penanganan di darat - Cara transportasi - Cara distribusi Ikan layur beku adalah ikan yang kondisinya dipertahankan segar dengan cara dibekukan, sehingga kualitas masih sama atau mendekati keadaan ikan yang baru ditangkap.

Ciri-ciri Ikan Segar dan Ikan Busuk
1.    Parameter Ikan segar
- Warna kulit terang dan jernih
- Kulit masih kuat membungkus tubuh, tidak mudah sobek, terutama pada bagian perut
- Warna-warna khusus yang ada masih terlihat jelas.
- Sisik menempel kuat pada tubuh sehingga sulit dilepas.
- Mata tampak terang, menonjol, dan cembung
- Insang berwarna merah sampai merah tua, terang dan lamella insang terpisah.
- Insang tertutup oleh lendir berwarna terang dan berbau segar seperti bau ikan.
- Daging kenyal, menandakan rigor mortis masih berlangsung.
- Daging dan bagian tubuh lain berbau segar.
 - Bila daging ditekan dengan jari tidak tampak bekas lekukan.
- Daging melekat kuat pada tulang.
- Daging perut utuh dan kenyal.
- Warna daging putih.
- Disimpan dalam air - Ikan segar akan tenggelam.
2.    Parameter  Ikan busuk
- Kulit berwarna suram, pucat dan berlendir banyak
- Kulit mulai terlihat mengendur dibeberapa tempat tertentu
- Kulit mudah sobek dan warna khusus sudah hilang Sisik  
- Sisik mudah terlepas dari tubuh.
 - Mata tampak suram, tenggelam dan berkerut.
- Insang berwarna cokelat suram atau abu-abu dan lamella insang berdempetan.
- Lendir insang keruh dan berbau asam, menusuk hidung.
- Daging lunak, menandakan rigor mortis telah selesai.
- Daging dan bagian tubuh lain mulai berbau busuk.
- Bila ditekan dengan jari tampak bekas lekukan.
 - Daging mudah lepas dari tulang.
- Daging lembek dan isi perut sering keluar.
 - Daging berwarna kuning kemerah-merahan di sekitar tulang punggung.
- Ikan yang sudah sangat membusuk akan mengapung di permukaan air.
Menurut SNI 6940.2:2011 (BSN 2011), persyaratan mutu bahan baku ikan layur beku harus bersih, bebas dari semua bau yang menandakan pembusukan dan bebas dari tanda dekomposisi yang dapat menurunkan mutu serta membahayakan kesehatan. Secara organoleptik bahan baku harus memenuhi karakteristik kesegaran, sebagai berikut: - Kenampakan : Bersih, warna daging spesifik jenis ikan segar - Bau : Spesifik segar menurut jenis ikannya - Tekstur : Elastis, padat dan kompak
Menjaga mutu suatu produk untuk tetap dalam keadaan yang baik merupakan tanggung jawab produsen terhadap konsumen. Berikut ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi mutu suatu produk yaitu suhu, waktu, kebersihan, dan cara kerja.
1. Suhu Suhu memegang peranan penting dalam upaya menghasilkan produk ikan layur beku bermutu tinggi. Faktor suhu berperan dalam keseluruhan usaha produk, baik sejak awal ditangkap sampai produk akhir. Suhu produk pada saat penanganan harus dipertahankan, suhu produk maksimal 50C. Apabila suhu tidak diperhatikan maka akan berpengaruh terhadap mutu produk akhir. 2. Waktu Faktor suhu berkaitan dengan lamanya waktu suatu proses, penanganan, perlakuan, dan penyimpanan. Lamanya waktu dalam penanganan akan berpengaruh terhadap mutu produk akhir yang berkaitan dengan tingkat kesegaran produk.
3. Kebersihan Faktor kebersihan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menjamin mutu produk. Faktor kesehatan hygiene selalu ditunjukan oleh keadaan bakteri dari kesegaran produk dan faktor suhu produk. Indikator yang digunakan yaitu jumlah bakteri yang terdapat pada produk ikan layur beku kondisi sarana, peralatan dan bahan yang terlibat dalam proses produksi. Faktor kebersihan peralatan harus diperhatikan, karena apabila tidak diperhatikan akan mempengaruhi terhadap penurunan mutu produk akhir yang dihasilkan.
4. Cara Kerja Kecermatan dalam penanganan harus dilakukan agar ikan layur tidak rusak dan daging terluka, untuk itu digunakan prosedur penanganan berdasarkan kualitas, ukuran, dan tujuan pemanfaatan serta pemasarannya. Semua kerusakan pada ikan layur akan menyebabkan ikan layur tidak terjual, pendek daya simpannya, dan berkurang mutunya.
Penurunan Mutu secara Fisik
Penurunan mutu secara fisik adalah kerusakan pada bagian luar tubuh ikan layur yang terjadi akibat penanganan dan perlakuan yang kurang baik sehingga dapat mempengaruhi mutu. Penanganan lebih awal akan sangat berpengaruh terhadap kualitas mutu yang dihasilkan. Perubahan fisik ikan yang terjadi pada proses kematian ikan karena diangkat dari air atau tercekik adalah : 1) Saat proses kematian akan keluar lendir dipermukaan tubuh ikan dengan jumlah yang berlebihan dan ikan akan menggelepar mengenai benda di sekelilingnya. Apabila benda yang terkena benturan ikan cukup keras, kemungkinan besar tubuh ikan akan menjadi memar dan luka-luka. 2) Selanjutnya setelah ikan mati secara perlahan-lahan akan mengalami kekakuan tubuh (rigor mortis) yang diawali dari ujung ekor menjalar ke arah bagian kepalanya. Lama kekakuan ini tergantung dari tingkat kelelahan ikan pada saat kematiannya. Setelah proses rigor mortis selesai, kerusakan ikan akan mulai terlihat berupa perubahan-perubahan: berkurangnya kekenyalan perut dan daging ikan, berubahnya warna insang, berubahnya kecembungan dan warna mata ikan, untuk ikan bersisik menjadi lebih mudah lepas sisiknya dan kehilangan kecemerlangan warna ikan, berubah baunya dari segar menjadi asam. 3) Perubahan tersebut akan meningkat intensitasnya sesuai dengan bertambahnya tingkat penurunan mutu ikan, sampai yang terakhir ikan menjadi tidak layak untuk dikonsumsi atau busuk. Cara penilaian kesegaran ikan menggunakan metode inderawi atau organoleptik merupakan cara yang paling mudah jika dibandingkan dengan uji laboratorium (secara biologi, kimia maupun fisika). Penilaian organoleptik dilakukan dengan mengamati bagian tubuh ikan yang sensitif terhadap perubahan mutu dagingnya. Perubahan mutu tersebut seperti warna/rupa, rasa, kekenyalan atau kekompakan daging, kondisi mata, kondisi insang, dinding perut dan aroma.
Penurunan Mutu secara Kimia
Penurunan mutu secara kimia adalah penurunan mutu yang berhubungan dengan komposisi kimia dan susunan tubuhnya. Penurunan mutu secara kimia terdiri dari penurunan mutu secara autolisis dan oksidasi. Autolisis adalah penguraian protein dan lemak oleh enzim proteolitik (pengurai protein) dan enzim lipolisis (pengurai lemak) menjadi senyawa yang lebih sederhana seperti asam amino dan asam lemak. Enzim yang berperan dalam autolisis yaitu enzim proteolitik (pengurai protein) dan enzim lipolitik (pengurai lemak). Penurunan mutu ditandai dengan rasa, warna, tekstur, dan kenampakan yang berubah. Penurunan mutu secara autolisis berlangsung sebagai aksi kegiatan enzim yang merupakan proses penguraian pertama setelah ikan layur mati. Kecepatan autolisis tergantung pada suhu, semakin rendah suhu proses autolisis akan semakin lambat. Proses autolisis tidak dapat dihentikan pada suhu 0 0C, tetapi akan berlangsung lebih lambat. Kegiatan enzim dapat direduksi dan dikontrol dengan cara pendinginan, penggaraman, pengeringan, dan pengasaman atau dapat dihentikan dengan cara pemasakan ikan tersebut . Proses perubahan pada ikan dapat juga terjadi karena proses oksidasi sehingga timbul aroma tengik yang tidak diinginkan dan perubahan rupa serta warna daging kearah cokelat kusam. Bau tengik ini dapat merugikan, baik pada proses pengolahan maupun pengawetan, karena dapat menurunkan mutu dan harga jualnya
Penurunan Mutu secara Biologis
Penanganan yang tidak tepat pada produk perikanan dapat mempercepat terjadinya kerusakan akibat kontaminasi bakteri dan jamur. Penurunan mutu secara bakteriologis yaitu suatu proses penurunan mutu yang terjadi karena adanya kegiatan bakteri yang berasal dari selaput lendir dari 12 permukaan tubuh, insang, dan saluran pencernaan. Ikan hidup memiliki kemampuan untuk mengatasi aktivitas bakteri yang terdapat dalam tubuh ikan. Bakteri yang hidup dalam saluran pencernaan, insang, saluran darah, serta permukaan kulit tidak dapat menyerang pada bagian-bagian tubuh ikan yang masih hidup. Ikan yang telah mengalami kematian tidak mengalami ketahanan dari serangan bakteri sehingga bakteri mulai berkembang dengan sangat pesat dan menyerang tubuh ikan. Bakteri menjadikan daging ikan sebagai makanan dan tempat hidupnya. Proses penguraian yang dilakukan oleh bakteri ini (disebut bacterial decomposition) menghasilkan pecahan-pecahan protein yang sederhana dan berbau busuk, seperti CO2, H2S, amoniak, indol, skatol, dan lain-lain.
Sumber :
2.    https://food.detik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar