Mangrove atau bakau yang tumbuh di kawasan
pantai memiliki manfaat yang sangat penting bagi ekosistem perairan
pantai. Mangrove ternyata memiliki jenis umum yang mudah
dikenali. Diperkirakan ada sekitar 89 spesies mangrove yang
tumbuh di dunia, yang terdiri dari 31 genera dan 22 famili. Sebaran
tumbuhan mangrove ternyata mendominasi hutan pantai di
kawasan Asia Tenggara, yaitu sekitar 74 spesies. Sementara hanya 11 spesies
hidup di daerah Caribbean. Dari jumlah ini sekitar 51% atau 38 spesies hidup di
Indonesia.
Ada
beberapa spesies tumbuhan pantai, yaitu sekitar 12-16 spesies, yang
masih diragukan apakah tumbuh-tumbuhan tersebut termasuk mangrove atau tidak.
Sebagai contoh, famili Rhizophoraceae mempunyai 17 genera dan
sekitar 70 spesies, akan tetapi hanya empat generasi dan 17 spesies diketahui
benar-benar sebagai mangrove. Demikian pula famili Combretaceae,
hanya tiga genera dan lima spesies yang diketahui sebagai mangrove .
Ciri-ciri mangrove dari
penampakan hutan mangrove terlepas dari habitatnya yang unik
adalah jenis-jenisnya relatif sedikit, akar jangkar yang melengkung dan
menjulang pada Rhizophora sp, akar yang tidak teratur dan
keras atau pneumatofora pada marga Avicennia sp, dan Sonneratia
sp, yang mencuat vertikal seperti pensil, adaptasinya yang kuat terhadap
lingkungan sehingga biji (propagul) Rhizophora berkecambah di
pohon (vivipar), sehingga banyaknya lentisel pada bagian kulit pohon .
Adapun
beberapa jenis mangrove yang paling dikenal selama ini adalah: Avicennia
lanata, Rhizophora apiculata, Avicennia marina (Forsk.)
Vierh., danAcrostichum aureum.
Avicennia
Lanata
Nama setempat: api-api. Belukar atau pohon yang tumbuh
tegak atau menyebar, dapat mencapai ketinggian hingga 8 m. Memiliki akar nafas
dan berbentuk pensil. Kulit kayu seperti kulit ikan hiu (berwarna gelap),
coklat hingga hitam. Daun : Memiliki kelenjar garam, bagian bawah daun putih
kekuningan, dan ada rambut halus. Unit dan letak : sederhana dan berlawanan.
Bentuk : elips. Ujung : memundar agak meruncing, dan ukuran 9x 5 cm. Bunga :
Bergerombol muncul di ujung tandan, bau menyengat, letak di ujung atau ketiak
tangkai / tandan bunga.
Formasi
: bulir (8-12). Daun mahkota : 4, kuning pucat – jingga tua, 4– 5 mm. Kelopak
bunga : 5 buah. 4 benang sari. Buah : Buah seperti hati, ujungnya berparuh
pendek dan jelas, warna hijau–agak kekuningan. Permukaan buah berbunga halus
(seperti ada tepungnya). Ukuran : sekitar 1,5 x 2,5 cm. Ekologi : Tumbuh pada
dataran lumpur, tepi sungai, daerah yang kering dan toleran terhadap kadar
garam yang tinggi.
Diketahui
(di Bali dan Lombok) berbunga pada bulan Juli–Februari dan berbuah antara bulan
November hingga Maret. Penyebaran : Kalimantan, Bali, Lombok, Semenanjung,
Malaysia, Singapura. Kelimpahan : Tidak diketahui. Manfaat: Kayu bakar dan
bahan bangunan.
Rhizophora
Apiculata
Nama
setempat : Bakau minyak, bakau tandok, bakau akik, bakau puteh, bakau kacang,
bakau leutik, akik, bangka minyak, donggo akit, jangkar, abat, parai,
mangi-mangi, slengkreng, tinjang wako. Deskripsi umum : Pohon dengan ketinggian
mencapai 30 m dengan diameter batang mencapai 50 cm. Memiliki perakaran yang
khas hingga mencapai ketinggian 5 meter, dan kadang–kadang memiliki akar udara
yang keluar dari cabang. Kulit kayu berwarna abu–abu tua dan berubah-ubah. Daun
berkulit, warna hijau tua dengan hijau muda pada bagian tengah kemerahan
dibagian bawah. Gagang daun panjangnya 17-35 mm dan warnanya kemerahan.
Unit dan letak: sederhana dan berlawanan. Bentuk : elips menyempit
dan meruncing. Ukuran 7-19 x 3,5-8 cm. Bunga : Biseksual, kepala bunga
kekuningan yang terletak pada gagang berukuran < 14 mm. Letak : di ketiak
daun.
Formasi:
kelompok (2 bunga per kelompok). Daun mahkota : 4; kuning putih, tidak ada
rambut, panjangnya 9-11 mm. Kelopak bunga : 4; kuning kecoklatan, melengkung,
Benang sari : 11-12 tak bertangkai. Buah : Buah kasar berbentuk bulat memanjang
hingga seperti buah pir , warna coklat, panjang 2,3-5 cm, berisi satu biji fertil.
Hipokotil Silindris, berbintil, berwarna hijau jingga. Leher kotilodon berwarna
merah jika sudah matang. Ukuran: Hipokotil panjang 18-38 cm dan diameter 1-2
cm.
Ekologi
: Tumbuh pada tanah berlumpur, halus, dalam dan tergenang pada saat pasang
normal. Tidak menyukai substrat yang lebih keras yang bercampur dengan pasir.
Tingkat dominasi bisa mencapai 90% dari vegetasi yang tumbuh di suatu lokasi.
Menyukai perairan pasang surut yang memiliki pengaruh masukan air tawar yang
kuat secara permanen. Percabangan akarnya dapat tumbuh secara abnormal karena
gangguan kumbang yang menyerang ujung akar. Kepiting dapat juga menghambat
pertumbuhan mereka karena mengganggu kulit akar anakan. Tumbuh lambat, tetapi
perbungaan terdapat sepanjang tahun. Penyebaran : Srilanka, seluruh Malaysia
dan Indonesia hingga Australia Tropis dan Kepulauan Pasifik.
Kelimpahan
: Melimpah di Indonesia, tersebar jarang di Australia. Manfaat : Kayu
dimanfaatkan untuk bahan bangunan, kayu bakar dan arang. Kulit kayu berisi
hingga 30% tannin (persen berat kering). Cabang akar dapat digunakan sebagai
jangkar dengan diberati batu. Di Jawa acap kali ditanam di pinggiran tambak
untuk melindungi pematang. Sering digunakan sebagai tanaman penghijauan,
Avicennia
Marina (Forsk.)
Vierh.
Nama
setempat api-api putih, api-api abang, sia-sia putih, pejapi, nyapi, hajusia.
Deskripsi Umum belukar atau pohon yang tumbuh tegak atau menyebar, ketinggian
mencapai 30 m. memiliki sistem perakaran horizontal yang rumit dan berbentuk
pensil (atau berbentuk asparagus), akar nafas tegak dengan sejumlah lentisel.
Kulit kayu halus dengan burik-burik hijau-abu dan terkelupas dalam
bagian-bagian kecil.
Ranting
muda dan tangkai daun berwarna kuning tidak berbulu. Bagian atas permukaan daun
ditutupi bintik-bintik kelenjar berbentuk cekung. Bagian bawah daun
putih-abu-abu muda. Unit dan letaknya sederhana dan berlawanan.memiliki
bentuk daun elips, bulat memanjang, bulat telur terbalik. Ujungnya meruncing
hingga membundar, dengan ukuran 9 x 4,5 cm. Bunga seperti trisula dengan bunga
bergerombol muncul di ujung tandan, bau menyengat, nektar banyak. Letaknya di
ujung atau di ketiak/tandan bunga. Daun mahkota ada 4 dengan warna kuning pucat
jingga tua berukuran 5-6 mm. Kelopak bunga berjumlah 5 lalu benang sari ada 4.
Merupakan
tumbuhan pionir pada lahan pantai yang terlindung, memiliki kemampuan menempati
dan tumbuh pada berbagai habitat pasang surut, bahkan di tempat asin sekalipun.
Jenis ini juga dapat bergerombol membentuk suatu kelompok pada habitat
tertentu. Berbuah sepanjang tahun, kadang-kadang bersifat vivipar. Buah membuka
pada saat matang, mempunyai lapisan dorsal. Buah juga dapat membuka karena
dimakan semut atau setelah penyerapan air. Buah dapat dimakan. Kayu dapat
menghasilkan bahan kertas berkualitas tinggi. Daun digunakan sebagai makanan
ternak.
Acrostichum
Aureum
Nama
setempat mangrove varen, paku cai, hata diuk, paku laut. Batang menebal di
bagian pangkal, cokelat tua dengan peruratan yang halus, pucat, tipis. Ujung
daun fertil berwarna cokelat seperti karat, duri banyak berwarna hitam. Tumbuh
di pematang tambak, sepanjang kali dan sungai payau dan saluran. Terdapat di
seluruh Indonesia. Daun tua dapat digunakan sebagai obat, alas ternak dan dapat
dimakan di daerah Timor dan Sulawesi Utara.
*
Sumber
:
1.
http://swaragunungkidul.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar