Jumat, 22 Desember 2017

BUDIDAYA IKAN BAUNG (Mystus nemurus)



Mengenal Ikan Baung (Mystus nemurus)  
 

Ikan Baung (Mystus nemurus) merupakan komoditas ikan air tawar di Indonesia. Ikan ini telah berhasil dipijahkan secara buatan oleh BBPBAT Sukabumi sejak tahun 1988. Tekstur daging ikan baung berwarna putih, tebal dan tanpa duri halus di dalam dagingnya, sehingga sangat disukai oleh masyarakat. Selama ini produksi ikan baung kebanyakan didapat dari penangkapan di alam (sungai/danau). Oleh karenanya hasil produksi tidak menentu baik dalam jumlah maupun ukurannya. Dengan berhasil diketahuinya teknik pemijahan ikan baung, maka dapat diharapkan usaha budidaya ikan tersebut akan berkembang. Sehingga produksi ikan baung dapat memenuhi permintaan masyarakat akan ikan air tawar jenis ini.

Klasifikasi Ilmiah Ikan Baung:

         Philum : Chordata
         Kelas : Pisces
         Anak Kelas : Teleostei
         Bangsa : Siluridae
         Suku : Bagridae
         Marga : Mystus
         Jenis : M. nemurus 

Ikan baung memiliki ciri fisik berkumis atau sungut yang mencapai mata. Badan ikan baung tidak bersisik dan mempunyai sirip dada serta sirip lemak berukuran besar. Ikan baung memiliki bentuk mulut melengkung. Warna tubuh ikan baung coklat kehijauan. Habitat alami dari ikan baung adalah dasar perairan air tawar. Ikan ini bersifat omnivora. Secara lokal ikan baung memiliki berbagai nama. Di Jawa Barat ikan baung dikenal dengan nama ikan tagih, senggal atau singah. Di Jawa Tengah dinamakan ikan tageh. Di Jabodetabek ataupun Malaysia menyebutnya sebagai ikan bawon. Di Serawak menyebutnya ikan baon. Sedangkan di Kalimantan Tengah ikan ini dikenal sebagai ikan niken, siken, tiken, bato, atau baung putih, dan di Sumatera dikenal sebagai ikan baong.
 
Ikan baung (Mystus nemurus C.V) merupakan ikan air tawar asli Indonesia yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Produksi ikan ini masih bergantung pada hasil tangkapan di alam. Keterbatasan sumberdaya ikan baung di perairan umum, memaksa kita untuk berupaya membudidayakan ikan ini lebih giat lagi. Upaya budidaya ikan ini telah lama dilakukan, yaitu semenjak tahun 1991. Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi telah berhasil memijahkan secara buatan sejak tahun 1998. Sehingga, untuk produksi secara masal dapat dilakukan dengan perlakuan kombinasi hormon hCG 200-600 IU/kg dengan kelenjar pituitari ikan mas (CPE) 2 dosis atau kombinasi hCG 200 IU/kg dengan CPE 1 dosis atau menggunakan hormon ovaprim 0.5-0.7 ml/kg).

Ikan baung hidup di perairan tawar yang terdapat di sungai, danau dan rawa. Ikan baung tidak memiliki sisik, berwarna kecoklatan dengan pita tipis memanjang jelas dari tutup insang hingga pangkal ekor. Hidup di dasar perairan dan bersifat omnivora. Distribusi ikan baung tersebar di kawasan tropis dan di Indonesia ikan baung banyak ditemukan di pula Kalimantan, Sumatera dan Jawa.
Ikan baung dikenal dengan nama tagih, senggal, singah (Jawa Barat); tageh (Jawa); bawon (Jakarta dan Malaysia); baon (Serawak); niken, siken, tiken, tiken bato, baung putih, kendinya (Kalimantan Tengah); dan baong (Sumatera).
Induk betina ikan baung mulai matang kelamin pada ukuran 100 gram. Induk betina yang berukuran 250-634 gram dapat menghasilkan telur ovulasi antara 50.000 – 150.000 butir. Sedangkan fekunditasnya mencapai kisaran 1.395-160.235 butir atau rata-rata 60.000 butir per kg bobot induk.

 
Pematangan Gonad
Pematangan gonad ikan baung dilakukan di kolam tanah. Caranya, siapkan kolam ukuran 50 m2; keringkan selama 2 – 4 hari dan perbaiki seluruh bagian kolam; isi air setinggi 50 – 70 cm dan alirkan secara kontinyu; masukan 300 ekor induk ukuran 0,7 – 1,0 kg; beri pakan tambahan berupa pellet khusus lele dumbo sebanyak 3 persen setiap hari. Catatan : induk jantan betina dipelihara terpisah.

Pematangan di bak
Pematangan gonad ikan baung juga bisa dilakukan di bak. Caranya, siapkan bak tembok ukuran panjang 6 m, lebar 4 m dan tinggi 1 m; keringkan selama 2 – 4 hari; isi air setinggi 80 – 100 cm dan alirkan secara kontinyu; masukan 100 ekor induk; beri pakan tambahan (pelet) sebanyak 3 persen/hari. Catatan : induk jantan dan betina dipelihara terpisah.

Seleksi
Seleksi induk ikan baung dilakukan dengan melihat tanda-tanda pada tubuh. Tanda induk betina yang matang gonad : perut gendut; tubuh agak kusam; gerakan lamban dan punya dua alat yang membulat, satu untuk telur satu untuk kencing dan berwarna kemerahan. Tanda induk jantan : gerakan lincah, tubuh memerah dan bercahaya; lubang kelamin kemerahan, agak membengkak dan berbintik putih.

Penyuntikan dengan ovaprim
Penyuntikan adalah kegiatan memasukan hormon perangsang ke tubuh induk betina. Hormon perangsang yang umum digunakan adalah ovaprim. Caranya, siapkan induk betina yang sudah matang gonad; sedot 0,3 mll ovaprim untuk setiap kilogram induk; suntikan ke dalam tubuh induk tersebut; masukan induk yang sudah disuntik ke dalam bak lain dan biarkan selama 10 jam.

Penyuntikan dengan hypopisa
Penyuntikan bisa juga dengan larutan kelenjar hypopisa ikan mas. Caranya, siapkan induk betina yang sudah matang gonad; siapkan 1,5 kg ikan mas ukuran 0,5 kg; potong ikan mas tersebut secara vertikal tepat di belakang tutu insang; potong bagian kepala secara horizontal tepat di bawah mata; buang bagian otak; ambil kelenjar hypopisa; masukan ke dalam gelas penggerus dan hancurkan; masukan 1 cc aquabides dan aduk hingga rata; sedot larutan hypopisa itu; suntikan ke dalam tubuh induk betina; masukan induk yang sudah disuntik ke bak lain dan biarkan selam 10 jam.

Pengambilan sperma
Setengah jam sebelum pengeluaran telur, sperma harus disiapkan. Caranya, tangkap 1 ekor induk jantan yang sudah matang kelamin; potong secara vertikal tepat di belakang tutup insang; keluarkan darahnya; gunting kulit perutnya, mulai dari anus hingga belanag tutup insang; buang organ lain dalam perut; ambil kantung sperma; bersihkan kantung sperma dengan tisu hingga kering; hancurkan kantung sperma dengan cara menggunting bagian yang paling banyak; peras spermanya agar keluar dan masukan ke dalam cangkir yang telah diisi 50 ml (setengah gelas) aquabides; aduk hingga homogen.

 
Pengeluaran telur
Pengeluaran telur dilakukan setelah 10 jam dari penyuntikan, namun 9 jam sebelumnya dilakukan pengecekan. Cara pengeluaran telur : siapkan 3 buah baskom plastik, sebotol Natrium chlorida (inpus), sebuah bulu ayam, kain lap dan tisu; tangkap induk dengan sekup net; keringkan tubuh induk dengan lap; bungkus induk dengan lap dan biarkan lubang telur terbuka; pegang bagian kepala oleh satu orang dan pegang bagian ekor oleh yang lainnya; pijit bagian perut ke arah lubang telur; tampung telur dalam baskom plastik; campurkan larutan sperma ke dalam telur; aduk hingga rata dengan bulu ayam; tambahkan Natrium chrorida dan aduk hingga rata; buang cairan itu agar telur-telur bersih dari darah; telur siap ditetaskan.

Penetasan di bak tembok
Penetasan telur ikan baung dilakukan dalam bak tembok. Caranya, siapkan sebuah bak tembok ukuran panjang 2 m, lebar 1 m dan tinggi 0,4 m; keringkan selama 2 – 4 hari; isi bak tersebut dengan air setinggi 30 cm dan biarkan alirkan air selama penetasan; pasang hapa halus yang ukurannya sama dengan bak; beri pemberat agar hapa tenggelam (misalnya kawat behel yang diberi selang atau apa saja); tebarkan telur hingga merata ke seluruh permukaan hapa; biarkan telur menetas dalam 2 – 3 hari.

Penetasan di akuarium
Penetasan telur ikan baung juga bisa dilakukan di akuarium. Caranya : siapkan 20 buah akuarium ukuran panjang 80 cm, lebar 60 cm dan tinggi 40 cm; keringkan selama 2 hari; isi air setinggi 30 cm; pasang dua buah titik aerasi untuk setiap akuarium dan hidupkan selama penetasan; tebarkan tebar secara merata ke permukaan dasar akuarium; 2 – 3 hari kemudian buang sebagian airnya dan tambahkan air baru hingga mencapai ketinggian semula; beri pakan berupa naupli artemia secukupmnya; lakukan panen pada hari ke tujuh dengan menggunakan gayung plastik; larva ini siap ditebar ke kolam penederan I.

Pendederan I
Pendederan pertama ikan baung dilakukan di kolam tanah. Caranya : siapkan kolam ukuran 500 m2; keringkan selama 4 – 5 hari; perbaiki seluruh bagiannya; buatkan kemalir dengan lebar 40 cm dan tinggi 10 cm; ratakan tanah dasarnya; tebarkan 5 – 7 karung kotoran ayam atau puyuh; isi air setinggi 40 cm dan rendam selama 5 hari (air tidak dialirkan); tebar 50.000 ekor larva pada pagi hari; setelah 2 hari, beri 1 – 2 kg tepung pelet atau pelet yang telah direndam setiap hari; panen benih dilakukan setelah berumur 3 minggu.

Pendederan II
Pendederan kedua juga dilakukan di kolam tanah. Caranya : siapkan kolam ukuran 500 m2; keringkan 4 – 5 hari; perbaiki seluruh bagiannya; buatkan kemalir dengan lebar 40 cm dan tinggi 10 cm; ratakan tanah dasar; tebarkan 5 – 7 karung kotoran ayam atau puyuh; isi air setinggi 40 cm dan rendam selama 5 hari (air tidak dialirkan); tebar 30.000 ekor benih hasil pendederan I (telah diseleksi); beri 2 – 4 kg tepung pelet atau pelet yang telah direndam setiap hari; panen benih dilakukan setelah berumur sebulan.

Pendederan III
Pendederan ketiga dilakukan di kolam tanah. Caranya : siapkan kolam ukuran 500 m2; keringkan 4 – 5 hari; perbaiki seluruh bagiannya; buatkan kemalirnya; ratakan tanah dasarnya; tebarkan 2 karung kotoran ayam atau puyuh; isi air setinggi 40 cm dan rendam selama 5 hari (air tidak dialirkan); tebar 20.000 ekor hasil dari pendederan II (telah diseleksi); beri 4 – 6 kg pelet kecil (khusus lele); panen benih dilakukan sebulan kemudian.

Pembesaran
Pembesaran ikan baung dilakukan di kolam tanah. Caranya : siapkan sebuah kolam ukuran 200 m2; perbaiki seluruh bagiannya; tebarkan 4 karung kotoran ayam atau puyuh; isi air setinggi 40 – 60 cm dan rendam selama 5 hari; masukan 10.000 ekor benih hasil seleksi dari pendederan III; beri pakan 3 persen setiap hari, 3 kg di awal pemeliharaan dan bertambah terus sesuai dengan berat ikan; alirkan air secara kontinyu; lakukan panen setelah 2 bulan. Sebuah kolam dapat menghasilkan ikan konsumsi ukuran 125 gram sebanyak 400 – 500 kg.

Selamat mencoba semoga sukses

Sumber :
http://yusriazmispi.wordpress.com/budidaya-ikan-baung/
https://www.adisucipto.com/budidaya-ikan-baung-mystus-nemurus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar