Cara mengontrol
kualitas air yang baik menjadi
sarat utama sebagai pendukung berlangsungnya budidaya perikanan agar
menghasilkan tingkat produktivitas yang tinggi. Ditinjau dari sudut pandang
fisika, biologi dan kimia, air memiliki beberapa manfaat untuk menunjang
kehidupan ikan dan udang serta pakan alaminya diantaranya yaitu :
·
Dari segi ilmu fisika,
air adalah tempat hidup yang menyediakan ruang gerak bagi ikan atau udang.
·
Dari segi ilmu kimia,
air berfungsi sebagai pembawa unsur-unsur hara, vitamin maupun gas-gas terlarut
lainnya.
·
Dari segi biologi, air
berperan sebagai sarana yang baik untuk aktifitas biologis dan pembentukan
serta penguraian bahan organik.
Parameter kualitas air merupakan beberapa patokan yang digunakan
untuk mengetahui kualitas air. Kualitas air dapat dinilai secara fisik maupun
kimiawi. Secara kimiawi, kualitas air dapat ditentukan oleh hal hal sebagai
berikut :
Salinitas.
Salinitas adalah jumlah total kandungan garam
yang terlarut dalam sampel air yang diukur dalam satuan ppt (part per
thausand). Garam lautan berasal dari garam di pegunungan yang terbawa oleh
aliran air hujan dan sungai. Satuan ppt artinya bagian per seribu.
Sedangkan air payau adalah
air yang rasanya setengah asin setengah tawar, atau mempunyai salinitas
15-25 ppt. Setiap jenis ikan
mempunyai salinitas optimal yang berbeda untuk hidupnya. Salinitas yang baik
untuk budidaya udang windu adalah 15-22 ppt, sedangkan untuk udang putih 20-30 ppt. Salinitas air ini dapat diukur menggunakan
alat yang disebut dengan Salinity Refrakto Meter.
Salinity Refraktometer
merupakan alat pengukur kadar garam dalam air.Salinitas merupakan hal penting
untuk dijaga kondisinya dalam budidaya ikan atau udang di tambak/kolam.
Pembudidaya udang atau ikan sebaiknya dua kali sehari mengukur kadar garam
dalam air.
DO (Dissolved Oxygen)
DO atau Dissolved Oxygen memegang peranan yang
sangat penting bagi mahluk hidup. Bagi hewan yang hidup di air, pemenuhan
kebutuhan oksigen dipenuhi dari oksigen yang terlarut dalam air, maupun
langsung dari udara seperti yang dilakukan pada beberapa jenis hewan tertentu
(seperti lele). Ikan dan udang membutuhkan oksigen untuk menghasilkan
energi untuk beraktivitas, pertumbuhan, reproduksi dan lain-lain. Jumlah
oksigen yang terlarut dalam air dinyatakan dalam satuan ppm (part per
million/bagian per sejuta). Besarnya DO optimal untuk budidaya adalah 4 – 7,5 ppm, yang sesuai dengan kebutuhan udang/ikan.
Sumber DO air berasal dari udara bebas
melalui proses difusi dan dari proses fotosintesis tumbuhan yang ada didalam
air. Besar-kecilnya DO ditentukan oleh temperatur air dan udara, tekanan
barometrik udara, jumlah tumbuhan air baik yang berupa tumbuhan besar maupun
dalam bentuk phytoplankton, kadar mineral dan Biological Oxygen
Demand (BOD). Kadar
oksigen yang terlarut dalam air dapat diukur dengan alat yang disebut DO Meter. Cara untuk melarutkan oksigen
kedalam air dari udara diantaranya dilakukan dengan cara :
·
Penggunaan kincir.
Dengan menggunakan kincir, maka permukaan air tambak dipecah-pecah menjadi
butiran kecil, sehingga luas permukaan air menjadi lebih luas yang menjadikan
permukaan air yang mengalami kontak langsung dengan udara menjadi besar
sehingga oksigen dapat terlarut dalam air dalam jumlah yang banyak.
·
Air mengalir. Air yang
selalu bergerak akan mempunyai kandungan DO yang lebih tinggi dibandingkan
dengan air yang tenang, karena selalu terjadi kontak dengan udara bebas.
Derajat Keasaman (pH).
Tingkat keasaman air dinyatakan dalam pH
air. Besarnya pH air yang optimal untuk kehidupan ikan dan udang
adalah 6,5 – 8 (netral), karena
pada kisaran tersebut menunjukkan keseimbangan yang optimal antara oksigen dan
karbondioksida serta pada nilai tersebut, berbagai mikroorganisme yang
merugikan akan sulit berkembang. Kondisi pH air dapat berubah-ubah selama
budidaya yang dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, hal ini yang dapat berakibat
buruk bagi ikan atau udang.
Air yang pH-nya terlalu rendah (asam) dapat
menyerap fosfat yang berperan
dalam menurunya tingkat kesuburan air, sehingga kesuburan kolam dapat menurun.
Penurunan pH dapat diatasi melalui pengapuran dengan dosis 100 – 250 kg/ha. Pengukuran nilai pH air dapat dilakukan
dengan menggunakan alat test pH air.
Alkalinitas.
Alkalinitas adalah kapasitas air untuk
menetralkan setiap penambahan asam tanpa menurunkan pH. Alkalinitas
merupakan buffer (penahan)
terhadap pengaruh pengasaman.
Alkalinitas ini disebabkan oleh adanya ion-ion
bikarbonat (HCO3-), karbonat (CO32-), hidroksida
(OH–) dan ion-ion lain dalam jumlah kecil.
Secara fisik, kualitas air dipengaruhi oleh :
Kecerahan (transparansi) air / Tingkat Kekeruhan Air.
Kecerahan atau tingkat kekeruhan air pada
hakekatnya menunjukkan populasi plankton dan kandungan material lainya yang
terlarut dalam air, biasanya diukur dengan menggunakan secci disk atau Turbidity Meter.
Kecerahan yang baik berkisar antara 30 – 40 cm, karena pada kondisi itu
populasi plankton cukup ideal untuk pakan alami dan material terlarut cukup rendah.
Pada awal budidaya, biasanya kecerahan air tinggi (50 cm hingga dasar kolam)
karena populasi plankton masih rendah dan air masih bersih. Semakin lama usia
budidaya, kecerahan makin rendah (hingga 10 cm).
Untuk mempertahankan kecerahan yang ideal, selalu dilakukan
ganti air baru secara rutin atau setiap ada indikasi penurunan kecerahan dan
dilengkapi dengan perlakuan bahan-bahan pembuat stabil kondisi air
(stabilizer). Kecerahan yang ideal juga menunjukkan kondisi air yang baik,
karena penurunan kualitas air banyak disebabkan oleh tingginya kadar bahan
organik dan anorganik terlarut. Disamping itu, plankton yang terlalu
tinggi populasinya menyebabkan tingginya pH pada siang hari dan punurunan
drastis kadar DO pada malam hari terutama jika plankton yang dominan adalah
phytoplankton.
Suhu
Suhu air juga sangat penting bagi kehidupan
ikan atau udang karena suhu air sangat berpengaruh terhadap kehidupan jasad
renik (mikroorganisme), sehingga dapat mempengaruhi kehidupan ikan dan
udang. Suhu ideal untuk budidaya adalah 25 – 310 C. Jika suhu berfluktuasi secara drastis, dapat
berakibat buruk bagi pertumbuhan embrio ikan. Suhu air dipengaruhi oleh radiasi
cahaya matahari, suhu udara, cuaca dan lokasi. Air mempunyai kapasitas yang
besar untuk menyimpan panas sehingga suhunya relatif konstan dibandingan dengan
suhu udara, perbedaan suhu air antara pagi hari dan siang hari hanya 20 C. Suhu air akan mempengaruhi
densitas/kepadatannya (dalam gr/cm3. Perbedaan
densitas air antara lapisan atas dan lapisan bawah dapat menyebabkan terjadinya
stratifikasi air menjadi 3 lapisan, yaitu epilimnion (lapisan atas yang suhunya
tinggi), hypolimnion (lapisan bawah yang dingin) dan thermocline (lapisan
antara keduanya yang suhunya turun drastis). Stratifikasi air ini dipengaruhi
oleh kedalaman kolam/tambak dan radiasi cahaya matahari.
Kedalaman air.
Untuk kolam budidaya, kedalaman air yang
ideal yaitu 70 – 120 cm.
Air yang terlalu dangkal menyebabkan perubahan suhu terlalu besar. Jika air
terlalu dalam mengakibatkan perbedaan suhu yang menyolok antara air bagian atas
dengan bagian bawah dan sinar matahari tidak dapat mencapai air bagian bawah
sehingga pertumbuhan phytoplankton terhambat. Seperti yang telah dikemukaan di
muka bahwa kolam/tambak yang terlalu dalam dapat menyebabkan terjadinya
stratifikasi suhu air sehingga harus diusahakan agar berada dalam kisaran
kedalaman yang ideal
Sumber :
http://www.isw.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar