MENGENAL KERANG MUTIARA
KEKAYAAN ALAM INDONESIA
Mutiara yang berkilau diimpikan banyak wanita. Seindah dan semahal apapun gaun yang dikenakan, tanpa ada kalung yang beruntai mutiara di leher atau pergelangan tangan, penampilan menjadi kurang sempurna dan elegan. Mutiara yang sudah dibuat dalam bentuk jewelry (perhiasan) lebih indah bila dikombinasikan dengan benda-benda berharga lainnya seperti emas, perak, berlian, atau intan.

Tidak hanya pasar dalam negeri yang membutuhkan mutiara, pasar luar negeri juga masih menjanjikan. Apalagi mutiara dari Indonesia sudah tersohor kualitasnya di berbagai belahan dunia. Indonesia dikenal sebagai penghasil mutiara laut selatan (south sea pearl) yang juga dijuluki The Queen of Pearls. Komoditas mutiara laut hasil budidaya ini masih memiliki peluang yang cukup luas. Banyak pulau dan teluk-teluk yang terlindung dari hempasan ombak yang cocok untuk lokasi pengembangan budidaya mutiara laut yang belum dimanfaatkan. Kondisi iklim yang hampir stabil sepanjang tahun, memungkinkan pengembangan budidaya mutiara laut ini tidak terpengaruh oleh perubahan musim. Selain kondisi alamnya yang tidak banyak mengalami perubahan hampir sepanjang tahun, jenis kerang mutiara sebagai penghasil mutiara yang diproduksi di Indonesia merupakan salah satu jenis yang paling unggul dibandingkan dengan kerang mutiara dari negara lain, yakni kerangPinctada maxima.
Area kumpulan kerang dunia

Setidaknya ada tiga kawasan yang memiliki kumpulan kerang mutiara laut dan menjadi kawasan pencarian mutiara alami. Ketiga kawasan itu adalah daerah Teluk Persia, Selat Manaar di Srilanka, Perairan Australia Utara. Selain ketiga tempat yang terkenal tersebut, kawasan kerang mutiara juga ditemukan di daerah perairan Burma, Selat Malaka, Laut Arafura, Laut Sulu sampai ke perairan Jepang, dan di negara-negara Pasifik selatan. Beberapa tempat juga ditemukan di Amerika tengah dan utara seperti di Panama, kepulauan Margarita Venezuela sampai ke perairan Mexico.
Mengenal mutiara
Jenis dan kualitas mutiara

Jenis mutiara hasil budidaya berdasarkan bentuknya bisa diklasifikasikan dalam tiga golongan besar yaitu:
- Mutiara bundar (round pearl)
- Setengah mutiara/mabe (half pearl), bentuknya seperti tear drop (tetes air) atau buah pir.
- Keshi bentuknya tidak beraturan (baroque)
Kualitas mutiara ditentukan oleh:

- Ukuran mutiara Makin besar ukurannya akan makin mahal harganya. Mutiara terbesar di dunia, beratnya mencapai 6,4 kg. Mutiara ini dikenal dengan nama Pearl of Allah (Lao-Tze Pearl).
- Bundar tidaknya mutiara. Mutiara bundar cenderung lebih disukai, dengan demikian harganya juga cenderung lebih mahal.
- Daya pantul mutiara terhadap obyek atau cahaya (lustre).
- Tidak adanya bercak atau goresan pada permukaan mutiara. Cacat pada permukaan mutiara akan menurunkan kualitasnya.

- Warna mutiara. Mutiara berwarna pink banyak disukai orang Amerika, warna krem dan perak banyak disukai orang Eropa, sedangkan warna krem dan emas banyak disukai oleh orang Amerika Latin dan Timur Tengah.
Proses produksi mutiara
Proses pembuatan mutiara secara alami

Rekayasa proses produksi mutiara dikenal dengan istilah grafting atau seeding atau juga implantation, yaitu menyisipkan inti (nucleus) bersama selembar organ mantel (irisan daging kerang mutiara lain yang dikenal dengan nama ‘saibo’) ke dalam kerang mutiara. Organ mantel ini diambil dari individu kerang mutiara lain yang berperan sebagai donor. Pemilihan donor yang baik akan menentukan kualitas mutiara yang dihasilkan, terutama dari segi warna, bentuk dan kilaunya.Inti dan irisan mantel ditempatkan di dalam gonad kerang setelah sebelumnya dibuat irisan kecil pada dinding gonad. Irisan daging mantel akan membentuk kantung mutiara (pearl sac) yang nantinya akan memproduksi nacre. Proses ini dikenal sebagai biomineralisasi, yang mirip dengan proses pembentukan tulang pada manusia dan hewan bertulang belakang. Nacre adalah bagian permukaan yang berkilau dari mutiara atau juga dinding bagian yang berkilau dalam kerang. Pada bagian dalam kerang, nacre diistilahkan sebagai Mother of Pearl (ibu dari mutiara) sedangkan nacre yang melekat di inti disebut mutiara. Kualitas nacre yang dihasilkan menjadi penentu kualitas mutiara secara keseluruhan.


Proses pembuatan mutiara secara alami
Di alam, mutiara terbentuk akibat adanya irritant yang masuk ke dalam mantel kerang mutiara. Fenomena adanya irritant ini sering juga ditafsirkan dengan masuknya pasir atau benda padat ke dalam mantel, kemudian benda ini akan terbungkus nacre sehingga terbentuklah mutiara.



Teori
mengungkapkan bahwa pada suatu saat bagian ujung mantel kerang dimakan oleh ikan. Hal ini dimungkinkan karena kerang akan membuka cangkang dan menjulurkan bagian mantelnya untuk menyerap makanan. Saat mantelnya putus, bagian remah
- pun masuk ke dalam rongga mantel. Teori irritant juga mengungkapkan bahwa mutiara dapat terbentuk akibat masuknya cacing yang biasanya ada pada moluska pada masa perkembangannya, kemudian berpindah ke organisme lain. Cacing ini merusak dan memasuki rongga mantel. Cacing ini tanpa sengaja membawa bagian
yang ada di permukaan mantel bersamanya. Bila cacing mati dalam rongga mantel, maka cacing ini akan dibungkus oleh epithelium, membentuk kantung mutiara dan akhirnya terbentuklah mutiara. Kalaupun cacing itu bisa melepaskan diri, maka epithelium yang tinggal dalam rongga mantel itu yang akan membentuk mutiara setelah sebelumnya membentuk kantung mutiara.



Teori kedua tentang proses produksi mutiara adalah karena masuknya partikel padat ke dalam rongga mantel. Partikel padat bisa saja terperangkap di dalam tubuh kerang akibat dorongan air. Saat kerang ini tak bisa mengeluarkannya, partikel tersebut dapat masuk ke rongga mantel. Saat dia masuk, epithelium juga ikut bersamanya. epithelium ini akhirnya membungkus partikel padat sehingga terbentuklah kantung mutiara. Kantung mutiara ini akhirnya akan mendeposisikan nacre ke partikel padat tersebut. Namun demikian, sejauh ini belum ada bukti ilmiah yang mendukung teori masuknya pasir ke dalam mantel kerang mutiara, walaupun teori ini dipahami sejak lama. Dari beberapa mutiara alami yang dibedah, diketahui bahwa bagian inti mutiaranya bukanlah partikel padat.
Mutiara hasil budidaya
Sebelum kegiatan operasi pengambilan mutiara, kerang mutiara jauh hari sebelumnya sudah mengalami proses yang disebut weakening (membuat kerang mutiara menjadi lemah). Proses ini biasanya berlangsung selama 2 minggu sampai 1 bulan tergantung jenis kerangnya. Proses ini dimaksudkan supaya kerang mutiara mengalami stress dan memasuki fase reproduksi dengan cepat, sehingga apabila operasi dilaksanakan, gonad-nya sudah kosong. Bila gonad dalam keadaan penuh maka kegiatan operasi akan sulit dan bahkan banyak mengalami kegagalan. Proses weakening ini bisa dilakukan dengan menutup kerang mutiara dengan sarung yang berpori sangat kecil, sehingga partikel makanan tersaring atau bahkan kerang mutiaranya ditumpuk bersama kemudian dibungkus dengan sarung berpori kecil tersebut. Dalam kondisi ini, kerang mutiara masih bisa bertahan hidup walaupun makanan dalam partikel yang lebih besar sudah tak ada lagi. Setelah proses ini, kerang mutiara diangkat ke darat (bila operasi dilaksanakan di darat) dan mengalami proses weakeninglanjutan di dalam tangki.

Produksi mutiara hasil budidaya menggunakan prinsip terbentuknya mutiara alami melalui sebuah nucleus sebagai dasar terbentuknya mutiara. Seorang teknisi terlatih akan menyiapkan inti mutiara yang biasanya bulat dan berasal dari cangkang kerang lain, dan potongan mantel atau saibo yang diambil dari kerang mutiara lain juga. Pemilihan donor ini mempertimbangkan warna dan kualitas nacre Mother of Pearl-nya yang terdapat pada bagian sisi dalam cangkang kerang.

Budidaya kerang mutiara
Mutiara hasil budidaya melewati serangkaian proses dengan campur tangan manusia. Rentang waktu dari pembesaran hingga panen mencapai 3 tahun. Walaupun sebagian besar waktu pembentukan mutiara budidaya berada di dalam kerang, namun manusia berperan penting dalam meyakinkan bahwa mutiara di dalam kerang itu terbentuk sesuai keinginannya. Sejak proses penyisipan bahkan jauh sebelum proses ini berlangsung, untuk meyakinkan bahwa mutiara budidaya terbentuk dengan baik, kerang-kerang yang layak dibudidayakan telah diseleksi dengan baik. Sampai saat ini, produksi mutiara hasil budidaya kelas terbaik masih sangat minim dibandingkan dengan kelas di bawahnya.

Kolektor adalah substrat atau tempat untuk menempel bagi larva kerang mutiara yang bermetamorfosis menjadi spat. Namun demikian, bukan hanya
kerang mutiara saja yang menempel di kolektor ini, namun bisa saja organisme lainnya. Kolektor-kolektor ini digantung pada
atau sarana apung lainnya. Lamanya perendaman sebenarnya tergantung dari tingkat pertumbuhan spat hingga mencapai ukuran yang bisa diidentifikasi sehingga bisa dibedakan dengan spat kerang jenis lain. Secara teoritis, perendaman bisa lebih dari 2 bulan tergantung jenis kerang yang akan dibudidayakan.


Kolektor dibersihkan dari jenis kerang lain dan organisme pengotor lainnya (biofouling) sehingga memungkinkan spat tumbuh dengan leluasa. Setelah itu, jenis yang akan dibudidayakan diambil dengan hati-hati karena kondisi mereka sangat rentan. Mengingat mereka menempel dengan
, pengambilan spat adalah dengan memotong bysusnya bukan dengan menarik keluar
itu dengan paksa.




Beberapa negara mulai mengembangkan program selective breeding yaitu menyeleksi kerang yang memiliki karakter bagus untuk dijadikan induk. Karakter bagus ini meliputi bagusnya pertumbuhan kerang dibandingkan kerang seusianya, morfologi cangkang, dan warna nacre (Mother of Pearl) kerang tersebut.

Budidaya mutiara air laut memerlukan lokasi yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:

- 1. Lokasi terlindung dari angin dan gelombang yang besar
- 2. Perairan subur, kaya akan makanan alami
- 3. Kecerahan cukup tinggi
- 4. Cukup tersedia induk/benih tiram mutiara
- 5. Dasar perairan pasir karang dan kedalaman air 15-25 m
- 6. Kadar garam 30-34 ppt dan suhu 25-28 derajat C
- 7. Bebas pencemaran
Kegiatan pemeliharaan budidaya mutiara air laut mencakup hal-hal sebagai berikut :

- Tiram mutiara yang dipasangi inti mutiara bulat perlu dilakukan pengaturan posisi pada waktu awal pemeliharaan, agar inti tidak dimuntahkan keluar. Di samping itu, tempat dimasukkannya inti pada saat operasi harus tetap berada di bagian atas.
- Pemeriksaan inti dengan sinar X dilakukan setelah tiram mutiara dipelihara selama 2 – 3 bulan untuk mengetahui apakah inti yang dipasang dimuntahkan atau tetap pada tempatnya.
- Pembersihan cangkang tiram mutiara dan keranjang pemeliharaanya harus dilakukan secara berkala, tergantung dari kecepatan/kelimpahan organisme penempel.Sumber :https://belajar.kemdikbud.go.idhttps://muhditernate.wordpress.com/http://www.trobos.com/detail-berita/2017/07/25/56/9111/budidaya-kerang-mutiara-masih-diunggulkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar