Penyu adalah kura-kura laut yang ditemukan
di semua samudra di
dunia. Menurut data para ilmuwan, penyu sudah ada sejak akhir zaman Jura (145 - 208 juta
tahun yang lalu) atau seusia dengan dinosaurus.
Pada masa itu Archelon, yang berukuran panjang badan enam meter,
dan Cimochelys telah
berenang di laut purba seperti penyu masa kini.
Penyu memiliki
sepasang tungkai depan
yang berupa kaki pendayung yang memberinya ketangkasan berenang di dalam air.
Walaupun seumur hidupnya berkelana di dalam air, sesekali hewan kelompok vertebrata,
kelas reptilia itu
tetap harus sesekali naik ke permukaan air untuk mengambil napas. Itu karena
penyu bernapas dengan paru-paru. Penyu pada umumnya bermigrasi dengan
jarak yang cukup jauh dengan waktu yang tidak terlalu lama. Jarak 3.000 kilometer dapat
ditempuh 58 - 73 hari.
Menurut Wilson dkk,
penyu itu mempunyai peran penting dalam menjaga ekosistem laut yang sehat. Laut
yang sehat akan menjadi habitat berjuta-juta ikan sebagai sumber protein
penting bagi manusia.
Contohnya penyu
hijau yang menjaga keberlangsungan hidup lamun dan rumput laut. Ketika mereka
"merumput" maka penyu hijau telah membantu menambah nutrisi dan
membantu produktifitas lamun.
Tanpa proses
merumput yang konstan maka padang lamun akan terlalu rimbun dan menghalangi
arus laut. Selain itu menghalangi sinar matahari menembus ke dasar laut,
akibatnya pangkal lamun akan mengalami pembusukan dan menciptakan habitat
sejenis jamur.
Perilaku penyu
hijau dalam memakan lamun juga membantu penyebaran lamun. Kebanyakan penyu
memakan lamun hingga beberapa cm dari pangkal daunnya yang menyebabkan bagian
ujung dan yang lebih tua akan hilang. Sebagai hasil dari seringnya penyu
memakan daun lamun di bagian yang sama, maka lamun hidup menyebar, tidak
terkumpul pada satu tempat.
Teluk Florida dan
Teluk Meksiko adalah contoh yang tepat dari kasus pentingnya penyu hijau
terhadap kesehatan lamun. Kematian padang lamun di daerah ini disebutkan akibat
kepunahan penyu hijau.
Peran dalam menjaga
ekosistem laut yang sehat juga dilakukan oleh penyu sisik. Dibekali dengan
mulut seperti paruh burung, penyu sisik memakan berbagai jenis spons. Dengan
demikian mereka dapat mengontrol komposisi spesies dan distribusi spons dari
ekosistem terumbu karang.
Spons secara
agresif bersaing berebut tempat dengan terumbu karang. Dengan memakan spons
maka penyu sisik memberikan kesempatan kepada terumbu karang untuk berkoloni
dan bertumbuh. Tanpa keberadaan penyu sisik maka spons sangat mendominasi
terumbu karang yang bisa merubah strukttur ekosistem terumbu karang.
Pertahanan fisik
dan kimia dari spons itu menghalangi ikan dan sebagian besar mamalia air
memakan spons. Ketika penyu sisik merobek spons, maka nutrisi di dalam spons
menjadi terbuka dan dapat dimakan oleh spesies laut yang biasanya mereka tidak
dapat membuka lapisan luar dari spons tersebut. Jadi secara tidak langsung
penyu sisik itu memberi makanan kepada ikan-ikan.
Penyu mengalami siklus bertelur yang
beragam, dari 2 - 8 tahun sekali. Sementara penyu jantan menghabiskan seluruh
hidupnya di laut, betina sesekali mampir ke daratan untuk bertelur. Penyu
betina menyukai pantai berpasir yang sepi dari manusia dan sumber bising
dan cahaya sebagai tempat bertelur yang berjumlah ratusan itu, dalam lubang
yang digali dengan sepasang tungkai belakangnya. Pada saat mendarat untuk
bertelur, gangguan berupa cahaya ataupun suara dapat membuat penyu mengurungkan
niatnya dan kembali ke laut, juga penyu menggunakan magnetism bumi sebagai
bantuan untuk kembali ke kampung halamannya ketika saat masih menjadi tukik,
dan kembali saat sudah dewasa untuk bertelur.
Penyu yang menetas di perairan pantai Indonesia ada
yang ditemukan di sekitar kepulauan Hawaii.
Penyu diketahui tidak setia pada tempat kelahirannya.
Tidak banyak regenerasi yang
dihasilkan seekor penyu. Dari ratusan butir telur yang dikeluarkan oleh seekor
penyu betina, paling banyak hanya belasan tukik (bayi penyu) yang berhasil sampai ke laut kembali dan
tumbuh dewasa. Itu pun tidak memperhitungkan faktor perburuan oleh manusia
dan pemangsa alaminya
seperti kepiting, burung dan tikus di pantai,
serta ikan-ikan
besar begitu tukik tersebut menyentuh perairan dalam.
Di tempat-tempat yang populer
sebagai tempat bertelur penyu biasanya sekarang dibangun stasiun penetasan
untuk membantu meningkatkan tingkat kelulushidupan (survival). Di
Indonesia misalnya terdapat stasiun penetasan di:
·
Pantai
selatan Jawa Barat (Pangumbahan, Cikepuh KSPL Chelonia
UNAS)
·
pantai
selatan Bali (di dekat Kuta)
·
Kalimantan
Tengah (Sungai Cabang FNPF)
·
pantai
selatan Lombok
·
Jawa
Timur (Alas Purwo)
·
Bengkulu
(Retak ilir Mukomuko)
·
Pulau
Cangke Kabupaten Pangkep Prov. Sulawesi selatan
·
Pulau
Jemur Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau (Info Selengkapnya kunjungi Website Resminya)
·
Pulau
Sangalaki, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur
·
Kabupaten
Bintan, Provinsi Kepulauan Riau (Pantai Sakerah, Pantai Trikora, Tanjung Uban,
Bintan Timur, Desa Mepar, Kepulauan Tambelan)
·
Kabupaten
Karimun, Provinsi Kepulauan Riau (Pulau Karimun)
·
Kabupaten
Kepulauan Anambas, Provinsi Kepulauan Riau (Pulau Damar, Pulau Mangkai, Pulau
Durai, Pulau Pahat)
·
Kabupaten
Natuna, Provinsi Kepulauan Riau (Pulau Senoa, Pulau Sekatung)
Di dunia saat ini hanya ada tujuh
jenis penyu yang masih bertahan, yaitu:
·
Penyu hijau (Chelonia
mydas)
·
Penyu sisik (Eretmochelys
imbricata)
·
Penyu Kemp’s ridley (Lepidochelys
kempi)
·
Penyu lekang (Lepidochelys
olivacea)
·
Penyu
belimbing (Dermochelys coriacea)
·
Penyu pipih (Natator
depressus)
·
Penyu tempayan (Caretta
caretta)
Dari ketujuh jenis ini, hanya
penyu Kemp's ridley yang tidak pernah tercatat ditemukan di perairan Indonesia.
Dari jenis-jenis tersebut, penyu
belimbing adalah yang terbesar dengan ukuran panjang badan mencapai 2,75 meter
dan bobot 600 - 900 kilogram. Penyu lekang adalah yang terkecil, dengan bobot
sekitar 50 kilogram. Namun demikin, jenis yang paling sering ditemukan adalah
penyu hijau.
Penyu, terutama penyu hijau,
adalah hewan pemakan tumbuhan yang sesekali memangsa beberapa hewan kecil.
Jenis jenis penyu
Di dunia ada 7
jenis penyu dan 6 diantaranya terdapat di Indonesia. Jenis penyu yang ada di
Indonesia adalah Penyu hijau (Chelonia mydas), Penyu sisik (Eretmochelys
imbricata), Penyu lekang (Lepidochelys olivacea), Penyu
belimbing (Dermochelys coriacea), Penyu pipih (Natator
depressus) dan Penyu tempayan (Caretta caretta). Penyu belimbing
adalah penyu yang terbesar dengan ukuran panjang badan mencapai 2,75 meter dan
bobot 600 - 900 kilogram. Sedangkan penyu terkecil adalah penyu lekang, dengan
bobot sekitar 50 kilogram.
Semua jenis penyu
laut di Indonesia telah dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomer
7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Ini berarti segala
bentuk perdagangan penyu baik dalam keadaan hidup, mati mauoun bagian tubuhnya
itu dilarang. Menurut Undang Undang No 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya pelaku perdagangan (penjual dan pembeli)
satwa dilindungi seperti penyu itu bisa dikenakan hukuman penjara 5 tahun dan
denda Rp 100 juta.. Pemanfaatan jenis satwa dilindungi hanya diperbolehkan
untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan dan penyelamatan jenis satwa
yang bersangkutan.
Berdasarkan
ketentuan CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild
Flora and Fauna), semua jenis penyu laut telah dimasukan dalam
appendix I yang artinya perdagangan internasional penyu untuk tujuan komersil
juga dilarang. Badan Konservasi dunia IUCN memasukan penyu sisik ke dalam
daftar spesies yang sangat terancam punah. Sedangkan penyu hijau , penyu
lekang, dan penyu tempayan digolongkan sebagai terancam punah.
Ancaman terhadap
penyu adalah perdagangan baik dalam bentuk daging, telur ataupun bagian
tubuhnya. Penyu yang sering diperdagangkan dagingnya adalah jenis penyu hijau.
Perdagangan daging penyu ini masih terjadi di Pulau Bali. Sedangkan jenis penyu
yang sering diambil karapas sisiknya untuk dibuat cinderamata adalah penyu
sisik. Pencemaran laut oleh minyak dan sampah plastik juga menjadi ancaman bagi
kelestarian penyu.
Penyu
adalah spesies yang telah hidup di muka bumi sejak jutaan tahun yang lalu dan
mampu bertahan hingga kini. Penyu adalah satwa migran, seringkali bermigrasi
dalam jarak ribuan kilometer antara daerah tempat makan dan tempat bertelur. Penyu
menghabiskan waktunya di laut tapi induknya akan menuju ke daratan ketika
waktunya bertelur. Induk penyu bertelur dalam siklus 2-4 tahun sekali, yang
akan datang ke pantai 4-7 kali untuk meletakan ratusan butir telurnya di dalam
pasir yang digali.
Setelah
45 - 60 hari masa inkubasi, tukik (sebutan untuk anak penyu) muncul dari dalam
sarangnya dan langsung berlari ke laut untuk memulai kehidupan barunya.
Beberapa ahli mengatakan dari 1000 tukik hanya akan ada 1 tukik yang mampu
bertahan hidup hingga dewasa. Tingkat keberhasilan hidup penyu sampai usia
dewasa sangat rendah, para ahli mengatakan bahwa hanya sekitar 1-2 % saja dari
jumlah telur yang dihasilkan.
Sumber :
http://www.profauna.net/id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar