Abalon
merupakan komoditas perikanan bernilai tinggi, khususnya di negara-negara maju
di Eropa dan Amerika Utara. Biota laut ini dikonsumsi segar atau kalengan. Di
Indonesia, jenis siput ini belum banyak dikenal masyarakat dan pemanfaatannya
baru terbatas di daerah-daerah tertentu, khususnya di daerah pesisir.
Pemanfaatan
sumber daya laut tidak hanya dilakukan melalui penangkapan, tetapi juga perlu
dikembangkan usaha budidaya, salah satunya adalah budidaya laut. Saat ini
pengembangan budidaya laut lebih banyak mengarah kepada
ikan-ikan ekonomis tinggi dan tiram mutiara,
sementara di perairan Indonesia masih banyak biota-biota laut yang masih bisa
dikembangkan dan mempunyai nilai ekonomis tinggi, salah satunya adalah kerang
abalone (Haliotis asinina). Pengembangan usaha budidaya
kerang abalon di masa datang mempunyai prospek cukup cerah, mengingat beberapa
keunggulan yang dimilikinya baik dari teknik budidaya sampai dengan
pemasaran
Seleksi Benih Siap Tebar
Benih merupakan salah tahap suatu kegiatan
budidaya yang sangat menentukan keberhasilan yang akan dicapai. Kesalahan dalam
memilih benih akan menimbulkan danpak kerugian yang besar, seperti tingginya
tingkat kematian saat proses pemeliharaan dan lambatnya pertumbuhan. Oleh
karena itu, seleksi benih sebelum penebaran harus dilakukan dengan tepat.
Kriteria benih siap tebar untuk budidaya kerang abalone adalah sebagai berikut:
– Ukuran benih relatif seragam yaitu 1 cm/ekor (ukuran
panjang cangkang).
– Telah mampu memanfaatkan pakan rumput laut segar sebagai
makanannya, seperti Gracilaria sp atau Ulva sp.
– Sensitif terhadap respon dari luar.
Benih kerang abalone
yang sehat akan cepat merespon ransangan dari luar. Tanda-tanda yang diberikan
adalah sebagai berikut:
* kerang abalone
yang cenderung melekat kuat pada substrak jika disentuh
* jika direndam dalam air tawar akan mengkerut dan mengeras, dan
apabila dikembalikan ke air laut akan cepat melakukan pergerakan.
* jika dipegang
terasa kenyal dan padat serta tidak lemas.
– Cangkang tidak pecah atau cacat.
– Tidak terdapat luka pada bagian badan/daging.
Padat Tebar dan
Aklimatisasi
Daya dukung lahan sangat perlu dipertimbangkan
untuk menentukan padat penebaran (stocking density) dan ukuran benih
tebar, selain itu tingkah laku dan sifat yang dimiliki oleh biota juga dapat
dijadikan sebagai dasar dalam penentuan padat tebar. Diantara sifat kerang
abalone yang dapat dijadikan sebagai dasar penentuan padat tebar adalah
pergerakan yang lanbat dan hidup menempel pada substrak dan tidak memerlukan
areal yang luas untuk melakukan aktivitasnya. Hal ini sangat memungkinkan untuk
penebaran tinggi. Di Negara Jepang, padat penebaran H. asinina ukuran
25mm 731-1426 ekor/m2 (Singhagraiwan and Doi, 1993). Di Indonesia, Loka
Budidaya Laut-Lombok yang memelihara kerang abalone dengan penerapan 2 metode
memiliki padat tebar dan cara aklimatisasi yang berbeda.
Langkah awal sebelum penebaran adalah
aklimatisasi atau penyesuaian terhadap lingkungan yang baru. Aklimatisasi
mutlak dilakukan sebelum penebaran kedalam wadah budidaya. Tindakan ini
dimaksudkan untuk mengurangi resiko kegagalan (kematian) saat awal
pemeliharaan. Perubahan lingkungan secara tiba-tiba akan dapat menimbulkan
stress pada biota, bahkan dapat mengakibatkan kematian. Karena itu, lakukanlah
aklimatisasi terlebih dahulu sebelum penebaran. Tingkat padat tebar dan cara
aklimatisasi pada ke dua metode adalah sebagai berikut:
a. Metode Pen-culture
Pertimbangan-pertimbangan yang menjadi dasar
dalam penentuan padat tebar pada metode pen-culture, selain sifat dan tingkah
laku kerang abalone adalah kondisi perairan saat surut terendah yang dapat
berlangsung beberapa saat. Pada saat surut, kuantitas air yang berada dalam
pen-culture sangat minim serta kemungkinan tidak terjadi pertukaran air.
Keadaan ini sangat mengkwatirkan jika dilakukan dalam penebaran tinggi. Oleh
karena itu, padat tebar metode pen-culture sebaiknya berkisar antara 100-150
ekor/m2.
Cara aklimatisasi pada metode ini yaitu dengan
cara aklimatisasi dalam bak terlebih dahulu dengan mempergunakan media air dari
lokasi pen-culture. Kantong diapungkan beberapa saat (15-20 menit), kemudian
dibuka dan dimasukkan air perlahan-lahan. Tebar benih abalone kedalam bak
selama 20-30 menit dengan keadaan sirkulasi air.
Penebaran dalam pen-culture dapat dilakukan
setelah kerang abalone terlihat telah dapat menerima kondisi linkungan yang
baru, ditandai dengan gerak aktif kerang abalone untuk mencari tempat
bersembunyi. Penebaran dilakukan pada saat air mulai pasang yang ditebar merata
dalam pen-culture (dibeberapa tempat).
Gambar 14. Penebaran benih kerang abalone dalam pen-culture.
b. Metode KJA
Berbeda dengan metode KJA, padat tebar bisa
lebih tinggi. Tingginya padat penebaran pada metode ini dikarenakan sirkulasi
air selalu terjamin setiap saat sehingga kualitas air lebih terjamin. Pada
metode ini, yang harus dipertimbangkan selain sifat dan tingkah laku kerang
abalone serta sirkulasi air adalah luas permukaan substrak. Hal ini erat
kaitannya dengan penyebaran kerang abalone. Dengan percobaan yang telah
dilakukan oleh Loka Budidaya laut-Lombok, padat tebar metode KJA sebaiknya
berkisar antara 350-400 ekor/m2.
Cara aklimatisasi di KJA dapat dilakukan dalam
bak ataupun langsung didalam wadah pemeliharaan. Kantong yang berisi benih
diapungkan dalam wadah pemeliharaan 15-20 menit, kantong dibuka dan dimasukkan
air dari luar kantong secara perlaha-lahan hingga hampir penuh, balik bagian
dalam kantong menjadi luar kantong dan biarkan benih kerang abalone lepas
dengan sendirinya. Setelah beberapa saat, benih kerang abalone yang masih
menempel pada kantong segera dilepas dan dimasukkan kedalam wadah pemeliharaan.
Pakan dan Pemberian
Pakan
Pakan merupakan salah satu faktor yang paling
penting dalam menunjang keberhasilan budidaya kerang abalone, kelangsungan
hidup dan pertumbuhan. Ketepatan jenis pakan yang diberikan menjadi
pertimbangan utama dalam pemberian pakan. Jenis pakan kerang abalone adalah
seaweed yang biasa disebut makro-alga, namun tidak semua dapat dimanfaatkan
dengan baik sebagai sumber makanan. Saat ini, pakan yang terbaik yang diberikan
adalah Gracilaria sp yang merupakan makanan favorit untuk
kerang abalone. Selain Gracilaria sp, jenis seaweed yang yang
lain juga dapat diberikan, seperti Ulva sp. Saat pemberian
pakan, perlu diperhatikan kebersihan dan kesegaran pakan. Hal ini bertujuan
untuk menghindari adanya predator-predator yang terbawa dan menghindari pakan
yang hampir/telah mati yang nantinya akan membusuk dan menimbulkan racun bagi
kerang abalone.
Pada metode pen-culture, pemberian pakan
dilakukan jika ketersediaan pakan yang sebelumnya telah ditumbuhkan dalam wadah
terlihat mulai sedikit. Pemberiannya dilakukan pada saat air sedang surut
dengan cara menyelipkan antara jejeran genteng. Jumlah setiap penambahan pakan
yang diberikan sebanyak 25-30 kg berat basah/unit pen-culture.
Pemberian pakan pada metode KJA berbeda dengan
metode pen-culture. Pada metode KJA, frekuensi pemberian pakan dilakukan 2-3
hari sekali sebanyak 2-5kg/unit wadah. Kelebihan dalam pemberian pakan
pada metode KJA akan menimbulkan bahaya yaitu matinya sebagian Gracilaria sp
dalam wadah yang menimbulkan bau busuk yang kemungkinan besar mengandung bahan
beracun (seperti NH3 dan H2S) yang dapat bersifat
racun dan mematikan. Oleh karena itu, pengelolaan dan pengontrolan pakan harus
dilakukan dengan tepat.
Pertumbuhan, Kelangsungan Hidup dan Konversi
Pakan
Kerang abalone adalah hewan yang sangat lambat
tumbuh. Untuk mencapai ukuran diatas 8cm/ekor dengan berat 30-40gr/ekor,
dibutuhkan masa waktu pemeliharaan 12-14 bulan dengan ketersediaan pakan yang
selalu cukup. Pada awal pemeliharaan, pertumbuhan panjang cangkang sejalan
dengan pertumbuhan berat hingga mencapai ukuran cangkang 4cm dengan berat 11,5-13,37gr.
Setelah mencapai ukuran diatas 4cm, pertumbuhan lebih mengarah terhadap
pertumbuhan berat. Kelangsungan hidup kerang abalone yang dicapai dalam masa
pemeliharaan 12-14 bulan sebesar 55-63%.
Sifat kerang abalone yang sangat rakus namun
lambat tumbuh mengakibatkan tingginya nilai konversi pakan (Feeding
Convercation of Ratio; FCR) yang dapat mencapai 27-29, artinya untuk
meningkatkan berat badan sebesar 1 gr, kerang abalone harus memakan makanan
sebanyak 27-29gr.
Pengontrolan dan Pergantian waring.
Gerakan kerang abalone yang sangat lambat juga
merupakan suatu titik kelemahan, yaitu mudahnya predator-predator untuk
memangsanya. Dengan adanya tindakan pengontrolan, predator-predator dapat
langsung dimusnahkan dengan cara pengambilan langsung dari dalam wadah
budidaya.
Pada metode pen-culture, pengontrolan sangat
sulit untuk dilakukan dikarenakan ketergantungan pada surutnya air laut dan
desain substrak yang cukup sulit untuk menemukan adanya predator. Salah satu
cara untuk mencegah adanya predator adalah desain pen-culture yang rapat
sehingga tidak terdapat lubang/tempat masuknya predator serta melakukan
pengontrolan secara menyeluruh setiap 3 atau 4 bulan sekali dengan cara
membongkar susunan substrak. Hal ini juga bertujuan untuk memperbaiki kembali
susunan substrak.
Gambar . Pengontrolan pada pen-culture
Dinding pen-culture yang terbuat dari waring
sangat mudah kotor akibat dari sedimen yang terbawa dalam badan air serta
tumbuhan biofouling(tumbuhan penempel) yang dapat mennganggu
sirkulasi air. Selain itu, waring yang telah kotor akan lebih mudah sobek
dikarenakan tertahannya arus hempasan ombak. Oleh karena itu pergantian waring
perlu untuk dilakukan minimal 1 bulan sekali.
Pada metode KJA, pengontrolan terhadap
predator lebih mudah untuk dilakukan. Pengontrolan dapat dilakukan minmal 3-4
hari sekali atau sebelum pemberian pakan dengan cara mengangkat wadah budidaya
ke permukaan. Predator-predator dapat segera dimusnahkan serta kerang abalone
yang sakit dapat dilakukan tindakan pengobatan. Untuk memperlancar sirkulasi
air dalam wadah, pergatian wadah/waring minimal dilakukan setiap bulan.
Hama dan Penyakit
Hama
Hama merupakan hewan pengganggu dan
pemangsa dalam budidaya kerang abalone. Jenis hama yang terdapat dalam wadah
budidaya kerang abalone diberdakan menjadi 3 golongan, yaitu; 1) hama
pengganggu; 2) penyaing; dan 3) pemangsa/predator. Diantara ke tiga golongan
hama tersebut, predator merupakan hama yang sangat berbahaya terhadap kehidupan
kerang abalone.
Gerakan kerang abalone yang lambat sangat
memudahkan predator-predator untuk dapat memangsanya. Jenis predator yang
sering dijumpai dalam wadah budidaya kerang abalone adalah kepiting-kepiting
laut. Sedangkan hama yang lain seperti udang-udangan dan kerang-kerang laut
menjadi pengganggu dan penyaing ruang gerak serta makanan. Contoh; teritip.
Teritip harus selalu dibersihkan sebagai
tindakan pencegahan akan terjadinya luka, karena cangkangnya yang runcing dan
tajam. Teritip akan menjadi masalah jika terdapat dalam jumlah banyak pada
substrak, selain sebagai penyaing oksigen juga akan menyulitkan kerang abalone
untuk bergerak leluasa dan bahkan dapat tumbuh pada cangkang kerang abalone.
Masuknya hama dapat melalui lubang-lubang yang
terdapat pada wadah ataupun melalui makanan yang diberikan. Oleh karena itu,
tindakan penanggulangan dan pemberantasan perlu dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
- Pakan yang diberikan harus dalam keadaan bersih dari partikel yang melekat ataupu hewan lainnya.
- Pengontrolan dalam wadah budidaya secara kontinyu/periodik.
- Pemusnahan hama yang ditemukan didalam maupun diluar wadah budidaya.
- Pengontrolan terhadap keadaan wadah.
Penyakit
Penyakit merupakan suatu hal yang sangat
mengkwatirkan dalam keberhasilan kegiatan budidaya. Penyakit pada kerang
abalone akan timbul saat kondisi kerang abalone menurun akibat adanya perubahan
suatu keadaan tertentu, seperti lingkungan yang kotor menyebabkan kualitas air
menurun yang menimbulkan stress pada kerang abalone atau penanganan yang kurang
hati-hati yang dapat menimbulkan luka. Pada keadaan seperti ini, kerang abalone
sangat riskan terhadap serangan penyakit.
Pada metode KJA, penyebab lingkungan yang
kotor sering kali disebabkan oleh pemberian pakan yang terlalu banyak. Pakan
tersebut akan membusuk jika tidak habis dalam waktu 3-4 hari. Oleh karena itu,
pemberian pakan yang berlebihan harus dihindari serta kesegaran pakan yang
diberikan tetap terjamin.
Penyakit yang menyerang kerang abalone, saat
masih terus di identifikasi untuk mengetahui penyebabnya. Salah satu gejala
yang ditimbulkan adalah timbulnya warna merah seperti karat pada bagian selaput
gonad (bagian bawah cangkang). Kerang abalone yang mengalami gejala ini, dalam
waktu 5-6 hari lapisan selaput akan sobek, nampak lemas dan jika dipegang
sangat lembek (tidak dapat merespon ransangan luar) yang akhirnya mengalami
kematian. Tindakan pencegahan yang telah dilakukan saat ini adalah tindakan
karantina atau pemisahan pada tempat khusus sebelum selaput gonad
sobek/terpisah dari cangkang, kemudian dilakukan tindakan pengobatan dengan
cara pengolesan acriflavin atau betadine dalam dosis tinggi (500ppm) pada
selaput tersebut secara kontinyu selama 3 hari. Tindakan ini juga dilakukan
pada kerang abalone yang mengalami luka.
Gambar Gejala kerang abalone yang sakit, nampak lemas (kiri), warna karat
(kanan).
Oleh karena itu, tindakan pencegahan merupakan
tindakan yang sangat tepat sebagai langkah awal dalam meningkatkan keberhasilan
budidaya kerang abalone. Tindakan-tindakan pencegahan terhadap penyakit dapat
dilakukan dalam beberapa cara, yaitu:
- Hindari pemberian pakan yang berlebih
- Pakan yang diberikan dalam keadaan segar dan bersih.
- Pakan yang telah rusak/busuk segera dibuang dari wadah budidaya.
- Hindari luka akibat penanganan, baik saat pergantian wadah maupun saat melepas dari substrak serta hindari penanganan yang dapat menimbulkan stress.
- Gunakan bahan yang elastis untuk melepas kerang abalone dari substrak.
- Ganti wadah dan bersihkan substrak dari biota yang menempel, seperti teritip.
- Ketersediaan pakan dalam wadah budidaya selalu tersedia dan dalam jumlah yang cukup.
Sumber: juknis abalone BBL Lombok
Tidak ada komentar:
Posting Komentar