Ikan kerapu macan merupakan komoditas
yang populer di Indonesia. Pada tahap pendederan hingga pembesaran telah dilakukan masyarakat
sejak menurunnya popularitas udang windu,
sehingga kebutuhan benih kerapu macan semakin meningkat. Ketersediaan benih kerapu macan produksi
hatchery masyarakat sangat terbatas dan masih mengandalkan benih dari luar. Oleh karena itu,
diperlukan kegiatan pembenihan ikan kerapu macan
yang berkesinambungan.
Standar Operasional Prosedurnya akan dijelaskan sebagai berikut.
A.
Persiapan
·
Ruangan diatur dengan intensitas cahaya 600 –
1000 lux
·
Masukkan air yang sudah sterilkedalam bak pemeliharaan
yang disaring dengan filter bag dan dilanjutkan dengan radiasi UV
B. Penebaran Telur
·
Telur
direndam dalam larutan Iodine dengan dosis 20 ppm selama 10-15 menit
·
Telur
kemudian dibilas menggunakan air laut yang steril, lalu tebar pada bak dengan
kepadatan 15 – 20 butir telur per liter.
C.
Manajemen
Pakan
·
Berikan Rotifera pada saat larva berumur 2 hari (D-2) dengan kepadatan
3-5 individu/ml.
·
Naupli artemia diberikan pada saat larva berumur 13 hari (D13) – 20 hari
(D 20) dengan kepadatan 1 – 3 individu/ml
·
pada saat larva berumur 21 – 30 hari (D 21 – D 30) diberikan naupli
artemia dengan kepadatan 3 – 5 individu/ml
·
Pada saat larva berumur 31 hari –
45 hari (D 31 – D 45) diberikan naupli artemia dengan kepadatan 7 – 10
individu/ml.
·
Pakan buatan diberikan dengan dosis 0,8 ppm per pemberian pakan pada saat
larva berumur 10 – 17 hari (D10 – D 17) sebanyak 2 kali sehari
·
pada saat larva berumur 18 – 20 hari (D 18 – D 20) diberikan pakan buatan sebanyak 1 ppm frekwensi 3 kali sehari
·
pada saat larva berumur 21 – 45 hari berikan pakan buatan sebanyak 1,5 ppm dengan frekuensi pemberian 3
kali sehari. Tambahkan frekuensi
pemberian pakan sampai 4 kali sehari pada saat larva berumur 46 – 51 hari (D 46
– D 51).
·
Berikan udang jambret pada saat
larva berumur 30 hari (D-25) sampai seterusnya dengan frekuensi pemberian pakan
1 – 3 kali sehari, dosis yang digunakan adalah secara ad libitum (sampai kenyang) dan selalu tersedia. Sebelum diberikan
bilas udang jambret dengan air bersih,kemudian rendam jambret dalam larutan Acriflavin 4 ppm selama ± 30 menit dan
bilas kembali dengan air bersih.
D. Manajemen Kualitas Air
·
Penyiponan dilakukan satu hari setelah telur menetas
·
Phytoplankton (Nanohloropsis
sp) diberikan pada pagi hari pada saat larva berumur 2 – 30 hari (D-2 – D-30) dengan kepadatan 300.000 –
500.000 sel/ml atau kecerahan 40 cm.
·
Penyiponan dilakukan kembali pada saat kondisi dasar bak membutuhkan
untuk membuang sisa-sisa pakan yang tersisa di dasar bak.
·
Pergantian air dilakukan pada saat larva berumur 10 hari (D-10) sebanyak
10-20 % dan terus meningkat sebanyak 50 % pada saat larva berumur 31 hari
(D-31).
·
Mulai dari D-40 sampai dengan panen pergantian air dilakukan dengan
sistem air mengalir sebanyak 50 – 100 %.
·
Pertahankan kondisi optimum air pada bak pemeliharaan pada kisaran
temperatur 28 – 32o C, salinitas 31 – 32 ppt, pH 7,8 – 8,3, Oksigen
terlarut (DO) lebih dari 4 ppm, nitrit kurang dari 0,1 ppm, nitrat kurang dari
3 ppm, Amoniak kurang dari 0,01 ppm.
·
Pencahayaan diatur secara merata hingga ikan tersebar secara merata. Hidupkan lampu pada malam hari maksimal
sampai pukul 21.00 wib
·
Sediakan bak khusus untuk digunakan sebagai tandon dengan kondisi
kualitas air sama dengan bak pemeliharaan larva.
E.
Grading
·
Pastikan semua alat dan petugas pemilahan (grading) dalam kondisi bersih dan steril.
·
Pakan hidup diberikan 2 – 4 jam sebelum dilakukan grading.
·
Siapkan bak pemeliharaan baru yang sebelumnya telah diisi air laut steril
sampai mencapai ketinggian 70 cm dan sesuaikan kondisi parameter kualitas air
·
(DO, pH, salinitas dan suhu) yang baru dengan air pemeliharaan.
·
benih diambil dengan menggunakan mangkok kecil beserta airnya untuk
menghindari stres.
·
Pindahkan larva kedalam bak baru yang telah disiapkan disesuaikan dengan
ukuran benih.
·
Penghitungan dilakukan dengan cara manual.
Sumber
:Divisi Pembenihan Kerapu BPBAP Ujung Batee
Tidak ada komentar:
Posting Komentar