Sabtu, 19 Desember 2015

VAKSIN IKAN




Vaksin adalah satu bahan antigen yang biasanya berasal dari suatu jasad patogen yang telah dilemahkan atau dimatikan yang berfungsi untuk meningkatkan ketahanan ikan atau menimbulkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit tertentu. Vaksinasi merupakan salah satu upaya penanggulangan penyakit pada hewan (termasuk ikan) dengan cara pemberian vaksin ke dalam tubuh hewan agar memiliki ketahanan terhadap serangan penyakit. Teknik pemakaian vaksin yang biasa dilakukan pada ikan mencakup bermacam cara, yaitu melalui suntikan, makanan atau oral, perendaman, dan penyemprotan dengan tekanan tinggi. Faktor yang mempengaruhi vaksinasi pada ikan antara lain temperatur, umur, dan berat ikan. Faktor temperatur yang rendah membuat produksi antibodi lambat. Sedangkan untuk umur dan berat ikan, vaksinasi jangan dilakukan pada ikan yang umurnya kurang dari 2 minggu dan berat badannya kurang dari 1 gram. Hal tersebut dikarenakan pada umur kurang dari 2 minggu sistem kekebalan organ tubuh ikan belum sempurna untuk memproduksi antibodi (Ghufran, 2004). Metode vaksin secara konvensional biasanya dibagi menjadi 2 yaitu, Heat Killed Vaccine (HKV) dan Formalin Killed Vaccine (FKV).

SEBERAPA PENTINGKAH VAKSINASI PADA IKAN
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan virus adalah penyebab penyakit yang paling merugikan bagi para petani ikan. Oleh sebab itu, pengendalian penyakit bakterial dan virus merupakan usaha yang harus dilakukan. Vaksinasi merupakan satu langkah penting untuk diambil.

Menurut Dr Ir Murwantoko, MSi, staf pengajar Fakultas Pertanian, Jurusan Perikanan UGM, dalam prakteknya vaksinasi ikan memang masih dianggap hal yang baru. “Penyebaran informasi mengenai vaksinasi belum merata,” ungkapnya. “Pada beberapa kelompok petani, mereka aktif menggali pengetahuan tentang vaksin dan di mana bisa memperolehnya. Selain itu, terdapat kelompok pembenih ikan yang siap menghasilkan benih ikan tervaksin,” urai pria kelahiran Sleman ini.

Keuntungan yang dirasakan dengan memanfaatkan vaksinasi diantaranya aman, ramah lingkungan, dan memberi perlindungan lama. Aman, karena bahan vaksin merupakan racun yang membahayakan ikan. “Jika terjadi kesalahan dalam pemberian dosis misalnya terlalu banyak, juga tidak menyebabkan gangguan fisiologis pada ikan,” katanya.
 
Bahan vaksin juga ramah terhadap lingkungan dan manusia serta tidak meninggalkan residu berbahaya. Vaksinasi juga menjanjikan waktu perlindungan yang lebih lama, sekitar 2 hingga 3 bulan.

Metode pemberian vaksin yang umum dilakukan yaitu melalui suntikan, rendaman, lewat oral, maupun pakan. Masing-masing metode memiliki kelebihan dan kekurangan jka ditinjau dari efektivitas vaksin serta teknik pemberiannya. Cara suntikan memberikan efektifitas vaksinasi yang paling baik, tetapi untuk melakukan cara ini diperlukan keterampilan dan jumlah tenaga kerja yang banyak. Sedangkan, metode secara oral mudah dilakukan, namun tingkat efektifitasnya kecil.

“Vaksin itu ada yang berupa sel utuh, komponen sel, atau protein. Seberapa jumlah vaksin yang dibutuhkan untuk tiap ekor ikannya sangat tergantung dari jenis vaksin, cara pemberian, dan ukuran ikan.” Dr Murwantoko juga menjelaskan penentuan banyaknya vaksin yang diperlukan ini didasarkan pada hasil penelitian. Umumnya untuk dilakukan secara suntikan sebanyak 107 sel per ikan. Sementara untuk rendaman dilakukan pada konsentrasi 108 sel/ml. Untuk protein sub unit dilakukan pada dosis 25 μg per ikan.

Sosialisasi vaksinasi pada ikan harus menjadi sebuah kebijakan, bukan hanya di pemerintah pusat tapi juga dinas yang ada di daerah. Dinas-dinas di daerah perlu menyampaikan informasi pentingnya vaksinasi kepada para penyuluh atau kelompok petani.

Sementara secara teknis, bisa meminta kepada para pakar penyakit ikan baik yang ada di perguruan tinggi maupun di UPT Kementerian Kelautan dan Perikanan. Selanjutnya yang harus dipersiapakan adalah infrastruktur berupa vaksinator. Keberhasilan vaksinasi sangat ditentukan oleh tenaga yang melakukan vaksinasi. Para tenaga vaksinator ini nantinya diharapkan bisa melayani serta mendampingi petani ikan saat melakukan vaksinasi.

Hasil pengujian yang dilakukan Dr Murwantoko bersama rekannya menunjukkan vaksinasi mmberikan perlindungan yang nyata. Ikan yang telah divaksin kemudian diinfeksi dengan penyakit memberikan tingkat kehidupan ikan yang lebih tinggi. Uji di lapangan juga memperlihatkan ikan yang divaksin sanggup bertahan terhadap infeksi alami yang terjadi di lingkungan budidaya. Secara umum pemberian vaksinasi dapat memberi kelulushidupan sekitar 30%


lebih tinggi dibandingkan dengan ikan yang tidak divaksin.

Vaksin-vaksin yang sudah ada selama ini baru sebatas produk uji coba yang sebagian besar diproduksi oleh laboratorium. Idealnya, ke depan vaksin akan diproduksi secara industri dan ada ketentuan harga yang pasti. Jadi, harga produk vaksin saat ini belum bisa dijadikan dasar perhitungan riil biaya yang dibutuhkan petani.

Masalah teknis vaksinasi juga berpengaruh pada komponen harga. “Seperti sudah saya sampaikan sebelumnya bahwa cara vaksinasi berpengaruh kepada efektivitas vaksin. Semakin efektif teknisnya, semakin sedikit jumlah vaksin yang diperlukan dan otomatis semakin kecil biaya komponen vaksin,” ujar doktor lulusan Nara Institute of Science and Technology, Jepang itu kepada Infovet dalam wawancara tertulisanya.

Produsen vaksin masih menemui kendala dalam mengembangkan vaksin di Indonesia. Pertama, terkait dengan pengembangan dan desain vaksin. Dalam hal ini, yang diperlukan adalah penelitian-peneltian untuk mencari sumber vaksin baru, peningkatan efektivitas vaksin, dan lain-lain. Untuk segmen ini bisa dilakukan oleh perguruan tinggi maupun institusi penelitian.
 
Produksi vaksin dalam hal ini  lebih banyak untuk uji coba dan prototype produksi. Setelah dari segmen tersebut idealnya vaksin diproduksi secara industri untuk produksi dalam skala missal. Supaya bisa diproduksi dan dipasarkan, perlu memperoleh ijin sebagai obat. Pengajuan ijin produksi obat harus dilakukan oleh produsen. Hal tersebut adalah prosedur yang lazim di manapun. Sehingga bukan hambatan, yang lebih tepat adalah bagaimana kerjasama dan sinergisitas antara para kelompok peneliti dengan industri harus lebih ditingkatkan. (nung)


MANFAAT  VAKSINASI
Salah satu penghambat dalam budidaya perikanan adalah penyakit yang menyrang ikan. Cara penangan ikan yang sakit (atau pengendalian penyakit) bias dengan pencegahan maupun pengobatan.
Obat dan antibiotika efektif dalam pengobatan penyakit prasitik dan bacterial, tetapi antibiotika menimbulkan masalah, antara lain resistensi bakteri, residu antibiotika di ikan (untuk keamanan pangan) dan residu antibiotika di perairan yang menyebabkan kerusakan lingkungan. Karena itulah beberapa produk oerikanan di Indonesia di tolak di apsar Uni Eropa karena  terdapat residu antibiotik.
Cara yang paling murah dan efisien dlam pengendalian penyakit adlah dengan pencegahan. Mencegah timbulnya penyakit dapat dengan pengelolahna lingkungan, penggunaaan makan yang mutu, tepat

jumlah dan tepat pemberiannya. Salah satu cara pencegahan yang sekarang sudah mulai diaplikasian adalah dengan cara menimbulkan kekebalan tubuh dengan vaksinasi. Tujuannya adalah untuk memperoleh ketahanan terhadap suatu infeksi tertentu, shinga diperoleh sintasan hidup yang tinggi akibat proteksi imunologik tersebut.secara umum manfaat vaksinsai antara lain dalam hal : peningkatan daya tahan ikan. Pencegahan efek samping kemoterapeutika, proteksi terhadap serangan infeksitertentu, keamanana lingkunganbudidaya dari pencemaran bahan kematerapeutik dan keamanan konsumen dari residu antibiotik.
  • Prinsip dasar vaksinasi adlaah memasukkan vaksin/antigen kedalam tubuh ikan sehingga antigen tersebut merangsang sistem  imun tubuh untuk memproduksi antibodi (kekebalan spesifik). Dengan hanya 1 atau dua kali pemberian vaksin biasanya daya tahan/kekebalan tubuh ikan akan bertahan sampai akhir masa pemeliharaan.  Ada beberapa syarat yang sebaiknya diperhatikan sebelum melakukan vaksinasi terhadap ikan, yaitu :
  • Ikan sebaiknya berumur 3 minggu, karena pada umur kurang dari tiga minggu, orgna-organ yan berperan dalam sistem pembentukan antibodi belum sempurna.
  • Jangan memvaksin ikan yang lagi sakit/stres. Tunggu hingga ikan dalam keadaan optimal.
  • Suhu air diatas 26 °C. Karena suhu air diatas 28 °C menyebabkan respon antibodi akan lebih cepat terbentuk.
  • Air yang digunakan harus bebas dari unsur polutan. Karena polutan dapat menghambat pembentukan antibodi.
Adapun Teknik aplikasi vaksin pada ikan ada beberapa cara yaitu :
  1. Aplikasi vaksin melalui perendaman.
  2. Aplikasi vaksin melalui pakan.
  3. Aplikasi vaksin melauli suntikan.
Sumber : Laboratorium BPBAP Ujung Batee

Tidak ada komentar:

Posting Komentar